14. Tisu

25 3 2
                                    

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Soonyoung belum menjawab pertanyaan itu sama sekali. Bahkan sampai gadis itu masih ada di hadapannya, Soonyoung tidak memberikan jawaban. Padahal tinggal mengatakan yang sejujurnya, setelah itu hubungan mereka bisa lebih dekat dari ini. Tapi kenapa rasanya sulit?

Saat ini mereka sedang ada di cafe milik keluarga Soonyoung. Cafe yang juga menjadi langganan gadis itu membeli jajanan roti. Cafe yang jadi saksi bisu awal perjalanan cinta Soonyoung. Saat ini mereka ada di sana. Duduk berdua di meja yang sama. Berhadapan, dengan gadis itu menikmati makanan es krim coklat pesanannya.

Senyumnya yang terlihat bahagia setiap kali menyantap sendokan demi sendokan makanan dingin tersebut. Namun itu tidak membuat dada Soonyoung tenang sedikit pun. Dia terus saja memikirkan jawaban atas pertanyaan Byeolin. Dia juga sempat berpikir, darimana Byeolin mengenali dirinya? Apa dari wajahnya? Mungkin ada salah satu dari 5 indera-nya yang membuat Byeolin ingat padanya.

Tapi apa mungkin? Dia kan sudah berubah sangat pesat sejauh ini. Bagaimana gadis itu masih bisa mengenali dirinya? Soonyoung makin resah jika Byeolin sampai ingat dirinya yang dulu jelek, gendut dan sangat cupu.

"Oppa, es krim-nya meleleh."

Soonyoung tersentak dipanggil Byeolin. Dia jadi kelabakan sendiri. Dan lebih kikuk ketika Byeolin memperhatikan dirinya. Soonyoung mengelap meja yang kotor karena es krim itu. Memakan wafer yang tergenang, tanpa niat menghabiskan es krim yang sudah mencair itu. Menjauhkan mangkuknya, lalu tersenyum tipis ke arah Byeolin dengan bibir manyun yang masih mengunyah.

"Oppa masih memikirkan pertanyaan aku tadi?" Tebak Byeolin. Tepat sasaran. Kunyahannya jadi lebih lambat saat dia kembali berpikir. Soonyoung pun hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Serius?" Kali ini anggukan yang diberikan Soonyoung. Bibirnya pura-pura mengunyah, meski sudah tidak ada wafer di mulutnya.

"Kalaupun masih, tolong abaikan saja. Aku tidak bermaksud membebankan oppa dengan pertanyaan itu." Kata Byeolin.

"Aniyo. Aku saja yang tidak ingat. Kalau pernah bertemu gadis cantik sepertimu, aku pasti ingat. Jadi aku coba ingat-ingat terus." Balas Soonyoung. Memberi sedikit pujian agar Soonyoung bisa melihat semu merah itu. Sekaligus menghentikan rasa tidak enak Byeolin padanya.

"Memangnya kau pernah merasa melihatku?" Tanya Soonyoung. Memberanikan diri.

Byeolin mengangkat bahunya. "Perasaanku saja mungkin. Terkadang aku memang merasa pernah bertemu dengan seseorang yang ada di dekatku. Padahal kenyataannya tidak pernah. Mungkin aku bertemu di mimpi, seperti dejavu begitu."

Ini bukan dejavu. Tapi ini nyata. Kita pernah bertemu dan kau memberikanku roti kesukaanmu yang kau beli di sini. Pertama kali kita bertemu pun di sini. Saling tatap seperti saat ini, dengan perasaan yang lebih jauh berkembang untukmu. Batin Soonyoung. Dia sampai tidak sadar kembali terbengong.

"Oppa.."

"Hah?" Jawab Soonyoung setengah sadar. Dia segera menormalkan ekspresi dan suaranya yang mungkin terdengar aneh saat merespon Byeolin itu.

Sesuai dugaannya, Byeolin tertawa. Pasti karena keanehannya itu. Tapi tidak apa, asal gadis itu tertawa.

"Wae?" Tidak memberi jawaban, Byeolin hanya tersenyum sambil menyentuh sudut bibir. Apa ada? Dia mau dicium? Pikir Soonyoung. Tapi itu tidak mungkin.

Soonyoung pun mengulurkan tangan untuk menyentuh sudut bibir Byeolin. Memberikan usapan ringan. Dia berpikir, jika Byeolin berniat meminta bantuan membersihkan noda es krim di bibirnya. Namun sepertinya, dugaan Soonyoung salah. Jika Byeolin yang minta, gadis itu tidak akan semerah ini.

247 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang