MA - 03

54 7 1
                                    

"Ameera, ayo bangun," Aseelah mengetuk pintu kamar Ameera. Tak lama kemudian, Ameera terlihat.

"Selamat pagi Ameera, ayo kita sarapan," sambut Aseelah dengan senyum terpampang di wajah cantiknya.

"Kita sarapan di kantin saja ya, aku dan Letizia sedang malas sekali memasak," ujar Aseelah.

Setiap kamar memang di fasilitasi dengan dapur. Jadi, setiap orang bebas sarapan dimana saja. Entah di kantin ataupun di kamar mereka masing-masing. Kecuali untuk makan siang dan makan malam. Keduanya wajib untuk makan di kantin.

Mereka bertiga pun bergegas pergi ke gedung sebelah. Kondisinya tidak cukup ramai, karena sebagian besar dari mereka sarapan di asrama. Setelah ketiganya duduk, seorang pelayan kantin langsung menghampiri.

"Kau ingin apa, Ameera??," tanya Aseelah,

"Aku roti susu dan air saja,"

"Kau Leti??," yang ditanya hanya menjawab dengan acuh, "Terserah,"

"Baiklah, roti susu tiga dan air 3," setelah Aseelah memesan, pelayan itu langsung pergi menyiapkan pesanan.

Ouh iya, ngomong-ngomong tentang Letizia. Ameera merasa kalau Leti tidak suka dengan kehadirannya. Itu terlihat jelas di matanya ketika menatap Ameera. Entah itu benar atau tidak, tapi Ameera merasa bahwa Letizia sangat tidak suka padanya.

Ketiganya sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga terdengar suara nyaring dari Aseelah memanggil nama seseorang.

"ALAAN, RYCEE,"

Tak lama, kedua orang yang dipanggil pun ikut bergabung dengan mereka bertiga. Ameera hanya menatap keduanya sekilas dan setelah itu langsung fokus pada makanannya.

"Tumben berdua saja, dimana satu lagi??," Letizia bertanya dan menatap sekeliling. Ameera yang mendengarpun langsung terdiam, Letizia sekarang sangat berbeda.

"Dipanggil Mr. Leo, entahlah aku juga tidak tau untuk apa," jawab salah satu dari mereka, dan mendapat anggukan dari Letizia.

"Ouh iya, kenalkan, dia Ameera," jelas Aseelah ketika menyadari bahwa Ameera hanya fokus pada makanannya. Dua pemuda itu lantas memusatkan perhatiannya pada Ameera.

"Halo Ameera, aku Alan dari Kerajaan Eleonora," sapa pemuda itu riang dengan lambaian tangannya.

"Rcye dari Kerajaan Charlene," Ameera menatap Rcye. Ryce ternyata adik Aseelah dan Letizia. Mereka bersaudara.

"Ameera Ara-," ucapan Ameera terpotong karena seseorang datang dan memanggil nama Alan. Terlihat seorang gadis dengan wajah kecilnya dan terlihat sesuatu menempel di seragamnya. Terlihat sama dengan Alan.

"Kakak, aku mencarimu dari tadi," ucap gadis itu,

"Ada apa Owen??," tanya Alan kepada gadis bernama Owen itu.

"Ayah dan Ibu ada disini, ayo kita temui mereka. Aku kangen sama Ibu, tau," wajah yang semula riang, kini berubah menjadi sendu. Sepertinya gadis itu benar-benar merindukan orang tuanya.

Alan yang mengerti pun langsung pamit untuk menemui orang tuanya. Tak lama, mereka pun menghilang dari gedung kantin.

Siapa gadis itu??, batin Ameera.

"Dia Owen, adik dari Alan. Raja dan Ratu Eleonora memang biasa kemari untuk melihat kondisi anak mereka," Ameera terkejut atas ucapan Ryce tadi. Apa ini?? Ryce bisa baca pikiran??

"Kau membaca pikiran Ameera??," tanya Aseelah mencoba meyakinkan. Dan Ryce pun mengangguk santai.

"Pantas saja Ameera terkejut seperti itu. Tidak apa Ameera, itu memang kekuatan Ryce, bisa membaca pikiran dan elementnya api. Kalau aku, aku bisa mengendalikan tumbuhan dan element ku tanah. Dan Letizia sendiri, di-," penjelasan Aseelah terpotong karena ucapan Letizia.

"Ayo segera ke kelas," ucap Letizia kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga.

Karena Ameera belum tahu apa kekuatan yang dia punya, otomatis dia tidak sekelas dengan Aseelah dan Letizia. Disini dia sekarang, dalam kelas dengan jumlah murid yang mungkin tidak terlalu banyak. Duduk sendirian dipojok. Dia tidak kenal siapa pun disini.

Suara langkah kaki terdengar dari arah pintu. Menampilkan sosok pria paruh baya dengan jubah hitamnya. Kemudian disusul dengan sosok pemuda tampan dengan tubuh yang tinggi.

"Selamat pagi," sapa pemuda itu dengan wajah yang datar,

"Tersenyumlah sedikit, kau membuat mereka tegang Erlio," tegur pria paruh baya tersebut. Sedangkan pemuda itu hanya menganggapnya angin lalu.

"Perkenalkan saya Mr. Leo. Saya yang akan membantu kalian menemukan apa kekuatan kalian. Dan tentu saja dengan bantuan pemuda kelas golden ini," semua menatap takjub kearah pemuda itu. Kelas golden adalah kelas tertinggi di academy ini. Dan bisa dibilang, orang-orang yang berada di kelas golden, sudah sangat-sangat mampu untuk mengontrol kekuatan mereka, "Perkenalkan dirimu,"

"Erlio Charlotte,"

Singkat, padat dan jelas. Kenapa sekarang Ameera merasa semua orang yang berada disini sangat dingin. Terkecuali Morgan, Aseelah, dan Alan. Ameera menatap Erlio dengan wajah tak suka. Namun, tak disangka yang ditatap justru menatapnya balik. Ameera pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Baiklah, kita mulai pelajarannya. Semua dengarkan intruksi yang diberikan Erlio, semua harus fokus," tegas Mr. Leo.

Erlio mulai memberikan instruksinya. Semua menutup matanya, mencoba memfokuskan diri. Perlahan, tangan Ameera mulai bergerak melayang di udara. Mencoba membuka mata dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Sebuah bola api dengan warna biru terbentuk didepannya. Dia bingung bagaimana cara mengendalikannya, hingga akhirnya Erlio datang menghampiri.

"Tenangkan dirimu dan fokus pada api itu," Ameera menuruti apa kata Erlio. Ameera berusaha keras untuk fokus. Dia benar-benar mencoba mengendalikan bola api itu.

Namun, semakin dia mencoba fokus, justru angin semakin kencang. Membuat semua yang disana berpegangan pada sesuatu yang bisa menahan mereka.

"Hentikaann," teriak Erlio. Ameera yang mendengar teriakan Erlio, langsung berhenti. Dan seketika, angin itu hilang. Semuanya baik-baik saja. Hanya ruangan kelas berubah menjadi berantakan. Dan sepertinya Erlio terluka dibagian tangannya. Itu karena dia tidak sengaja tergores ujung meja tajam tadi.

"Ma-maafkan aku, aku benar-benar minta maaf," Ameera merasa bersalah karena kejadian tadi. Dia juga tidak menyangka kejadian tadi akan terjadi. Bagaimana ini??

"Ameera, temui saya di gedung sebelah setelah kau mengobati Erlio. Dan untuk yang lain, tenangkan diri kalian," Mr. Leo memerintah. Ameera hanya mengangguk patuh, kemudian mengajak Erlio ke ruang kesehatan.

Kondisi ruang kesehatan sangat sepi. Tidak ada yang berjaga satu pun. Dengan inisiatif sendiri, Ameera langsung mengambil beberapa tumbuhan. Dia sedikit mengerti bagaimana mengobati luka. Setelah ramuannya selesai, Ameera lantas menghampiri Erlio yang sedang duduk diatas ranjang.

"Bo-boleh aku lihat tangannya??," Ameera merasa gugup sekarang.

Erlio mengulurkan tangannya ke pada Ameera. Ameera yang melihat itu, langsung menerimanya. Dilihatnya luka itu berada di gelapak tangan, tidak parah sih, tapi itu pasti perih. Dia menyentuh luka tersebut. Erlio yang melihat itu langsung terkejut.


"Kau bisa menyembuhkan luka??,"

🏹🏹🏹

Fyi :

Jadi, kelas tertinggi tuh golden, sedangkan kelas tengah silver trus kalau masih rendah itu bronze.


Sekian, dan terimakasih.

Miracle AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang