"WHAT?!!" Pekik Shiila.
"Lo mau balapan?! Gak! gue gak ngijinin!" Tukas Shiila.
Ya. Setelah sampai di rumah Shilla, Jessy menceritakan semua kejadian tadi pada Shilla, Vany, dan Cindy.
"Iya Jess, lo gak usah ikut balap. Itu bahaya tau gak sih" Jessy menggeleng menanggapi Vany. "Gue bakal baik-baik aja, kalian tenang aja"
"Jess, lo kan tau dulu lo itu koma 6 bulan gara-gara ikut balapan! Gue takut kalo sampe lo kenapa-kenapa tau gak sih?" Jessy menggeleng pelan.
"Jess, gue gak bakal maafin diri gue sendiri kalo sampe lo kenapa-kenapa" Sahut Leon.
"Lo lupa kalo gue ini jago balap?" Tanya Jessy sombong.
"Yah bukannya gitu Jess, kalo sampe lo kenapa-kenapa kita takut nyokap sama bokap lo bakal marah sama kita. Masalahnya ini itu urusan Derrgos sama Rajawali, gak ada sangkut pautnya sama lo" Celetuk Zean.
"Kalian kok sensitif gitu sih, tenang aja gue janji sama kalian kalo gue bakal baik-baik aja plus gue bakal menangin balapan ini" Ucapnya Jessy tersenyum penuh arti
"Cindy cuma bisa doain yang terbaik buat Jessy" Jessy mengangguk tersenyum.
"Kalo sampe ada apa-apa sama lo, gue bakar satu-satu semua rumah anak geng Rajawali" Ucap Frans.
"Kalo lo kalah, lo jadi pacarnya si Toni dong Jess?" Tanya Shiila lagi.
"Lo doain gue buat kalah?"
"Yeh ni anak, gue tanya doang kali bukan doain"
"Mau gimana lagi? Orang perjanjiannya gitu"
"Lo cinta sama dia?" Tanya Vany hati-hati.
"Amit-amit deh gue suka sama dia, mana mungkin gue mau sama laki-laki bejat kaya dia" Celetuk Jessy. Leon tersenyum tipis, setidaknya dia masih punya harapan.
"Kalo gitu gue telepon dulu anak-anak buat nyusul nonton" Leon dan Derick mengangguk mengiyakan ucapan Zean.
"Kalo gitu gue ganti baju gue dulu" Ucap Jessy pergi meninggalkan mereka. Setelah selesai, Jessy menghampiri mereka dengan balutan jaket hitam pollo, celana jeans hitam dengan sobekan di bagian lutut dan pahanya. Dan dipadukan dengan sepatu kulit hitam miliknya. Semua melekat pas di tubuh rampingnya. Tak lupa ia mengikat panjang rambutnya.
"Berangkat yuk! Udah setengah 12, bentar lagi mau di mulai" Ucap Jessy dan diangguki oleh teman-temannya.
Mereka sampai di arena balap pukul 12 kurang. Sorak ricuh penonton terdengar nyaring saat mendengar deru motor Jessy. Gadis bar-bar dengan skill hebat di jalan. Arena balap penuh dengan anggota Derrgos dan Rajawali.
"Itu Jessy?! Cakep banget anjirr!" Ucapan itu di haraukan oleh Jessy begitu saja.
"Eh neng Jessy ternyata pintar balap juga yah" Goda Bima.
"Bisa dong, gue mah ahlinya kalo balapan" Ucapnya tersenyum bangga.
"Eh yang ini siapa?" Tanya Dewa pada Jessy
"Oh ini teman-teman gue. Namanya Vany, Cindy, Frans" Ucapnya memperkenalkan.
"Kita bisa temenan sama kalian kan?" Tanya Vany ragu. Derrgos mengangguk. Anggota Derrgos semua laki-laki, mereka hanya berteman sama Jessy dan Shilla.
"Bisa dong, kalian kalo mau masuk Derrgos juga boleh, iya gak Yon?" Tanya Bagas pada Leon. Leon mengangguk. Berhubung ada Jessy yang semakin memudahkannya untuk mendekati gadis itu.
"Asikk, akhirnya ada juga cewek di Derrgos, iya gak guys?" Celetuk Bima yang mendapat anggukan dari teman-temannya.
"Apalagi ada neng Jessy" Goda Bima yang mendapat pelototan tajam dari Leon. Jessy tersenyum kikuk.
"Lo gangguin ade gue, gue cincang-cincang usus lo mau?" Bima menggeleng.
"Gue kira lo gak bakalan dateng" Derrgos menoleh mendapati Toni dan anggotanya.
Jessy tersenyum sinis menanggapi. "Lo kira gue pengecut?" Tukasnya santai menunjukkan smirk devil nya.
"Sesuai perjanjian kan? Gue minta kalo lo kalah, lo jangan nangis-nangis kalo gue minta putus sama lo"
Jessy menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia maju selangkah menghampiri Toni. "Lo jangan mimpi buat jadi pacar gue. Mimpi lo ketinggian dear. Oh yah satu lagi, lo jangan harap gue bakal kalah dari lo karena gue sama sekali gak pernah mau, buat pacaran sama laki-laki BEJAT kaya lo!" Jessy melepaskan tautan tangannya. Ia kemudian memainkan jari-jarinya.
Muka Toni memerah. Ia tak terima di katai bejat oleh Jessy. Tangannya hampir mendarat di wajah mulus gadis itu.
"Hanya BA.NCI BRE.NG.SEK yang berani main tangan sama cewe" Ucap Jessy menekan kata banci brengsek sambil terus memainkan jari-jari lentiknya. Tangan Toni terkepal mendengar ucapan Jessy. Ia tak jadi menampar wajah mulus Jessy
"Kenapa gak jadi nampar hm??" Sambungnya lagi. Jessy menatap tajam mata Toni. "Gak mau di bilang BANCI BRENGSEK yah? Oh gue lupa" Tukas Jessy sambil menepuk pelan jidatnya. "Lo kan laki-laki BEJAT yang suka main kasar sama cewe, tapi gak terima di katain kaya gitu. Terus kalo udah emosi langsung main nampar aja. Kalo di balas tampar, pulang nangis-nangis trus di laporin deh ke bunda. Terus kata bundanya minji bingit sih inik bindi" Ucap Jessy sambil memainkan bibirnya.
Derrgos dan Rajawali di buat melongo oleh ucapan Jessy. Baru kali ini ada cewek yang berani ngatain Toni di depan laki-laki itu sendiri. Tangan Toni mengepal menahan amarah, ia tak terima di perlakukan seperti itu oleh Jessy. Nafasnya menderu kencang. Ingin rasanya ia mencabik mulut Jessy yang membuat emosinya kian naik.
"Mulai aja yuk, gak sabar nih gue buat Rajawali jadi babunya Derrgos!" Ucap Jessy sambil menepuk pelan pipi Toni. Jessy berlalu menaiki motornya kemudian ia menggunakan helm fullface nya dan di susul oleh Toni.
Jessy tak akan kalah malam ini. Ia sudah berjanji pada teman-temannya kalau ia akan menang. Jessy tak membiarkan Toni menang. Jessy lagi-lagi tersenyum miring melihat seorang wanita yang berada di tengah motor itu mulai menghitung. Jessy menatap tajam kearah depan. Ia menancapkan gas saat hitungan ketiga.
Jessy membelokkan setir dengan lihai saat melihat tikungan tajam di depannya. Menatap tajam ke arah spion, Jessy bersorak girang dalam hati saat melihat motor Toni ketinggalan jauh darinya. "Tidak semudah itu ferguso" Gumamnya.
Lihatkan? Jessy tidak akan kalah! Apa tadi katanya, jadi pacar? Cih! Jessy tidak akan pernah mau berpacaran dengan laki-laki bejat seperti Toni.
Jessy bersenandung ria di atas motornya. Namun saat itu pula, motor biru menyelipnya.
"SIALAN!" Umpat Jessy murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESLEY
Roman pour AdolescentsSeorang gadis cantik yang banyak menarik perhatian kaum adam. Sifat nya yang dingin membuat Leon sang ketua geng yang di takuti di Jakarta tak berhenti mengejar gadis itu. "Gue gak mau makan kalo lo gak suapin" "Tangan lo kan masih lengkap, makan aj...