Kandungan Prilly memasuki bulan keempat, tentunya perutnya sudah mulai membuncit.Ali baru saja selesai take syuting film layar lebar mereka yang terbaru, berjudul 'Future' yang berarti Masa Depan, yang diproduseri oleh Prilly langsung. Ia menceritakan kisah perjalanan hidupnya bersama Ali dari saat ia sah menjadi istri dari Ali.
Ali menghampiri Prilly yang sedang duduk sambil menimang Aleena didekat sutradara yang baru selesai merecord. "Aleena sama Abi, yuk?"
Aleena menggelengkan kepalanya sambil menelusupkan wajahnya didada Prilly. "Aleena nya lagi manja, ya, Nak." Prilly menciumi puncak kepala Aleena sambil mengusap-usap punggung Aleena pelan.
Ali berjongkok, ia mengusap surai hitam Aleena. "Aleena mau apa, Nak?"
Aleena tak menjawab, ia memukul-mukul pelan pundak Prilly.
"Eh, kok Aleena pukulin Umi? Aleena kenapa, Sayang, hm? Aleena mau apa?" Prilly mengeratkan pelukannya, ia terus menciumi puncak kepala Aleena. "Aleena gak mau ditanya dulu sama kamu, udah sana. Aleena nya lagi manja, ya, Nak. Aleena lagi manja, ya? Anak Umi mau punya adek, manja nya nambah, ya."
"Aleena manja, iiih. Manja, deh, iiiih manja banget." Ali mengusili Aleena, ia mencolek-colek tangan Aleena. "Aleena manja banget, maaaaaaanja deh." Ali mencolek-colek tubuh Aleena sambil tertawa jail. Tubuh Aleena menggeliat-geliat karena jari Ali yang jail, membuat tangan Aleena memukul-mukul Prilly dengan tenaga yang kecil. Mood nya yang sedang tidak baik pun makin buruk.
"Ali, udah ih. Jail banget sih, kamu, anaknya lagi badmood juga." Prilly menyentil tangan Ali. "Abi nya udah Umi sentil, tangan Abi nya nakal, ya."
Ali tertawa tanpa merasa bersalah sedikitpun, ia berdiri dan menangkup kedua pipi Prilly yang bulat membuat netranya saling beradu. "Iya-iya, Maaf! Kamu bidadari, ya? Dari hatiku."
"Halah, lebay, kamu ..." Prilly berbicara dengan mulut yang maju akibat tangan Ali yang menangkup kedua pipinya, "i love you." Prilly tersenyum.
Ali tertawa sambil mengencangkan tangkupannya. "I love you, too!" Ali menjawab pernyataan Prilly dengan mulut yang dimajukan diakhiri tawa.
"&#!$&&?.?#*" prilly berbicara dan tak ada yang dimengerti satupun huruf oleh Ali, karena wajah Prilly benar-benar ditangkup kencang oleh Ali.
"Apa-apa?" Ali meledek Prilly, "apa, hm? apa tayang? Apa?" Ali tersenyum, "masa gak bisa ngomong?"
Prilly mencubit perut Ali beberapa kali, membuat Ali melepaskan tangannya dari kedua Pipi Prilly. "Awh! Sakit-sakit." Ali menjauh, ia memegang perutnya sambil tak berhenti tertawa.
"Emang digituin gak sakit apa? Tangan kamu bener-bener jail, ya?"
Ali memaju-majukan bibirnya, seakan-akan mencium dari jarak jauh. Tapi, kesannya seperti meledek.
"Muchmuchmuchmuch!"
"Jelek kamu gitu, ish! Amit-amit." Prilly mengusap perutnya. "Jangan kayak Abi, ya, Nak."
"Gak apa-apa dong, Abi nya kan ganteng, buktinya Aleena aja cantik nurun dari Abi nya."
"Ngaco kamu. Kamu kan ganteng, aku cantik, Aleena kan cewek. Berarti, Aleena nurun dari aku cantiknya."
"Liat dong, tanya sama orang-orang Aleena mirip Abinya apa Uminya."
"Uminya, lah."
"Abinya dong."
"Uminya!"
"Abinya, Aleena mirip Abinya, dan Abinya itu Aliando Syarief."
"Pulang." Aleena melerai pertengkaran kecil antara Umi dan Abinya. Aleena memukul-mukul pundak Prilly pelan, "pulang." Kata Aleena tanpa membuka matanya.