"Kau pakai kacamata?" Byeolin cukup menjawab iya bersamaan dengan anggukan. Mentor Kyu Hee menatapnya dengan lekat.
"Minus?" Lagi-lagi Byeolin menjawabnya dengan iya.
Lalu Kyu Hee tiba-tiba memanggil Soonyoung. "Soonyoung-ssi, kenapa dia diterima di kelompok kita? Kategori rupawan itu kan harus flawless. Kalau pakai kacamata, itu tidak masuk sempurna."
"Kenapa tidak? Memang orang cantik atau tampan tidak boleh minus? Orang sesempurna apa pun, tua nanti juga akan pakai kacamata. Dengan pakai kacamata, mereka juga akan tetap menawan dan berwibawa." Ucapan Soonyoung sukses mendiamkan Kyu Hee. Gadis itu segera menutup protesnya dan pergi mengelilingi yang lain.
"Harusnya aku di kategori pintar saja." Gumam Byeolin. Rasanya dia tertekan juga masuk kategori ini.
Dari awal dia memang tidak berniat masuk ke kategori ini. Dia juga tidak sepercaya diri itu. Byeolin masuk kategori ini hanya karena ada Soonyoung. Dia merasa, jika ada Soonyoung, dia pasti tidak akan secanggung itu untuk bicara.
Dia tidak punya teman di kampus ini. Ada teman satu sekolah dulu. Namun tidak akrab. Sekarang di kelompok ini, dia juga sendirian. Byeolin sungguh hanya mempertimbangkan kehadiran Soonyoung. Entah kenapa dia memutuskan hal ini dengan mudah.
"Kau masuk kategori ini sudah tepat. Mentor di kelompok lain, belum tentu sebaik aku." Soonyoung mentertawakan kepercayaan dirinya sendiri.
"Tenang saja. Aku akan melindungimu." Ucap Soonyoung. Sedikit mengecilkan volume-nya agar tidak ada yang mendengarnya. Dia juga sedikit menunduk dengan alibi melihat catatan yang ditulis Byeolin.
Tanpa disadari. Sebenarnya kedekatan mereka mengundang kecurigaan orang-orang di ruangan tersebut. Meski Soonyoung senatural mungkin bersikap biasa dengan Byeolin, tapi tetap saja ada yang bisa melihat kejanggalan mereka.
Ada tatapan iri. Sedikit cemburu juga. Soonyoung bukan pria yang mudah didekati, walaupun dia akrab dengan semua orang. Membuat Soonyoung menatap lekat pada seorang gadis, tidak secepat menjentikkan jari. Gadis bernama Byeolin itu memang terlihat cantik. Sekilas. Namun menurutnya, tidak ada keistimewaan pada Byeolin.
Pintar? Soonyoung tidak mungkin mencari gadis pintar dengan reputasi pendidikannya yang buruk. Pria mana pun tidak akan mau derajat-nya dikalahkan oleh seorang gadis. Dia jadi penasaran apa yang membuat Soonyoung sering kali mencuri pandang ke arah Byeolin.
Tiba-tiba, pintu ruangan mereka dibuka begitu saja. Menampilkan seorang mentor yang memang selalu berkeliling hanya untuk merusuh selama tidak ada dosen yang memberikan pengarahan. Pria itu berdiri diam di ambang pintu sambil memperhatikan peserta ospek.
"Soonyoung-ssi, jangan sering modus. Kau dipilih jadi mentor kelompok ini bukan untuk modus." Serangnya pada Soonyoung yang masih berada di depan Byeolin.
"Siapa yang modus? Aku sedang melihat catatannya." Alasan Soonyoung. Segera mundur dan menghampiri orang tersebut.
"Eii.. Jelas sekali pembohongnya." Goda pria itu lagi. "Ngomong-ngomong, siapa ketua kelasnya?" Para peserta sontak saling berpandangan. Tidak ada yang tau. Soonyoung dan Kyu Hee sebagai mentor melupakan ini.
"Dia ketuanya." Kyu Hee asal menunjuk pada salah satu pria yang paling rupawan sedikit blasteran. Wajahnya datar yang tenang seakan tidak masalah dengan keputusan Kyu Hee yang semena-mena itu.
"Ok. Sebentar lagi kita berkumpul di lapangan dan bawa makanan kalian masing-masing." Katanya sebelum berlalu pergi.
"Kenapa saya yang jadi ketuanya?" Pria blasteran itu pun mengutarakan protesnya. Tanpa keraguan, dia menatap Kyu Hee yang berada di belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
247 [TERBIT]
FanfictionMencintaimu adalah salah satu hal terindah untukku. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik yang ku lakukan hanya memikirkanmu. Tidak pernah ada rasa bosan untukku memandangmu, meski dirimu tidak tau akan perasaan ini. Tapi ini cuk...