"Sebenarnya apa tujuanmu?" Soonyoung menatap Jihoon dengan sedikit memiringkan kepalanya.
"Kau melakukan apa pun untuknya. Memilih jurusan yang sama sekali tidak kau kuasai. Belajar mati-matian dalam waktu semalam. Mengikutinya setiap hari, bahkan sampai mencari semua hal tentangnya. Kau tidak sadar, apa yang selama ini kau lakukan sudah membuang-buang waktumu." Jihoon yang mengoceh panjang lebar itu seakan tidak terlalu didengarkan Soonyoung.
"Sudah jelaskan? Aku menyukainya. Bahkan sudah masuk taraf cinta. Aku melakukan ini agar dia juga bisa menyukaiku." Jawab Soonyoung. Kembali memberikan fokus pada buku yang sudah 6 jam dia pandangi. Matanya yang kecil itu sampai makin tertutup karena dia sudah menahan kantuk sejak tadi.
Jihoon mengerti dengan segala pengorbanan Soonyoung ini. Hanya saja, dia tidak bisa mengerti kenapa temannya bisa senekat ini? Karena seorang perempuan, Soonyoung lebih memilih jurusan teknik, dibanding seni yang merupakan bidangnya. Dia juga rela belajar seluruh pelajaran yang tidak ada satu pun yang dia kuasai dalam semalam. Mungkin saja Soonyoung tidak akan tidur selama masa ujian ini hanya demi mendapat nilai baik.
Tidak habis pikir. Soonyoung melakukan semua itu hanya untuk mendapatkan pengakuan dari seorang wanita. Padahal jika dia mau, Soonyoung bisa mendapat pengakuan dari semua orang dengan kemampuan terpendamnya. Sayangnya, pria itu justru lebih memilih untuk mendapat pengakuan dari seorang wanita, yang bahkan tidak mengingat pertemuan pertama mereka. Park Byeolin.
Jihoon juga tidak bisa menyalahkan Byeolin yang tidak ingat dengan Soonyoung. Siapa pun juga tidak akan sadar jika Soonyoung yang sekarang adalah Soonyoung yang gendut, selalu mendapat olokan karena bentuk tubuh, serta perlakuan yang tidak mengenakan karena fisiknya.
Alasan Soonyoung menyukai Byeolin, juga sebenarnya masuk akal. Tapi caranya saja yang berlebihan, menurut Jihoon.
"Kau tidak merasa perasaanmu itu hanya sebuah obsesi?"
"Apa maksudmu?" Balas Soonyoung. Singkat. Pria itu begitu serius dengan buku-bukunya. Pemandangan yang sangat jarang terlihat untuk Soonyoung sendiri.
"Ku lihat kau hanya terobsesi untuk mendapat pengakuan darinya. Kau ingin menunjukkan perubahanmu sekarang pada seseorang yang sudah baik padamu waktu kecil."
Soonyoung pun memberikan perhatiannya kembali pada Jihoon. Menatap teman baiknya dengan wajah yang datar. Memberi kesan seakan tidak menyukai persepsinya itu. "Kau kenal aku lebih lama kan? Apa aku akan melakukan semua ini hanya untuk sebuah pengakuan saja?"
Tidak ada jawaban. Jihoon hanya memberikan sebuah pernyataan baru. "Aku hanya coba meyakinkan dirimu sendiri. Tindakanmu selama ini, menurutku terlalu berlebihan. Seharusnya, jika mau memang menyukainya, tunjukkan padanya. Aku tidak bilang harus langsung berkata suka. Tapi cukup berikan perhatianmu. Buat dia nyaman denganmu. Tidak dengan diam-diam begini."
"Jika begini terus, secara perlahan, kau membunuh kebahagiaanmu sendiri." Lanjut Jihoon. Soonyoung refleks menghembuskan napasnya.
"Aku ingin lakukan apa pun untuk membahagiakannya. Ku rasa, jika dia bahagia, aku akan bahagia." Kata Soonyoung setelah berpikir beberapa saat.
"Ku rasa ya?"
☆🐯☆
Soonyoung menyandarkan punggungnya pada dinding tembok. Menundukkan kepala melihat sekotak coklat kecil yang dia putar-putar secara horizontal. Terbengong membayangkan percakapannya beberapa hari lalu saat dia belajar dengan Jihoon.
Tiba-tiba saja pikirannya mengarahkan Soonyoung pada pembicaraan iseng Jihoon. Mungkin percakapan khawatir temannya soal masa depan Soonyoung. Tapi apa sekarang dia juga meragukan perasaannya sendiri pada gadis itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
247 [TERBIT]
FanfictionMencintaimu adalah salah satu hal terindah untukku. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik yang ku lakukan hanya memikirkanmu. Tidak pernah ada rasa bosan untukku memandangmu, meski dirimu tidak tau akan perasaan ini. Tapi ini cuk...