Kakinya masih berlari menelusuri gedung utama academy ini. Tak lupa dengan matanya yang tak terkendali melihat ke segala arah untuk menemukan sosok yang ia cari.
Langkahnya semakin kencang ketika Ameera menemukan sosok yang dia cari. Owen. Sedang duduk sendirian dibelakang gedung dengan kepala yang tertunduk. Jangan lupakan dengan bahunya yang bergetar.
Dengan langkah perlahan, Ameera mulai mendekati Owen. Menyamakan posisinya dengan Owen yang sedang duduk. Kemudian memegang kedua bahu itu lembut.
"Owen," suara Ameera melembut. Owen pun mendongak menatap ke arah sumber suara. Dapat Ameera lihat, mata Owen yang sembab karena menangis.
"Kak Ameera," Owen segera menghapus air matanya dan tersenyum tipis ketika melihat siapa orang itu.
"Owen, aku-," belum sempat Ameera menyelesaikan ucapannya, Owen sudah lebih dulu memotongnya.
"Tidak apa Kak. Kalau itu pilihan Kak Morgan, Owen gak apa-apa kok Kak. Kalau Owen lihat-lihat juga kalian berdua cocok. Kak Morgan yang tampan dan Kak Ameera yang cantik," Owen mengatakan itu dengan senyumnya dan juga mata yang berkaca-kaca.
"Apa maksud kamu Owen? Aku sama Kak Morgan itu-,"
DUAARR
Sontak mata Ameera membulat sempurna ketika mendengar suara itu. Owen yang mendengar juga ikut menatap Ameera terkejut.
"Ada apa itu Kak?," tanya Owen.
"Tidak tahu, sebaiknya kita lihat sekarang. Ayo," melupakan obrolan sebelumnya, kini Ameera pergi terburu-buru dengan Owen yang mengikuti di belakangnya.
Ameera mengepalkan tangannya kesal dengan apa yang dia lihat sekarang. Gedung kantin yang berdiri dekat dengan gedung utama sudah tak berbentuk sama sekali. Semuanya hancur.
Oh astaga, apa lagi sekarang?
Dulu gedung para pengajar, lalu sekarang?
Gedung kantin juga dia hancurkan?
Ameera berjalan mendekati reruntuhan itu dengan tangan yang masih terkepal kesal. Matanya sudah memerah menahan amarah. Namun sesuatu mengalihkan pandangannya. Ya, Ameera melihat sesuatu di antara reruntuhan itu.
Kakinya mulai berjalan lebih dekat ke arah benda itu. Dapat dia lihat selembar kertas buram yang sudah lusuh. Tak ada apa-apa di kertas itu.
Ameera mengernyitkan dahinya heran.
"Ada apa?," Ameera langsung memasukkan kertas itu ke dalam sakunya ketika sebuah suara terdengar. Dilihatnya Aseelah yang sedang berjalan mendekatinya.
"Ouh, tidak ada apa-apa kok," Aseelah hanya mengangguk kemudian menatap reruntuhan itu.
"Tidak ada kerjaan sekali dia menghancurkan gedung kantin," Aseelah mulai berkata, "Tapi, bagaimana kita makan nanti?," nada bicaranya mulai melemah ketika mengatakan itu.
"Hahaha, tenang saja. Bukankah para Raja dan Ratu akan mengirimkan bantuan?," Ameera berkata dengan nada bercanda.
"Kau benar juga. Sudah lah, ayo pergi," Ameera mengangguk menerima ajakan Aseelah.
Keduanya berjalan mendekati Erlio, Alan, dan Ryce yang sedang duduk di dalam kelas dengan pandangan mereka fokus pada gedung kantin yang sudah tak berbentuk itu.
"Biasa saja melihatnya seperti hal baru saja," mereka bertiga mulai memandang Ameera dan Aseelah.
"Eh, Ameera, Aseelah," ujar Alan sambil meminum minumannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Academy
Fantasy⚠️ Hiatus ⚠️ [Miracle Academy; The Real of Princess] Miracle Academy. Sebuah sekolah sihir yang sangat dipercaya oleh kerajaan mana pun untuk mengembangkan sihir anak mereka. Tak jarang, muncul banyak serangan pada sekolah tersebut. Hingga saat tan...