Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
×××
"Bundaaa! Kenapa nggak bangunin aku dari tadi sih!"
Oke, ini masih pagi tapi suara seorang pemuda sudah menggelegar dengan begitu kuatnya ke seluruh penjuru rumah.
"Ya ampun Jungkook kenapa teriak-teriak sih?" sang ibu menatap anaknya yang turun dari tangga dengan terburu-buru. Baju seragamnya basah dibagian belakang sebab dihujani air dari rambutnya yang belum kering sehabis keramas.
"Huhu, Bun! Ini hari pertama masa orientasi, kalau aku terlambat gimanaㅡAstaga! Tuh, tinggal lima belas menit sebelum bel masuk," Jungkook membola saat sepasang maniknya jatuh pada jam dinding yang tergantung tinggi.
Sang bunda geleng-geleng melihat Jungkook memakan roti lapis yang ia buatkan sambil memasang sepatunya. Wanita itu mengambil handuk kering lalu diarahkannya handuk itu untuk mengelap seragam anaknya yang basah.
"Siapa suruh pintumu dikunci, padahal bunda udah panggil-panggil sejak jam 5 loh," ujarnya santai.
Jungkook merengut lucu. Ia menatap ayahnya yang baru saja keluar dari kamar. "Ayah! Ayo cepetan berangkat, aku nanti telat, Yah!" pemuda itu menghampiri sang ayah sambil menarik-narik lengannya.
Sontak membuatnya melepaskan tarikannya dan lari keluar menuju garasi untuk masuk ke mobil. Sang ayah hanya menghela napasnya melihat kelakuan anaknya yang sudah masuk sekolah menengah tetapi masih seperti anak sekolah dasar.
"Ck, anak itu kapan sih dewasanya," sang ayah bergumam menghampiri istrinya.
Dibalas senyuman geli oleh sang istri. "Buah itu jatuh nggak jauh dari pohonnya," sarkas wanita itu.
"Huh? Bunda nyindir ayah?"
"Loh, emang iya? Bunda kan cuma ngomong doang."
"Tapi, ngomongmu itu nyidir loh, Bun."
Wanita cantik itu tertawa, "Ya terserah kalau ayah anggapnya bunda nyindir. Udah sana berangkat nanti anak bongsormu ngamuk-ngamuk lagi," ucapnya lalu menyodorkan tas bawaan sang suami.
"Iya, iya. Ayah berangkat dulu ya, Bun."
Mereka lalu berjalan sampai di depan pintu. Sang ayah memeluk istrinya dan membubuhkan kecupan di kening sang istri yang mana membuat Jungkook yang menyaksikan dari dalam mobil mendengus.
"Ayah!!! Ayo, jangan kelamaan!" teriaknya merusak momen manis orangtuanya sendiri
Jungkook yang masih ngos-ngosan sebab habis berlari menahan satpam yang hendak mengunci pagar sekolah. Memang sih, dia tadi diantar naik mobil. Tapi, akibat macet parah di lampu merah Jungkook memutuskan untuk lari saja, toh jaraknya sudah cukup dekat dari sekolah.
"Apa bapak gak kasian sama saya, saya habis lari jauh loh, Pak!" lagi-lagi Jungkook memohon, berharap satpam yang sedang menatapnya dari balik gerbang itu berbelas kasih padanya dan membukakan pintu.
Bapak satpam itu tampak bingung. "Aduh, gak boleh dek. Saya udah dipesenin katanya yang terlambat gak boleh masuk."
Pemuda Jeon mulai berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan tangis. Masa iya hari pertama masuk sekolah ia sudah terlambat. "P-pak, tolong dong pakㅡhuee!"
Si satpam membola. Kenapa anak ini jadi menangis di depannya. Ia 'kan jadi tidak tega melihat anak seimut Jungkook menangis.
"Aduh, gimana ya," bingung bapak satpam itu.
Jungkook masih terus menangis, sesekali ia menatap pak satpam dengan tatapan memohon, memperlihatkan maniknya yang nampak begitu berkilau.
"Duh, iya deh iya! Ayo masuk, jangan nangis lagi," akhirnya sang satpam membuka kembali gerbang dan membiarkan Jungkook masuk ke area sekolah.
Senyum kelincinya seketika mengembang, airmatanya ia usap secepat kilat. Jangan sampai ada murid lain yang melihatnya menangis, bisa malu sampai lulus dia jika hal itu sampai terjadi.
"Terima kasih banyak, Pak!" ucapnya riang sembari sedikit membungkuk. Pak satpam yang melihatnya pun heran sendiri, bukannya anak itu baru saja menangis?
Jungkook mulai melangkahkan kaki-kakinya menuju lapangan. Tempat dimana seharusnya para siswa baru berkumpul. Namun, baru sampai beberapa langkah ia berhenti karena melihat entitas sepasang sepatu menghalangi jalannya.
Pemuda Jeon menatap keatas, menilik siapakah gerangan yang berada tepat di depannya.
"Kamu terlambat?" suara baritone seketika terdengar oleh telinganya.
Ia mendongak menatap sosok pemuda yang lebih tinggi darinya sedang menatapnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
Yang dipanggil mengerutkan dahinya. "Kamu kenal saya?"
Jungkook mengangguk antusias. "Ya pasti kenal lah, Kak! Kita dulu satu sekolah loh, kakak nggak ingat aku?" raut wajahnya kini berganti menjadi cemberut.
Gelengan ia dapatkan sebagai balasannya. Lantas Jungkook mendengus pelan. Kak Taehyung dengan dirinya beda satu tingkat, keduanya pernah satu sekolah sebelumnya. Dan sekedar informasi bahwa Jungkookㅡuhm had a crush for him dulu.
"Balik ke masalah awal, Jeon."
Jungkook menatapnya, mengira bahwa Taehyung mengingat namanya namun, ternyata kakak kelasnya itu membaca nametag di seragamnya.
"Kamu itu terlambat dan harus dihukum, tapi berhubung ini hari pertama saya beri keringanan. Sekarang kamu ke lapangan, tapi setelah masa pengenalan nanti selesai kamu temui saya di ruang osis."
Taehyung memperhatikan ekspresi wajah Jungkook yang tampaknya hendak protes, namun dengan cepat ia kembali berkata, "sudah sana ke lapangan! Kalau kamu di marahi karena terlambat bilang sama mereka saya yang akan hukum kamu biar hukumannya tidak menumpuk."
Jungkook meringis mendengar suara yang cukup kuat itu. Ia hanya bisa mengangguk kemudian berlari sekencangnya menuju lapangan sekolah barunya.
Pemuda Kim terlihat sedikit berjongkok mengambil sesuatu dari tanah, lalu dilihatnya benda itu.
"Ck, dia bahkan nggak sadar kalau ID Card nya jatuh," ucapnya sambil menatap foto Jungkook yang terpampang disana. Tanpa berucap apa-apa lagi, ia memasukkan benda itu ke saku celananya.
-TBC-
aku hobinya nambah utang yeppie~ btw ff ini mau ku buat ringan ajalah, ndak kuat kalo berat-berat :")