"Ah.. Jinjja!!" Soonyoung terbangun dengan kepala terasa sakit di bagian belakang. Tubuhnya juga terasa remuk. Rasanya dia habis terkena osteoporosis dadakan. Semua karena Byeolin.
Wanita itu sungguh membuat organ tubuhku tidak terkendali. Geram Soonyoung. Tidak lama setelah dia menggerutu sendiri, bibirnya tertarik membentuk senyuman. Lalu membalikkan tubuh yang telentang itu secara utuh ke bawah kasur. Membekap wajahnya sendiri untuk berteriak.
"Aaa!! Byeolin tau rumahku!!!"
Soonyoung berteriak sepuas-puasnya di bawah bantal tersebut. Melompat-lompat kecil di atas kasur sampai..
"Arh! Pinggangku!" Keluhkan Soonyoung menyentuh pinggangnya yang baru saja berbunyi seakan beberapa tulangnya remuk. Terpaksa Soonyoung menghentikan selebrasi kecil-kecilannya dengan membalikkan tubuh ke posisi semula. Meluruskan seluruh tubuhnya sampai setidaknya nyeri di punggungnya hilang.
Soonyoung menghela napas. "Aku sudah mirip harabeoji."
Dalam keadaan diam, Soonyoung hanya menikmati udara sumpek di kamarnya. Melihat stiker bintang yang menemani langit-langit kamarnya. Terbengong sambil meneguk air liurnya sendiri. Soonyoung jadi kehausan setelah teriak-teriakan tadi.
Matanya bergerak-gerak menggantikan tubuhnya yang malas untuk bangun. Melihat ke arah nakasnya dan mencari sebuah gelas yang terisi air. Soonyoung ingat dirinya selalu menaruh sebuah gelas di kamar, tapi gelasnya saja. Kadang airnya sudah kandas dia minum. Seperti sekarang ini.
Soonyoung mendudukkan diri sambil mendengus menatap gelas yang kosong itu. Mengambil gelas tersebut dan menerawangnya beberapa saat. "Soon Mee pelit sekali. Oppa-nya lagi sakit, bukannya diisikan air minum." Keluhkan Soonyoung. Hari ini sepertinya dia terlalu banyak mengeluh sampai kesialan terus menghampirinya.
Pengecualian saat dihampiri Byeolin. Kehadiran Byeolin merupakan anugerah bagi Soonyoung. Tidak mungkin Soonyoung tega menganggap pertemuannya dengan Byeolin sebagai kesialan atau bencana. Dia saja yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
Dilihat Byeolin, bukannya bersikap keren dengan saling menatap, dia justru pingsan. Kapan dia bisa buat Byeolin jatuh cinta jika sikapnya memalukan begini? Padahal itu jadi kesempatan yang bagus untuknya bergaya seperti di film-film. Habis tatap-tatapan, bisa langsung merasakan perasaan masing-masing.
Soonyoung harap, dia bisa mengulang waktu yang mengambil kesempatan itu. Sayangnya, tidak mungkin terjadi. Waktu mana mungkin bisa diputar. Soonyoung menggelengkan kepala. Daripada dia memikirkan dan berharap yang tidak-tidak, lebih baik dia mengambil minum untuk melegakan tenggorokannya.
Dia berdiri sambil memegangi pinggangnya. Memberi peregangan sedikit sebelum berjalan keluar. Saat pintu baru saja Soonyoung buka, aroma masakan berkerumun masuk secara berebutan menuju indera penciumannya. Segera Soonyoung berjalan menuju dapur. Mendapati Soon Mee sedang membereskan meja makan yang sudah dihiasi banyak makanan.
"Makanannya banyak sekali. Semuanya berapa? Biar aku gantikan." Kata Soonyoung selama mengambil air di dispenser. Meneguknya sedikit dan hampir saja menyemburkannya kembali ketika merasakan kehadiran seseorang. Ada di sampingnya dan menghadap kompor. Perasaan Soonyoung jadi tidak enak lagi.
Perlahan-lahan Soonyoung menggerakkan kepalanya menengok ke samping dengan memejamkan mata. Suara kompor dimatikan menambah ketegangan Soonyoung. "Byeolin-ah, lihat ke arah kanan."
Saat Soon Mee berkata demikian, Byeolin pun mengalihkan pandangannya. Dia menemukan wajah Soonyoung melihat ke arahnya tapi dengan mata terpejam. Tubuhnya juga menghadap dispenser air. "Oppa sudah baikan?"
Kata 'oppa' yang disebutkan Byeolin mampu memelekkan mata Soonyoung. Dalam sekejap mengubah pandang gelapnya menjadi silau yang menggemaskan. Karena tepung yang menghiasi wajah Byeolin, Soonyoung tidak lagi merasadebaran hebat seperti sebelumnya. Dia pun tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
247 [TERBIT]
FanficMencintaimu adalah salah satu hal terindah untukku. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik yang ku lakukan hanya memikirkanmu. Tidak pernah ada rasa bosan untukku memandangmu, meski dirimu tidak tau akan perasaan ini. Tapi ini cuk...