Izin

3 1 0
                                    

Tak terasa kini Jessy sudah dua minggu di rawat di rumah sakit. Rasa bosan sering melanda ketika pagi hari, karena sahabat-sahabatnya harus bersekolah. Meski Leon sering bolos, namun tak urung Jessy tetap saja meresa bosan.

Hari ini Jessy akan kembali ke rumah. Ralat. Kembali ke mansionnya. Banyaknya desakan-desakan yang di peruntukkan untuk Derick, mau tak mau ia menuruti permintaan adiknya itu.

Setelah sampai di mansion milik Anderland, Jessy langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

Tokk..tokk..tokk!
Tokk..tokk..tokk!

"Ck! Sabar elah!" Kesal Jessy seraya membuka pintu kamarnya yang di ketuk terus-menerus.

Derick langsung masuk menerobos tak menghiraukan umpatan Jessy. "Kebiasaan banget deh langsung main cerocos aja!" Tukas Jesy bersedekap dada.

"Like-like gue dong! Nih bunda mau bicara sama lo" Ucap Derick seraya memberikan hpnya pada Jessy. Jessy mengambil hp itu dan langsung menempelkan pada telinga kirinya.

"Halo Bun?"

"Halo sayang, kamu kenapa bunda telpon dari tadi gak diangkat?"

"Bunda telpon? Oh, hp aku lagi di charge bun, makanya aku gak liat"

"Oh bunda kira kamu kenapa-kenapa"

"Bunda kapan pulang?"

"Minggu depan bunda bakal pulang sama ayah"

"Oh gitu yah? Jessy udah kangen tauu!"

"Bunda sama ayah juga kangen sama kamu, gimana kabar kalian di sana? Baik-baik aja kan?"

"Ha? E-eh anu bun, emhh aku sa-sama kak Derick baik-baik aja kok"

'Aduh boong sama orang tua demi kebaikan sendiri dosa gak yah?' Batin Jessy seraya melihat Derick yang menatapnya tajam.

"Kalo baik-baik aja kok jawabnya gugup gitu sih?"

"Ngga kok bunda, beneran deh, aku sama kak Derick gak papa hehe"

"Oh gittu?"

"Iya bunda. Kalo bunda sama ayah kabarnya gimana?"

"Ayah sama bunda juga baik-baik aja kok, sehat-sehat juga"

"Bunda sama ayah jangan kecapean yah? Awas aja kalo kalian sakit, aku bakal bakar perusahaan ayah yang ada di Indo"

Terdengar kekehan dari seberang sana. Memang ucapan Jessy tak pernah main-main. Pasalnya, Jessy pernah melarang ayahnya untuk tidak berangkat ke kantor, dia mengancam ayahnya untuk membakar mobil terbaru yang baru di beli oleh William. Saat Jessy pergi kesekolah, pria paruh baya itu nekat pergi bekerja. Siapa sangka, Jessy malah memutar balik mobilnya, dan membakar mobil terbaru milik ayahnya. Sejak saat itu, mereka selalu mendengar ancaman Jessy.

"Iya sayang, bunda sama ayah gak bakal kecapean kok"

"Janji yah bun? Awas aja kalo sampe boong!"

"Iya-iya. Udah sekarang kamu tidur, besok ke sekolah!"

"Iyah, night bunda"

"Night princess!"

Tutt..tutt..

Panggilan terputus. Jessy melempar asal ponsel milik Derick di kasur queen size miliknya.

"Udah pinter yah ngeboongin orang tua sendiri? Ckck!" Jessy hanya nyengir kuda menanggapi ucapan kakaknya.

"Udah sekarang lo tidur, istrahat yang cukup biar cepet masuk sekolah" Lanjut Derick. "Gue mau sekolahnya besok gak pake nanti!"

"Gak! Lo belum pulih total" Jessy mencebikkan bibirnya kesal. "Gue strong girl kalo lo lupa!"

"Mana ada strong girl di rawatnya sampe dua minggu?" Cibir Derick yang membuat Jessy memutar bola matanya malas. "Emangnya gue yang minta di rawat sampe dua minggu?"

Derick berdecak sebal. "Susah amat sih tinggal nurut aja"

"Susah amat sih tinggal ijinin aja" Sahut Jessy menirukan ucapan Derick. Leon mendengus kesal "Sekali gak ya nggak!"

Jessy hanya manggut-manggut. Dia meninggalkan Derick yang masih terlentang di queen size miliknya. Ia lebih memilih berdiri di balkon sambil menikmati semilir angin malam.

Dilihatnya bintang yang bertebaran di mana-mana. Derick yang tak lagi mendengaf kicauan Jessy kemudian mencarinya.

Didapatinya Jessy yang sedang berdiri di pembatas balkon. "Masuk, anginnya gak baik" Jessy memilih diam sembari terus melihat bintang.

"Dih! Ngambek lo?" Cerocos Derick yang kembali tak di gubris oleh Jessy.
"Emang gue kurang keren yah dari pada tuh bintang?" Tanya Derick.

Lagi dan lagi Jessy menghiraukan Jessy. "Jess lo kenapa sih? Berasa gila gue ngomong sendiri" Kesal Derick.

Lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi tak di hiraukan oleh Jessy. Derick mengusap kasar rambutnya. "Iya deh! Besok lo boleh ke sekolah" Putus Derick.

Jessy langsung menoleh pada Derick. Rencananya berhasil! Dalam hati ia bersorak girang. "Tapi ada satu syarat!"

Huft! Lebih baik ia menurut, dari pada tak di perbolehkan sama sekali?
"Apaan?"

"Lo gak boleh kecapean, kalo kemana-mana gak boleh sendiri, harus sama gue terus, kalo gak sama Shilla, kalo--" Belum selesai ia bicara Jessy sudah memotong nya duluan.

"Iya-iya, bawel amat lo kak. Udah kayak emak-emak berebut diskon"

"Kalo gak mau ya udah"

"Gue mau, baperan amat ya elah"

"Hm. Ya udah, lo tidur gih!"

Jessy mengangguk lalu menciumi pipi kiri dan kanan Derick. "Night prince"

Derick tersenyum lalu balas menciumi pipi kiri dan kanan Jessy juga. "Night princess"

Derick menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jessy. Ia menutup pintu balkon. Terlebih dahulu ia memakainkan Jessy selimut sebatas dada, menyalakan lampu tidur dan memadamkan lampu kamar. Terakhir ia mencium dahi Jessy singkat dan keluar kamar untuk segera beristirahat.

JESLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang