Kekesalan Vany

5 1 0
                                    

"Siapa yang membuat anak saya jadi seperti ini hah?!" Bantak Elis__ Mama Bulan.

Ya. Sekarang Shilla dkk serta Leon dkk tengah berada di ruang kepala sekolah. Rupanya Bulan mengadukan hal semua ini terhadap mamanya.

"Silahkan tanya kepada anak anda sendiri kenapa dia sampai seperti ini nyonya!" Ucap Derick bersedekap santai.

"Anak saya tidak mungkin melakukan kesalahan! Ini semua pasti kerjaan kamu kan?! Jawab!" Bentak Elis murka pada Vany.

"Maaf, sepertinya anda salah sangka. Saya tidak pernah berbuat ulah jika anak kesayangan anda tidak mencari masalah dengan kami" Ucap Vany santai.

"Anak kurang ajar! Saya tidak pernah mengajarkan kamu seperti ini! Di mana sopan santun kamu terhadap orang yang lebih tua?!" Bentaknya lagi.

Vany terkekeh menanggapi ucapan Elis. "Anda memang tidak pernah mengajarkan saya sopan santun. Waktu luang selalu anda gunakan untuk memberi perhatian terhadap anak PUNGUT itu!!" Ucap Vany menekankan kata 'pungut' sambil menunjuk Bulan.

Plakk

"ANAK GAK TAU DIRI! HARUSNYA KAMU BERSYUKUR SAYA TELAH MEMBESARKAN KAMU HINGGA SEPERTI INI!! MAU JADI APA KAMU KALAU TIDAK ADA SAYA HAH?! MAU JADI PEREMPUAN MALAM? IYA?! JAWAB!!"

Runtuh sudah pertahanan Vany. Air matanya tak terbendung saat mendengar cacian mamanya. Ia menghapus air matanya kasar.

"Saya tidak pernah meminta kepada anda untuk mau merawat dan membesarkan saya!"

"PUAS LO UDAH BIKIN ORANG TUA GUE BENCI SAMA GUE?! PUAS LO UDAH AMBIL SEMUA HAK GUE?! GUE BAHKAN GAK PERNAH NGERASA DI SAYANGI, SEMUA PERHATIAN DI KASIH BUAT LO! SEDANGKAN GUE YANG JELAS-JELAS ANAK KANDUNG GAK PERNAH DI PERHATIIN SEDIKIT PUN!!" Bentak Vany terisak. Terputar terus di otaknya masa di mana ia di fitnah oleh Bulan hingga Vany di benci oleh orang tua nya sendiri.

Plakk

"JAGA UCAPAN KAMU SIALAN!!" Pipi mulus Vany kembali kena tampar Elis. Semua orang yang ada di ruangan kerasa iba melihat Vany termasuk 'Derick'.

"TAMPAR MAH! TAMPAR! BUNUH AKU SEKALIAN!! BAHKAN MAMA LEBIH PERCAYA ANAK PUNGUT ITU DI BANDING ANAK KANDUNG MAMA SENDIRI!! MAMA SAMA PAPA GAK PERNAH PEDULIIN AKU!!" Teriak Vany histeris. Cukup! Unek-uneknya yang selama ini ia tahan ia keluarkan.
"APA MAMA TAU KALO AKU SAKIT?? Gak kan? Bahkan mama gak pernah tanya gimana keadaan aku..hikss..mama udah gak sayang aku lagi" Lirih Vany.

Vany yang selama ini kelihatan begitu kuat ternyata menyimpan beban tersendiri. Shilla dan Cindy merengkuh Vany.

"Lo gak boleh sedih! Lo harus tunjukkin di depan nyokap lo kalo lo itu kuat tanpa mereka" Bisik Cindy menyemangati. "Ingat, lo harus kuat. Di sini ada sahabat-sahabat lo yang bakal ngedukung apapun yang lo buat" Timpal Shilla. Vany mengangguk pelan. Di liriknya lagi Elis yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Sayang maafin mama. Mama gak tau kalo kamu sakit" Baru saja Elis ingin memeluk Vany. Namun Vany terlebih dahulu menahannya.

"Tau apa anda tentang kondisi saya? Gak usah sok perhatian, saya gak butuh perhatian anda!" Jawab Vany datar tanpa ekspresi.

"Maafin mama nak" Tangis Elis pecah. Sungguh, Vany tak kuat melihat mamanya menangis. Tapi egonya lebih besar. Rasa sakit hatinya juga lebih besar.

"Jangan panggil saya anak anda! Karena mama saya udah MATI!" Bulir bening itu menetes lagi dari mata Vany. Disapunya segera air itu. Ia tak ingin terlihat lemah, ia ingin terlihat kuat di depan mamahnya.

"Ya sudah kalau itu kemauan kamu. Jangan harap kamu bisa kembali lagi ke rumah milik saya!" Ucap Elis dingin.

Vany terkekeh menanggapi ucapan Elis. "Why not?! Apa anda lupa rumah itu milik siapa? Saya bisa saja datang kerumah itu untuk mengusir kalian. Tapi setelah saya pikir-pikir, sepertinya rumah itu sudah menjadi panti jompo sekaligus panti asuhan yang di huni oleh kalian. Tapi yah sudah lah, dari pada gak ada yang nempatin mending kalian yang nempatin kan?" Ucap Vany menantang.

"Rumah itu telah menjadi milik saya. Apa kamu lupa kalau kamu telah menandatangani surat itu?" Tanya Elis terkekeh.

"In your dream nyonya Elis. Anda terlihat sangat bodoh. Bagaimana mungkin anda tidak bisa membedakan mana surat yang real dan mana surat yang fake? So, saya minta rumah saya agar segera di kosongkan! karena sebentar lagi saya akan kembali tinggal di situ" Jelas Vany yang membuat Elis dan Bulan terperangah seketika.

"Kurang ajar kamu! Jadi selama ini kamu telah menipu saya?!" Bentak Elis.

"Saya memang kurang ajar karena orang tua saya tidak pernah mengajarkan saya. Jadi jangan anda salahkan saya! Salahkan kepada diri anda sendiri! Seharusnya anda berpikir, kalau bukan tempat tinggal yang saya kasih ke kalian, kalian mau tinggal di mana? Selama ini anda selalu memanfaatkan saya di saat usaha milik suami anda telah bangkrut! Dasar PENJILAT!" Sarkas Vany menekan kata terakhir di akhir kalimatnya.

Baru saja Elis ingin kembali melayangkan tangannya, Derick sudah terlebih dahulu mencekalnya.

"Apa anda masih belum cukup menyakiti anak anda sendiri?" Tanya Derick sinis. "Saya tidak punya urusan dengan kamu!"

"Maaf sebelumnya saya lancang. Urusan Vany adalah urusan saya juga, karena Vany adalah pacar saya" Semua cengo mendengar penuturan Derick, termasuk Vany.

"Oh jadi Vany pacar kamu? Pantes aja modelnya Vany udah kaya JALANG" Tukas Elis.

"Maaf mulut anda terlalu lancang. Seharusnya hal tersebut anda tanyakan pada anak kesayangan tante" Celetuk Derick.

"Pak Firman, kenapa semua siswa di sini tak punya etika sama sekali? Saya mau mereka semua di keluarkan dari sekolah ini!" Ucap Elis pada pak Firman yang sedari tadi hanya diam mendengarkan. Pak Firman pusing, bagaimana mungkin ia mengeluarkan Derick yang notabenya adalah pemilik sekolah ini

"Apa hak anda untuk menyuruh kami keluar?" Tanya Zean santai. Sungguh! Elis pasti akan malu setelah mengetahui siapa pemilik sekolah yang sebenarnya.

"Mah udah, mama gak perlu kek gitu" Ucap Bulan menengahi. "Gak papa sayang, mereka semua hanya sampah yang akan merusak sekolah ini"

"Cih! Munafik!" Decih Shilla yang merasa kesal.

"Pak Firman, sekali lagi saya minta kepada bapak untuk mengeluarkan mereka! Kalau saya akan menarik kembali saham yang saya berikan" Ucap Elis tak sabar.

Semua yang ada di ruangan ini terkekeh geli, minus pak Firman.
"Cabut aja tante gak papa kok! Saham 5% mah gak ada apa-apanya untuk sekolah saya" Celetuk Derick konyol.

"Tau apa kamu tentang saham yang saya kasih?" Tanya Elis curiga. "Tau dong, orang saya sendiri pemilik sekolah ini" Jawab Derick enteng. Elis melongo tak percaya. Mana mungkin bocah ingusan sudah punya sekolah sendiri.

"Benar bu, Derick adalah pemilik yayasan ini. Dan saham sebanyak 5%  yang ibu tanam akan kami kembalikan" Jelas pak Firman. Malu! Itu yang menggambarkan kondisi Elis dan Bulan saat ini.

"Huuuu 5% aja belagu!!" Celetuk Bagas dan Dewa di sela-sela tawanya.

"Rick, gue bakal tanam saham di sini 2% boleh gak?" Gurau Frans yang di hadiahi jitakan oleh Zean. "Pelit banget lo. Kenapa gak 5% aja sih biar nyonya Elis ada saingannya?" Kekeh Zean.

Muka Elis memerah kesal. Bisa-bisanya dia di permalukan seperti ini! "Ayo sayang kita pulang!" Elis menarik paksa tangan Bulan dan segera pergi dari ruang kepala sekolah.

Setelah itu Shilla dkk dan Leon dkk keluar dari ruang kepala sekolah.
"Van, lo utang penjelasan yah sama kita-kita?!" Tagih Shilla

Vany mendengus sebal. "Iya-iya bawel!"

JESLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang