Bullying

4 1 0
                                    

Hari ini sekolah seperti biasanya. Hingga pelajaran pertama telah usai membuat penghuni sekolah bertebaran menuju kantin. Begitu pula di lakukan oleh Jessy dkk serta Leon dkk.

Banyak tatapan kagum yang di lontarkan langsung untuk mereka. Tapi mereka memilih untuk tak menghiraukan saja. Mereka duduk di tempat biasa.

"Pada mau pesen apa? Biar gue yang pesenin" Tawar Shilla.

"Gue mie ayam sama hott millo aja" jawab Jessy. "Samain aja semua Shill biar gak ribet" Ucap Leon yang di balas anggukan oleh Shilla.

"Gue bantuin yah?" Tawar Frans yang langsung di balas anggukan oleh Shilla. Mereka pun pergi untuk memesan makanan.

Tak lama pesanan mereka datang bersama Shilla dan Frans yang juga di bantu oleh beberapa pegawai kantin.

Tiba-tiba Jessy merasa perutnya sedikit mules. "Gue ke toilet bentar" Ucap Jessy seraya pergi meninggalkan mereka semua.

"Huftt legaa" Selesai menuntaskan panggilan alamnya, Jessy memilih untuk kembali ke kelas mengingat bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Baru saja ia keluar dari toilet, tangannya di tarik kuat oleh orang yang di kenalinya, Bulan dan antek-anteknya.

Mereka membawa Jessy ke gudang belakang yang jauh dari kelas. Mereka sengaja membawa Jessy kesini karena kemungkinan besar tak ada yang menolong Jessy.

"Apa-apaan sih lo semua?! Lepasin gak?!" Bentak Jessy pada Lola dan Fifi yang mencekal erat tangannya.

"Diem lo jalang!" Bentak Bulan sengit. Jessy terus memberontak, tangannya terasa perih saat mengenai kuku panjang milik Lola dan Fifi.

Setelah menutup pintu gudang mereka mulai menjalankan aksinya. Lola dan Fifi mendudukan Jessy di kursi dan mulai mengikat kaki dan tangannya. Ia tak bisa memberontak karena rambutnya di jambak kuat oleh Bulan.

"Mau lo apa sih?! Gue bahkan gak punya masalah sama lo!" Bentak Jessy sinis yang membuat Bulan semakin menjambak kuat rambut Jessy.

"Lo itu harus nya sadar diri! Leon itu punya gue Anjing!" Teriak Bulan tepat di depan wajah Jessy. "Pengecut banget lo main nyekap-nyekap kek gini!" Jessy berusaha bersabar menghadapi sikap Bulan.

Plakk

"Lo udah mulai berani yah sama gue?" Jessy merasakan perih di pipinya. Ia merasa ada darah yang menetes di sudut bibirnya.

"Ngapain gue harus takut sama lo? Emangnya lo Tuhan yang harus gue takutin gitu?" Jessy menantang Bulan. Ia ingin melihat permainan apa yang di berikan oleh bulan untuknya.

"Lo itu harus nya sadar diri! Emang lo gak malu ngejar-ngejar Leon sampe segitunya? Atau emang urat malu lo udah putus?" Sambung Jessy lagi.

Bughh

Bulan yang sudah tersulut emosi langsung menendang tepat di ulu hati Jessy hingga sang empunya batuk hingga berdarah.

Plakk

"Harusnya yang malu itu lo! Dasar jalang! Semua siswa di deketin, bikin malu bonyok lo tau gak?!"

Nafas Jessy memburu ia tak mau kalau orang tuanya harus di bawa-bawa. "JANGAN BAWA-BAWA ORANG TUA GUE ANJING!!"

Bulan tertawa miris. "Oh atau emang nyokap lo jalang kali yah makanya sifatnya nurun ke lo" Bulan menunjuk-nunjuk bahu Jessy kasar.

Jessy terkekeh menanggapi ucapan Bulan. "Oh yah? Kebalik gak tuh? Gue rasa sih nyokap lo yang kaya gitu" Balas Jessy acuh.

Bughh
Plakk
Plakk

Wajah Jessy kembali di tampar oleh Bulan. Ia yakin kalau penampilannya sekarang memburuk.

JESLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang