MA - 05

43 5 0
                                    

Ameera kini berada di ruang latihan. Dia sudah berulang kali mencoba untuk mengendalikan kekuatannya. Tapi hasilnya tetap sama saja. Tidak ada perkembangan. Duduk dibawah pohon rindang kemudian menghela nafas kasar.

Jika terus begini, Ibu akan kecewa nanti. Iya, Ameera pasti bisa. Ayo semangat Ameera.. batinnya.

Dengan tangan terkepal, dia lantas berdiri memandang ke arah sebuah sasaran. Tangannya mulai bergerak di udara. Tak lama kemudian, sebuah api muncul ditangannya.

Fokus Ameera, fokus.

Pikirannya tak berhenti memikirkan itu. matanya terus fokus pada target. Setelah api yang dikeluarkannya membesar, Ameera pun langsung melempar api tersebut ke depan. Dan, ya, tepat sasaran. Perasaan senang muncul dalam benaknya. Tapi tak lama, dia lupa untuk mengendalikan kekuatannya satu lagi. Angin.

Ameera terus berpikir bagaimana waktu itu dia mengeluarkan sebuah angin. Yang dia ingat ketika itu, dia hanya terus fokus pada apinya tanpa tau angin tiba-tiba muncul. Pikirannya terus mengingat kejadian di kelas kemarin.

"Kau masih belum bisa mengeluarkan kekuatanmu dengan baik?," seseorang tiba-tiba bertanya. Ameera yang sedang melamun, akhirnya terkejut dengan seseorang yang kini sudah berada tepat disampingnya.

"Kak Morgan?," yap, dia Morgan. Ketika sedang berjalan-jalan, tanpa sengaja pandangannya melihat Ameera yang sedang berlatih. Akhirnya, Morgan pun memutuskan untuk menghampirinya, "A-ah, sudah kok," lanjut Ameera.

"Oo, boleh aku melihatnya?," tanya Morgan penasaran. Dan Ameera kemudian mengangguk.

Ameera fokus pada kekuatannya. Menutup matanya kemudian tak lama, sebuah api muncul ditangan kirinya. Morgan yang melihat itu tersenyum.

"Element mu api ternyata. Tapi, sepertinya kau belum bisa mengendalikannya," jelas Morgan. Ameera hanya menatap heran ke arah Morgan. Perasaan dia sudah bisa mengendalikannya, lalu apa yang salah?

"Begini caranya," Morgan berkata sambil menjentikkan jarinya, hingga keluar lah sebuah api dengan merah menyala dari tangannya. Ameera membulatkan matanya, tidak percaya apa yang baru saja dia lihat.

Semudah itu kah?

"Fokus saja tidak cukup, kau juga perlu menguasainya. Setiap element memiliki ciri khas mereka masing-masing untuk bisa mengeluarkannya. Kau hanya perlu melakukan itu," jelas Morgan kepada Ameera, "Cobalah seperti caraku tadi," titah Morgan.

Ameera ragu untuk mencoba, tapi mau tak mau dia harus mencobanya. Dia mulai menjentikkan jarinya dan benar saja, api mulai muncul. Ya, walaupun tidak sebesar yang Morgan keluarkan tadi. Morgan tersenyum hangat kepada Ameera. Tangannya mulai mengusap lembut kepalanya.

"Segitu saja sudah bagus, kau hanya perlu lebih fokus saja. Ouh iya, elementmu hanya api?," tanya Morgan. Karena biasanya setiap orang memiliki maksimal 2 element yang mereka punya.

"Ada angin juga. Tapi, aku masih tidak tau cara mengeluarkannya," jelas Ameera.

"Hem, aku tidak tau banyak tentang angin. Jadi, maaf sepertinya aku tidak bisa membantu," ucap Morgan merasa tidak enak.

"Ah, tidak apa-apa Kak," jawab Ameera sembari melambaikan kedua tangannya.

"Ouh iya, kalau kamu mau, kamu bisa tanya pada Erlio. Dia juga punya element angin, jangan sungkan bertanya padanya, meskipun sikapnya dingin tapi Erlio baik kok. Dia juga seumuran denganmu kalau kamu tau," jelas Morgan.

"Ada apa membicarankanku?,"

Panjang umur sekali Erlio. Baru saja diomongi sudah datang orangnya.

Miracle AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang