4. Jatuh

65 10 10
                                    

Sepulang dari kampus, Soonyoung langsung menjalankan motornya ke arah sekolah Byeolin. Rutinitasnya. Menunggu dan melihat gadis pujaannya pulang. Mengisi energi hanya dengan melihat senyum Byeolin ke arah teman-temannya.

Akan lebih bagus jika Byeolin tersenyum langsung padanya. Energi Soonyoung sudah pasti terisi penuh. Bahkan hingga bengkak dan meledak. 

Tapi hari ini berbeda. Tujuannya bukan hanya itu. Namun juga untuk menjemput adiknya, Soon Mee. Adik kecil yang berisik dan bawel, yang sukanya teriak-teriakan di rumah. Apalagi kalau Soonyoung lupa mengabari jika dirinya tidak bisa jemput layaknya kemarin. Hari ini Soonyoung menjemputnya sebagai penebus kesalahannya itu.

Rasanya Soon Mee lebih banyak mengatur dan memerintahnya, padahal dia kakaknya. Beda empat tahun lagi. Soonyoung jadi merasa terbalik. Tapi dia akui, dia memang kadang suka bertindak sebaliknya. Soon Mee bisa lebih dewasa darinya. Terutama saat tau dirinya lagi-lagi tidak lulus kuliah. Tidak hanya satu atau dua mata kuliah seperti kebanyakan orang, tapi sampai seluruh mata kuliah yang dia ambil dalam satu semester.

Hebat bukan? Tapi Soonyoung tidak bangga akan hal itu. Namun dia juga tidak kecewa dengan kegagalannya. Karena kegagalan itu efek dia yang tidak serius belajar. Sudah tau tidak bisa komputer, tapi masih nekat ambil jurusan ini. Soonyoung sadar diri saja. 

Walau begitu, dia lebih merasa bangga dengan hasil kegagalannya dalam menjawab setiap soal ujian, daripada dengan orang-orang yang menjawabnya dari hasil mencontek. Setidaknya dia sudah jujur tidak bisa mengerjakannya. Dia juga siap mengambil resiko mengulang. Daripada dia lulus tanpa pengetahuan dan keterampilan.

Soonyoung memarkirkan motornya ke parkiran sekolah. Dia tidak takut diusir satpam. Karena tujuannya jelas sekarang. Ingin menjemput Soon Mee, adiknya. Kalau dia bawa mobil, boleh jemput Byeolin juga. Sayangnya, dia tidak punya mobil. Masa pinjam milik ayahnya dulu.

Soonyoung menaikkan lengan jaketnya untuk melirik jam tangan. Sebentar lagi bel akan berbunyi. Semoga saja Soon Mee keluar lebih lama daripada Byeolin. Dia ingin melihat vitaminnya dulu.

Kalau Byeolin pergi lagi ke cafe, dia harus mengantar pulang Soon Mee atau kabur lagi mengikuti Byeolin ya? Kalau ikut Byeolin, nanti Soon Mee mengamuk lagi. Tapi dia tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk bisa bicara dengan Byeolin.

Mungkinkah Byeolin akan ke cafe sering-sering? Sepertinya tidak. Dia bukan gadis yang suka duduk santai di cafe. Dia lebih suka di rumah dan berada di kamar. Tipe anak rumahan. Soonyoung bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.

Soonyoung tau Byeolin suka di kamar, bukan berarti dia mengintip gadis itu sampai ke kamarnya. Segila-gilanya Soonyoung, dia tidak akan berbuat sejauh itu. Dia tidak cabul. Dia hanya pernah melihat Byeolin dari jendela kamar gadis itu. Byeolin sangat sering membuka jendelanya jika sedang ada di kamar. Jadi Soonyoung bisa mengetahuinya dengan mudah.

Jika jendela tertutup berarti Byeolin sedang bersama keluarganya. Tapi jika jendelanya terbuka, berarti gadis itu sudah ada di kamar. Jeda waktu gadis itu membuka jendela hanya sampai sore. Karena kalau matahari sudah terbenam, di sana banyak nyamuk. Soonyoung pernah nekat memperhatikannya seharian penuh. Alhasil, tangan, kaki dan wajahnya penuh dengan gigitan nyamuk.

Cinta selalu membutuhkan pengorbanan. Batin Soonyoung.

Bel sekolah terdengar sudah bernyanyi. Soonyoung menyiapkan diri untuk menatap ke arah gerbang sekolah. Melihat satu-persatu orang yang mulai keluar dari gedung tinggi tersebut. Beberapa ada yang memperhatikan dirinya, tapi dia sedang menunggu satu orang saja. Orang yang jika tidak didekati, justru tidak pernah memperhatikannya.

Orang-orang bilang, mengejar seseorang yang tidak peduli dengan kita, itu tidak ada gunanya. Membuang-buang waktu. Namun Soonyoung berpikir lain. Karena Byeolin tidak tau dirinya sedang diperhatikan, itu artinya berbedakan dengan yang mereka maksud?

247 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang