Ameera dan Morgan. Kedua kakak beradik itu kini sedang duduk di bangku taman. Menghiraukan orang yang sedang berlalu lalang.
"Bagaimana kehidupanmu selama ini, Ameera?," Morgan mulai penasaran dengan kehidupan adiknya semasa kecil.
"Hem, tidak ada yang seru. Semua orang didesa menjauhiku karena aku tidak memiliki ayah," Ameera mulai kembali mengingat kenangannya selama dia kecil. Dimana dia yang tidak memiliki teman. Dimana dia tidak memiliki seorang ayah. Dimana dia tidak memiliki apapun saat itu.
"Mengapa dijauhi hanya karena tidak memiliki ayah?," tanya Morgan bingung.
"Entahlah Kak, aku juga tidak tahu. Penguasa didesa itu sangat kejam dan tidak adil kepada rakyatnya," jelas Ameera.
Tanpa aba-aba, Morgan langsung memeluk Ameera. Merasa tidak enak karena selama ini dia hidup berkecukupan di dalam istana, sedangkan adiknya tidak punya apa-apa diluar sana.
"Ekhem," deheman seseorang menyelesaikan pelukan mereka. Ameera dan Morgan menatap orang yang ada dibelakangnya.
"Ehh, Owen. Ada apa?," ya, dia Owen.
"Ka-Kak Ameera dipanggil Mrs. Kaela diruangannya sekarang," kata Owen dengan menatap Ameera sedikit tidak suka.
"Baiklah, terima kasih Owen. Kak, aku pergi dulu ya, daah," pamit Ameera.
Kini hanya ada mereka berdua. Morgan dan Owen.
"Ayo duduk, Owen," titah Morgan kepada Owen. Dia pun langsung mendudukkan dirinya disamping Morgan.
"Kenapa Kak Morgan tadi memeluk Kak Ameera?," Owen bertanya dengan wajah yang tidak suka.
"Ouh, itu hanya-biasa saja kok," Morgan bingung harus menjelaskannya darimana kepada Owen.
"Kak Morgan kan sudah tahu hubungan kita bagaimana, kenapa harus memeluk gadis lain?," mata Owen mulai berkaca-kaca, "Kalau Kak Morgan lebih pilih Kak Ameera, Owen terima kok. Karena Owen sadar, Kak Ameera memang lebih cantik dari Owen, pokoknya lebih dari Owen dalam hal apapun itu," jelas Owen
Belum sempat Morgan menjelaskan, Owen sudah langsung berlari meninggalkannya dengan air matanya yang sudah mengalir.
Huuh, kau salah paham Owen.
"APA??," teriakan Ameera menggema diruangan Mrs. Kaela. Bagaimana tidak, perkataan Mrs. Kaela tadi sangat tidak masuk akal. Bayangkan saja, Ameera disuruh menyerah begitu saja kepada orang bernama Edwind itu.
Hei, ayolah. Bahkan perang saja belum dimulai sekarang.
Mengapa harus langsung menyerah?
Sehebat apa memangnya Edwind Edwind itu?
"Apa yang Mrs bicarakan?," Ameera menatap Mrs. Kaela tidak percaya, "Mrs ingin dunia ini penuh dengan kegelapan? Dimana kekuatan yang harusnya untuk kebaikan justru di salah gunakan?," kesal Ameera.
"DENGARKAN SAJA APA KATAKU, AMEERA," bentak Mrs. Kaela. Ameera masih tidak bisa percaya apa yang dikatakan Mrs. Kaela. Ini bukan seperti Mrs. Kaela yang Ameera kenal.
"Tapi Mrs-," perkataan Ameera terhenti ketika Letizia memegang bahunya.
Ya, tak hanya Ameera, ternyata Letizia pun dipanggil Mrs. Kaela untuk ke ruanngannya.
Ameera menatap ke arah Letizia, dia hanya mengangguk pelan, "Baik Mrs, saya akan bicara dengan Ameera. Ayo, ikut aku," Letizia langsung membawa Ameera keluar dari ruangan itu.
Rooftop.
Ya, Letizia membawa Ameera ke rooftop.
"Apa yang kau bicarakan tadi Letizia?," Ameera mulai meninggikan suaranya, "Kalau kau ingin membujukku untuk menyerah begitu saja, maka itu tidak akan pernah terjadi," Ameera kesal dengan sahabatnya ini, bagaimana bisa Letizia mengiyakan begitu saja perkataan Mrs. Kaela tadi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Academy
Fantastik⚠️ Hiatus ⚠️ [Miracle Academy; The Real of Princess] Miracle Academy. Sebuah sekolah sihir yang sangat dipercaya oleh kerajaan mana pun untuk mengembangkan sihir anak mereka. Tak jarang, muncul banyak serangan pada sekolah tersebut. Hingga saat tan...