3. Drop Out

67 10 6
                                    

Malas. Itu yang dirasakan Byeolin saat ini. Rasanya ingin tidur saja seperti Yumi. Tapi tidak bisa. Kelasnya berisik sekali. Kepalanya jadi pusing.

Semalaman dia terus mengingat pria bernama Soonyoung yang dia temui di cafe. Mengingat wajahnya saja sudah membuat pipi Byeolin memanas. Dia bertumpu tangan di atas meja agar tidak ada orang yang melihat perubahan raut wajahnya.

Biasanya Byeolin begitu datar. Hanya tersenyum saat diajak bicara dan tertawa saat ada yang membuat lelucon. Selebihnya tidak berekspresi. Tidak ada yang menarik juga walau dirinya tersenyum. Namun jika membayangkan Soonyoung, Byeolin jadi ingin tersenyum malu.

Ada rasa aneh dan tidak percaya pada dirinya. Aneh karena dia merasa didekati seorang pria. Tidak percaya jika ada yang mau mendekatinya. Lagipula siapa yang suka dengannya? Gadis biasa yang tidak cantik. Penyuka buku, meski bukan kutu buku. Rajin hanya untuk meningkatkan nilai, padahal dirinya tidak sepintar yang orang lain. Dia bisa karena belajar. Bukan karena pintar.

Belum lagi kenyataan dirinya orang yang membosankan. Mustahil rasanya ada namja yang suka padanya. Yang dia tau, pria selalu suka wanita berkepribadian ceria dan cantik. Sedangkan Byeolin tidak memiliki keduanya. Belum lagi kenyataan mereka baru juga kenal.

Perasaan inilah yang terus membuat mata Byeolin terjaga semalam. Memikirkan hal tidak penting sampai membuat matanya berat pagi ini. Byeolin tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. 

Bukan karena dia tidak suka. Siapa yang tidak suka dengan pria tampan? Bodoh kalau Byeolin berkata begitu. Hanya saja dia tidak mau berhubungan dengan pria tampan. Pria tampan terlalu banyak dikelilingi wanita. Byeolin tidak menyukai itu.

Itu pun jika Soonyoung sungguh menyukainya. Sayangnya kan tidak.

☆🐯☆

"Mana ku tau!" Jawab Chan dengan nada sebal.

"Kau kan sepupunya, masa tidak tau tentang keluargamu sendiri." Chan mendengus kesal dengan ucapan Seungkwan. Sudah berkali-kali diberitahu, tetap saja tidak percaya. Meskipun mereka sepupu, tapi mereka kan tidak tinggal satu rumah. Chan juga tidak harus tau semua hal tentang kakak sepupunya, Soonyoung kan?

Memang dasarnya sudah aneh. Jika sekarang senyum-senyum tidak jelas, itu sudah hal biasa. Harusnya Seungkwan tidak sekhawatir itu. Dia juga sering melihat sunbae yang hobinya lulus-tidak lulus itu senyam-senyum tidak jelas.

"Aku khawatir ada yang memukul kepalanya sampai dia jadi senyam-senyum sedari tadi. Diomelin dosen saja masih senyum. Dia mau tidak lulus lagi?" Heran Seungkwan. Dia saja sampai mati-matian demi lulus. Meskipun ini bukan jurusan yang diinginkannya.

Kenapa bukan pilihannya tapi dia masuk jurusan ini?

Jawabannya sederhana. Sebelumnya, Seungkwan ingin masuk jurusan seni, tapi karena jurusan itu penuh dan juga nilainya terkalahkan dengan mahasiswa lain, dia jadi dipindahkan ke jurusan teknik informasi. Sesuai dengan pilihan lainnya saat ujian masuk universitas dulu.

Di universitas mereka, ketika masa ujian, ada pertanyaan yang diminta untuk mengisi dua jurusan. Yang pertama, jurusan pilihan utama. Kedua, jurusan pilihan sampingan. Dipilihan kedua itulah yang menjadi Seungkwan berada di sini. Walaupun Seungkwan sebenarnya mengisi teknik infomasi karena terdengar keren saja. Tapi alasan itu lebih baik daripada kakak sepupu Chan.

"Kalau begitu, setiap hari ada yang memukul kepalanya dong? Kan dia begini setiap hari. Apalagi habis menguntit seseorang." Jawab Chan dengan santai.

"Mahasiswa abadi memang tidak ada takutnya kalau tidak lulus seluruh mata kuliah. Dia sebentar lagi masuk calon anak DO." Ingatkan Seungkwan.

Orang yang dibicarakan, merespon saat membalas soal drop out. "Aku semester ini akan lulus. Tenang saja. Aku sudah belajar."

247 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang