"Woaah,"
Ameera menatap takjub apa yang dia lihat sekarang. Hutan dengan warna tanaman yang didominasi oleh warna violet. Sangat menakjubkan.
Tapi tunggu, dimana dia sekarang?
Ameera terus memperhatikan sekitar. Hingga sebuah gua mulai menarik perhatiannya. Dia mendekati gua tersebut. Perlahan mulai masuk ke dalam, hingga sesuatu mulai menarik perhatiannya.
Sebuah kristal biru terang yang berada di atas batu. Matanya menyipit karena merasa silau. Kristal itu sudah terang ditambah lagi dengan sorot sinar matahari yang memancar ke arah kristal itu. Membuat kadar terang kristal itu semakin bertambah.
Dengan langkah perlahan, Ameera mulai mendekati kristal itu. Tangannya mulai terulur untuk menyentuh benda itu. Tapi, ketika tangannya akan menyentuh benda itu, seekor phoenix muncul dan terbang ke atas.
Ameera yang terkejut hanya bisa memperhatikan phoenix yang sedang terbang di atasnya itu. Sedetik kemudian, langsung kembali fokus pada kristal biru itu. Tapi, tanpa Ameera sadari, pheonix itu mulai terbang dengan kecepatan tinggi menghampiri Ameera.
Brrukkk.
"Aaaaaa," Ameera merasakan pinggulnya terasa nyeri.
Kemudian berdiri dan langsung menatap sekitar. Apa ini, dia berada di kamarnya? Perasaan tadi dia berada di dalam gua.
Mimpi?
"Ameera, ada apa?," atensinya mulai teralih pada pintu yang terbuka dan menampilkan sosok Aseelah disana.
Ameera yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya sembari menjawab dengan seadanya.
"Ouh, baiklah. Kalau begitu, cepat mandi, kita harus segera berkumpul di lapangan indoor," titah Aseelah.
Ketika Aseelah menutup pintu kamar Ameera, Ameera langsung pergi bersiap.
Hanya butuh 20 menit untuk Ameera bersiap. Setelah dirinya selesai, Ameera mulai melangkah keluar kamarnya. Hal pertama yang dia lihat adalah Letizia yang sedang menatap kosong ke arah air yang ada didepannya. Ameera ingin sekali menyapa, tapi sepertinya itu sangat sulit untuk melakukannya sekarang.
"Ouh, kau sudah siap Ameera, ayo kita pergi. Leti, jangan menatap air itu terus kau mau dirasuki oleh sesuatu," Aseelah mulai memperingatkan Letizia.
"Hm," sifat dingin Letizia mulai kembali. Aseelah hanya menghela nafas kasar. Setelah itu kita keluar bersama.
Perjalan menuju lapangan indoor terasa sangat panjang. Suasana diantara ketiganya sangat berbeda dari biasanya. Canda tawa yang biasa mengiringi jalan mereka, kini bahkan tidak ada sama sekali.
"Aish, kenapa sangat sepi sekali sih?," gerutu Aseelah.
"Lebih baik diam daripada bicara tapi hanya omong kosong saja," sinis Letizia. Ameera hanya mendengarkan itu tanpa ingin membantah taupun membenarkan.
"Haahh, ini sangat canggung. Ayolah, kita sudah lumayan lama kenal, kenapa hanya diam seperti ini?," keluh Aseelah.
Ameera melirik sebentar ke arah Aseelah. Kemudian tersenyum tipis, dan itu pun sangat tipis. Sedangkan Letizia tidak memperdulikan itu.
Ketika Ameera dan Letizia fokus menatap ke depan, Aseelah mulai menghentikan langkahnya. Dia memperhatikan punggung kedua temannya yang sedang berjalan tanpa menyadari bahwa dia ada dibelakang.
"Aseelah!,"
Teriakan itu mulai menyadarkan Ameera dan Letizia. Mereka menghentikan langkahnya dan memandang ke belakang. Dapat dilihat Aseelah yang memandang mereka dengan wajah kesal dan tak lupa dengan ketiga pemuda tampan Miracle Academy. Erlio, Alan, dan juga Ryce.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Academy
Fantasía⚠️ Hiatus ⚠️ [Miracle Academy; The Real of Princess] Miracle Academy. Sebuah sekolah sihir yang sangat dipercaya oleh kerajaan mana pun untuk mengembangkan sihir anak mereka. Tak jarang, muncul banyak serangan pada sekolah tersebut. Hingga saat tan...