***
"Kita bikin acara tawasulan aja ya." Usul Ali, kedua belah pihak keluarga sedang berkumpul dikediaman Ali Prilly. Tadinya Ali dan Prilly yang akan Mengunjungi mereka. Tapi katanya Prilly sedang hamil, ia tidak boleh pergi kemana-mana."Nah, boleh tuh. Gimana Prill?" Prilly yang sedang fokus menonton Masha dilayar Handphone-nya menoleh pada Mama-nya.
"Eh, boleh-boleh." Prilly kembali memokuskan pandangannya pada layar handphonennya.
"Sayang, kita ini lagi kumpul rundingin acara empat bulanan bayi kita, kamu malah nonton kayak begituan."
Resi dan Ully hanya menggelengkam kepalanya sambil tersenyum. "Biarin aja Li, Mantu mama ngidam nonton Masha kali."
"Ngidam sampe mau empat bulan gitu?"
"Maksudnya?"
"Enggak, Prilly suka nonton Masha and the bear dari pertama dia hamil. Walaupun Ali gak tahu Prilly hamil waktu itu, sampe sekarang suka masha. Emang ada yang gitu?"
"Ada." Resi hanya tersenyum menjawabnya. Ali mengerutkan keningnya.
"Siapa?"
"Aku." Prilly menjawab tanpa berniat untuk menoleh menatap suami tampannya. "Masha itu bayi, lucu, cantik, gemesin gak kaya kamu."
"Tiap malem aja, minta-- Aw! Aduh aduh! Sakit."
"Ngomong aneh-aneh aku gigit sampe dagingnya copot nih."
Gelak tawa memenuhi seisi ruang keluarga rumah Ali Prilly.
"Yaudah, intinya empat bulanan nanti harus ada rujak buah, rujak asem, manis, gurih, pedes, asin, terus menu makanan kalau abis tawasulannya dari nona judes aja." Setelah puas mencubit Ali, Prilly mengusulkan.
"Boleh tuh."
"Berarti semua beres."
"Oke hari ini spesial, Prilly mau makan apa nak?" Resi tersenyum mengarah pada menantunya.
"Emm.. ayam laziz, boleh." Prilly menatap kembali layar ponselnya. "Eh, sama ayam woku deh boleh."
"Prilly, kamu gak sopan. Mama Resi lagi ngomong, kamu malah liat hape mulu."
Prilly terkekeh malu, "iya, maap." Prilly menaruh hapenya ke paha Ali. "Yaudah yuk, Prilly bantuin mama masak."
"Gak usah, biar Mama sama Mama kamu aja yang masak. Bumil diem aja."
Prilly yang sudah terbangun, melemparkan lagi tubuhnya pada sofa yang ia duduki. "EH!" Seru seluruh manusia disitu.
"Bie. Kamu apa-apaan si, gak boleh gitu. Nanti kamu nya sakit, bayi nya juga sakit." Ali sedikit membentak Prilly.
"Kamu ..." Prilly menunduk sambil menggigiti kukunya, "marahin aku?"
"Enggak, aku gak marahin kamu. Cuman, kamu hati-hati-"
"Tuh kan. Marahin lagi."
"Engg-"
"Kamu marahin lagi kan."
"Kapan?"
"Itu."
"Cuma ngomong kapan."
"Tuh kan."
"Kamu kenapa si Bie?"
"Kamu bentak aku mulu. Dek, suami bunda marahin bunda dek.." Prilly mengusap-usap perutnya yang sudah agak membesar. "Nanti kalo kamu udah lahir, gigit suami bundanya."
"Suami bunda? Siapa?"
"Kamu."
"Ih orang aku suami Prilly, bukan bunda."