Let me introduce, Kim Jun Myeon!
LOVE SCENARIO
Sudah lebih dari seharian ini aku hanya menghabiskan hari berbaring ditempat tidurku. Aku tidak ingin pergi dari tempat tidurku.
"Y/N" suara itu membuatku terperanjat. Seorang laki-laki yang sangat kukenal masuk ke dalam kamarku dengan senyuman indahnya. Aku merindukan senyuman itu.
"Suho" aku menyebutkan namanya. Suho melangkahkan kakinya mendekatiku.
"Kau datang?" tanyaku sambil memposisikan diriku untuk duduk.
"Iya" jawab Suho sambil mengelus kepalaku sekilas.
"Maafkan aku baru bisa datang mengunjungimu sekarang" lanjut Suho meminta maaf.
"It's okay" balasku berusaha tersenyum.
"Apa yang kau bawa?" tanyaku yang kini menunjuk pada sebuah tas plastik yang tengah dipegang olehnya.
"Bubur dan beberapa obat" jawab Suho yang kini sibuk mengeluarkan isi bawaannya. Ternyata benar, itu berisi bubur dan beberapa obat.
"Apa kau sakit?" tanyaku cepat.
"Bukan aku, tapi kau" jawab Suho tidak kalah cepat.
"Aku?" beoku.
"Viona bilang kau sedang tidak enak badan. Oleh sebab itulah, aku membawakan ini untukmu" jelas Suho.
"Dia mungkin salah pengertian. Aku hanya ingin tidur dikamar, jadi mungkin dia berpikir bahwa aku sakit" elakku. Aku tidak ingin mengakui bahwa aku sakit.
"Dia berpikir seperti itu bukan hanya karena kau berdiam diri dikamar, tapi karena kau terlihat sangat tidak sehat saat ini" balas Suho sambil merapihkan beberapa helai rambutku yang berantakan.
"Makanlah bubur ini dan jangan lupakan untuk meminum obatnya!" perintah Suho.
"Aku tidak lapar" tolakku.
"Kau harus makan" balas Suho.
"Aku tidak berselera makan sekarang" tolakku lagi.
"Kau harus makan!" dengan nada tegas Suho memerintahku.
"Baiklah. Aku akan makan buburnya" dan akhirnya aku menyetujui untuk memakan bubur yang dibawakan oleh Suho.
"Tapi aku tidak akan meminum obatnya. Kau kan tau aku tidak suka minum obat" namun dengan satu syarat umum tentunya.
"Bukan tidak suka, tapi tidak tau" balas Suho.
"Seperti yang kau tau" balasku cepat.
"Aku akan mengambil mangkuk dan hal lainnya untukmu" Suho berjalan keluar dari kamar. Aku menatap kepergiannya dan tidak bisa kuingkiri bahwa aku sangat merindukan dirinya.