MA - 14

26 2 0
                                    

"Kau yakin tidak akan memberitahukan ini kepada Ameera?," tanya seseorang.

"Ya, aku yakin. Ini yang terbaik untuknya," Letizia menjawab pertanyaan itu dengan pasti.

"Lalu, bagaimana dengan roh naga itu?," orang itu menatap lekat Letizia.

"Roh naga itu berupa kristal biru yang terang," Letizia menjeda ucapannya, "Edwind sebentar lagi akan mengetahui itu. Dari yang ku lihat, dia yang akan mendapatkan roh naga itu," jelas Letizia.

Roh naga. Adalah seekor naga yang telah hidup jutaan tahun. Berwujud batu kristal dengan warna birunya yang terang. Ketika seseorang mendapatkan batu itu, semua kekuatan akan bisa dia kuasai. Tidak akan ada yang bisa mengalahkannya.  Dan salah satu dari dua orang telah ditakdirkan akan mendapatkan batu kristal itu. Jika jatuh ke tangan yang salah, maka kegelapan akan terjadi.

Edwind.

atau,

Ameera.

"Jadi, ramalan tentang kegelapan itu akan terjadi?," Letizia mengangguk mengiyakan.

"Lalu mengapa tidak beritahu Ameera tentang batu kristal itu?! Setidaknya dia akan berusaha mencegah kegelapan terjadi. Apa yang ada dipikiranmu sebenarnya?!," orang itu mulai emosi kepada Letizia.

"Diberitahu atau tidak, dia akan tetap mengetahuinya," jelas Letizia. Dan orang itu menghela nafas pasrah.

"Lalu, apa sekarang?," Letizia menatap heran orang yang ada di depannya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Biasanya kau yang akan langsung memerintah tanpa bertanya padaku dulu," heran Letizia.

Orang itu mengehala nafas, "Kali ini berbeda. Sudah, katakan saja," jawabnya datar.

"Kita akan bertukar posisi. Mulai sekarang aku akan awasi orang itu, dan kau awasi terus Ameera," titah Letizia.

"Mengapa harus aku yang mengawasi Ameera?," tanya orang itu heran.

"Sesuatu terjadi antara aku dan Ameera," Letizia mulai mengingat kembali kejadian waktu itu di rooftop. Sudah lama memang, tapi masih sangat menyakitkan jika dingat lagi.

"Ouh," jawab orang itu pendek.

Diantara keduanya sudah tidak ada lagi yang berbicara. Namun tak lama, Alan datang.

"Apa yang sedang kalian lakukan disini, Erlio?," tanya Alan ketika melihat Erlio.

"Tidak ada," Alan menghela nafas kasar ketika mendengar jawaban Erlio, lalu kembali mengingat sesuatu.

"Ouh iya, aku baru ingat. Ada sesuatu terjadi pada Ameera," ucap Alan

Ketika mendengar nama Ameera disebut, Letizia dan Erlio menatap Alan dengan pandangan bingung.

"Apa yang terjadi pada Ameera?," Erlio mulai bertanya.

"Hei, ada apa ini? Kenapa jadi panik seperti itu, Erlio?," Alan mulai menggodanya, "Bukankah Letizia akan marah jika kau mengkhawatirkan gadis lain?," Letizia yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.

"Cepat katakan, apa yang terjadi?," nada bicara Erlio mulai menegas. Oke, ini artinya Erlio sedang tidak ingin bercanda.

Alan yang mendengar itu langsung menatap Erlio takut, "Ta-tadi, aku sedang bicara dengan adikku, tapi Ameera datang dan bilang ingin bicara sebentar dengannya," jeda Alan, "Aku menunggu adikku yang sedang bicara dengan Ameera tak jauh dari mereka berdua. Tapi," Alan sengaja menghentikan ceritanya.

"Tapi apa? Ayo lah Alan, bukan waktunya untuk bercanda seperti ini. Apa yang terjadi pada Ameera?," Letizia mulai kesal pada Alan.

"Aah kalian ini, kenapa hari ini sangat pemarah sekali sih," jawab Alan.

Miracle AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang