7. Pingsan

62 7 5
                                    

"Ruang organisasi kemahasiswaan di mana?" Tanya Soonyoung secepat mungkin saat kelas baru saja dibubarkan. Dosen bahkan belum sempat keluar. Chan dan Seungkwan menatap penuh selidik ke arah Soonyoung.

"Kok pada lihatin begitu sih? Jawab dong. Aku mau ketemu Mingyu sebelum dia pulang." Ucap Soonyoung dalam satu tarikan napas. Hingga saat dia selesai bicara, Soonyoung jadi terengah-engah sendiri.

"Mau apa?" Tanya mereka bersamaan.

"Nanti saja aku jawab. Sekarang kasih tau di mana ruangannya." Paksa Soonyoung. Seungkwan pun segera memberitahukan ruangan tujuannya sedetail mungkin. Bahkan sampai pada titik-titik tertentu, hiasan yang ada di depan pintu ruang organisasi tersebut.

Tidak menunggu lebih lama, Soonyoung segera pergi keluar. Meninggalkan Seungkwan dan Chan di dalam kelas. "Sepupumu salah makan lagi? Dia yang lebih lama di kampus ini, dia yang tidak tau seluk-beluk tata kampus."

"Namanya juga Kim Soonyoung. Untung aku tidak satu marga dengannya." Balas Chan.

☆🐯☆

"Byeolin-ah!"

Byeolin menutup sebelah telinganya yang tersakiti karena teriakan tersebut. "Kamu kalau memanggilku, harus teriak-teriak ya? Telingaku pengang ini." Keluhkan Byeolin.

Soon Mee tercengir-cengir. Meniup-niup pelan telinga Byeolin agar lebih baikkan. "Mianhae. Habis ini kan ramai, takut kau tidak mendengarnya."

Jika dipeluk dari belakang begini, bagaimana tidak bisa dengar? Ada-ada saja. Byeolin hanya tersenyum santai. Kebiasaan Soon Mee dari mereka bertemu di sekolah ini memang tidak berubah. Untung dia tidak ada iritasi atau pembengkakan gendang telinga.

Soon Mee beralih dari memeluk pundaknya menjadi menggandeng lengan Byeolin dan Yumi. Jalan bersamaan di tengah lorong kampus yang ramai dan sesak penuh lautan mahasiswa.

Perjalanan mereka dilalui dengan suara berisik Soon Mee yang menegur Yumi. Mengomeli Yumi yang ketahuan tertidur lagi di kelas. Menasehati teman pengantuknya itu untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu. Sedangkan Yumi balas mengingatkan Soon agar Mee tidak lebih berisik dari sekarang biar ada pria yang mau dengannya.

Byeolin tertawa saja menganggapi kedua temannya. Jika tidak ada mereka berdua, perjalanan sekolahnya pasti tidak akan seramai dan seseru ini. Selama tiga tahun bersekolah, temannya hanya mereka berdua. Sisanya hanya teman biasa yang sesekali memanfaatkan sifat tidak enaknya itu.

"Byeolin-ah, kau sibuk tidak hari ini?" Tanya Soon Mee. Byeolin menggeleng dan menanyakan kenapa. Dia tidak ada kesibukan, selain belajar. Ayah dan ibunya sangat gencar mengingatkan dirinya untuk belajar biar bisa masuk ke Sogang University dengan jurusan yang tidak sungguh-sungguh dia minati.

Beruntung dia memiliki kakak yang mengerti kelelahannya. Jadi setiap Seungcheol pulang bekerja, dia pasti mampir ke kamar Byeolin untuk sekedar bermain atau curhat bersama. Meskipun Seungcheol sering dimarahi karena mengganggu waktu belajar Byeolin, tapi Seungcheol selalu memiliki alasan untuk menghindari omelan itu. Salah satunya dengan berkata dia sedang mengajari Byeolin.

"Mau belajar bareng tidak? Sebentar lagi ujian, kita refresh pelajaran sama-sama." Saran Soon Mee.

"Ngantuk ah. Aku mau tidur dulu. H-1 saja, bagaimana? Masa belajar terus sih? Mumet." Soon Mee kembali mengomeli kemalasan Yumi. 

Soon Mee melepaskan tangan Yumi dan memeluk lengan Byeolin dengan kedua tangannya. "Kalau begitu aku dengan Byeolin saja."

Byeolin bergumam panjang. Tidak lama, dia pun mengangguk. Boleh juga. Bosan kalau belajar sendiri terus. Bisa cepat stres kalau sendirian terus. Apalagi suasana rumah lagi tidak nyaman. Seungcheol dengan ayahnya sedang bertengkar lagi karena pekerjaan Seungcheol tidak terlalu membanggakan untuknya.

247 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang