"Aku pulang!" Seru Soonyoung. Berteriak pada seisi rumah yang tidak terdeteksi seorang pun dengan matanya. Dia mengira dirinya sendirian, tapi ternyata tidak.
"OPPAA!!!!" Teriakan kencang seorang wanita setengah dewasa memenuhi setiap inci ruangan ini. Namun itu tidak menghancurkan mood Soonyoung sedikit pun. Membuat seseorang yang berteriak menatap aneh dengan kening mengerut.
"Oppa sudah gila ya?" Celetuk Soon Mee melirik tajam ke arah kakaknya yang tersenyum cerah bahkan saat dirinya hampir saja memecahkan kaca dengan teriakannya. Jika dia berteriak seperti tadi, kakaknya pasti sudah membalas teriakan itu tidak kalah kencang. Namanya juga kakak adik tukang teriak.
"Aniyo. Aku masih waras." Soon Mee merinding sendiri melihat reaksi Soonyoung. Matanya yang berukuran sama dengan Soonyoung pun sampai melebar karena takut.
"Oppa sungguh gila. Aku tidak jadi marah deh." Soon Mee kabur kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua. Meninggalkan Soonyoung yang masih tersenyum cerah meski sudah dikatai orang gila oleh adiknya sendiri. Mau bagaimanapun, siapa pun dan apa pun yang mengganggunya, dia tidak bisa menghilangkan kebahagiaan ini.
"Yes!!! Akhirnya!!" Soonyoung berteriak saat rumahnya kembali sepi sambil memasuki kamarnya.
Di saat Soonyoung masuk, Soon Mee mengeluarkan kepalanya melihat ke bawah, tepat menatap kakaknya yang sudah masuk kamar dengan teriakan riang. Soon Mee masih tercengang menemukan perubahan sikap Soonyoung. Dia mulai khawatir jika kakaknya sungguh tidak waras.
"Orang yang habis menang lotre, tidak mungkin hilang akal sehat seperti itu." Gumam Soon Mee.
Sedangkan orang yang dikhawatirkan justru sudah mengunci pintu kamarnya agar tidak ada lagi yang bisa menggangu dan merusak kebahagiaannya. Mengeluarkan sebuah buku usang dengan tulisan tangan acak-acakan miliknya sendiri. Meski berantakan, itu benda yang paling berharga untuknya. Karena ini berisi semua hal bersamanya.
Park Byeolin.
Soonyoung memamerkan deretan gigi bersihnya pada buku tersebut. Akhirnya aku mengetahui namanya. Batin Soonyoung. Membayangkan kembali wajah Byeolin yang malu-malu. Cantik. Soonyoung mengusap wajahnya kasar.
Dia menghembuskan napas panjang dari pipinya yang mengembung. Mengipasi wajahnya yang panas dengan tangannya sendiri. Sudah sejak tadi dia merasa wajahnya panas, tapi untungnya tidak merah di depan Byeolin. Soonyoung juga menahan semua teriakan kesenangannya saat bisa bicara dengan Byeolin, sampai semua teriakan itu terluapkan sekarang.
Ternyata ini rasa bahagianya.
Soonyoung tidak jadi menuliskan beberapa kisahnya di buku tersebut. Dia terlalu bahagia sampai tidak bisa menuliskan apa-apa sekarang. Bisa-bisa buku itu langsung terisi penuh karena luapan emosionalnya.
Dia pun membanting tubuhnya sendiri ke ranjang yang tepat ada di samping meja belajarnya. Membekap wajahnya ke bantal cukup lama sampai dirinya kesulitan bernapas. Lalu mengubah posisi tidurnya menjadi telentang sambil menatap langit-langit kamarnya yang penuh stiker bintang.
"Byeol. Bintang kecil. Byeolin." Bergumam sendiri, tertawa sendiri. Soonyoung tidak menolak jika dirinya dikatakan gila. Dia memang gila hanya karena membayangkan satu wanita. Wanita yang baru saja dia berani ajak bicara setelah bertahun-tahun hanya bisa mengawasi dari jauh.
Sembilan tahun lamanya, Soonyoung menjadi stalker. Sembilan tahun itu juga dia hanya bisa memperhatikan orang yang menarik hatinya dari kejauhan. Sembilan tahun dan baru sekarang dia bisa mengetahui namanya. Mau segila apalagi dia bisa bertahan sampai saat ini.
Anehnya, Soonyoung tidak memikirkan betapa gila dirinya mau mengejar seorang perempuan yang bahkan tidak mengingat dirinya, dari umur dua belas tahun lalu sampai umurnya sudah berbalik angka menjadi dua puluh satu tahun. Saat usianya masih dua belas tahun, Soonyoung masih tidak percaya dirinya tertarik pada seorang wanita. Tentu saja, usia semuda itu hanya perlu fokus belajar dan bermain. Tidak perlu dirumitkan dengan hal-hal berbau cinta.

KAMU SEDANG MEMBACA
247 [TERBIT]
Fiksi PenggemarMencintaimu adalah salah satu hal terindah untukku. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik yang ku lakukan hanya memikirkanmu. Tidak pernah ada rasa bosan untukku memandangmu, meski dirimu tidak tau akan perasaan ini. Tapi ini cuk...