"Yey bakar, bakar, semuanya Bi.. bakar bi." Prilly sedang duduk di halaman belakang, ia sedang memerhatikan Ali yang sedang membakar satu persatu boneka Doraemon yang Prilly miliki."Kamu yakin mau bakar boneka Doraemon yang aku kasih? Ini dari aku loh."
"Emang kenapa? Kamu gak berani lempar boneka itu ke apinya?" Prilly berdiri, ia menghampiri Ali yang sedang memegang boneka Doraemon besar yang tersisa. "Yaudah sini aku aja yang lempar, Cowo kok cemen. Huh."
Prilly memeluk boneka besar itu, ia memerhatikan gemericik Api yang perlahan-lahan menghanguskan bagian-bagian tubuh boneka-boneka Doraemonnya. Ia merasa kasihan, ia meneteskan air matanya secara perlahan.
"Kamu kenapa?"
"Bonekanya nangis, kasian dia panas, kamu kenapa bakar dia. Kamu jahat." Prilly mengeratkan pelukannya pada boneka besar yang tersisa.
"Kan kamu yang nyuruh aku bakar boneka-bonekanya."
"Enggak, aku gak pernah nyuruh. Mereka selalu nemenin aku kalau kamu pulang syutingnya malem."
Ali mengusap air mata Prilly dengan kedua ibu jarinya, sekarang ia harus apa selain mengalah dan meminta maap. Prilly mendongak, kedua netra beda warna saling beradu.
"Maafin aku ya, sekarang kita beli lagi bonekanya ya. Udah, jangan nangis nanti si dedeknya ikut nangis."
Prilly mengangguk.
Ali mengambil selang air lalu ia menyiram api yang masih menyala. "Udah yuk, kita beli boneka nya."
"Beli yang banyak."
"Iya." Ali menuruti apa saja keinginan Prilly, selama itu tidak yang ekstrem. Ia merangkul pundak ibu hamilnya.
*
"Bi, aku mau nyetir."
"Enggak."
"Aku mau nyetir Bi."
"Enggak, Prilly."
"Aku mau nyetir, aaaa."
"Enggak, sayang."
"Bodo."
"Cepet naik mobilnya, duduk." Ali membukakan pintu untuk Prilly.
"Nggak."
"Cepetan masuk, jangan bikin aku marah Bie. Kamu lagi hamil."
"Kalo aku gak hamil, kamu mau marahin aku gitu? Yaudah marahin aja sekarang." Prilly tak mau kalah, enak saja. Apa salahnya? Ia cuma ingin mengendarai mobil sampai mall nanti, Ali tinggal duduk manis.
"Nanti kamu nangis, enggak aaaah cepetan masuk."
"Nggak, bodo amat."
"Prilly, masuk ya kemobil, duduk yang cantik. Biar aku yang nyetir mobilnya."
"Aku bilang enggak, ya enggak."
Brak.
Ali menutup pintu mobilnya, membuat Prilly terkejut. Ali berjalan menaiki tangga menuju pintu rumah.
Prilly segera berlari, ia naik ke mobil dengan sangat ketakutan. Setelah menaiki mobil ia membuka jendela mobilnya, ia menekan-nekan klakson mobil. Agar Ali berbalik dan masuk untuk mengendarai mobil. Prilly sangat takut jika Ali sedang marah.
Ali menoleh kebelakang, istri nya sudah masuk kedalam mobil, ia tersenyum miring.
'Ngalah juga.'
Ali masih dengan aktingnya yang berpura-pura marah, agar istrinya takluk. Hanya itu yang membuat Prilly merasa takut.
Dalam perjalanan Prilly hanya menunduk, sesekali ia melihat wajah Ali yang samasekali tidak merubah ekspresi wajahnya. Prilly mencubit-cubit pelan baju-nya.