"Apa?" tanyaku to the point saat melihat sosok laki-laki menyebalkan mendekatiku.
"Apa?" tanyanya santai sambil duduk dihadapanku.
"Aku serius. Ada apa?" tanyaku malas. Laki-laki bernama Sehun ini tertawa kecil melihatku.
"Berhenti tertawa dan langsung katakan apa yang kau inginkan!" perintahku.
"Tugas kesenian kita bagaimana? Aku sangat tidak berbakat dalam bidang menggambar" dan ternyata ini alasannya.
"Kita disuruh menggambar apa?" tanyaku.
"Bebas" jawab Sehun.
"Kau bisa menggambar wajah tampanku" lanjut Sehun sambil tebar pesona.
"Aku ingin muntah" responku seadanya.
"Ish!" kesal Sehun.
"Bagaimana kalau poster tentang pemanasan global?" usulku.
"Tidak menarik" tolak Sehun cepat.
"Lalu yang menarik apa?" tanyaku.
"Wajah tampanku" jawab Sehun. Aku memberi tatapan tajam yang membuatnya menampilkan cengiran. Dasar Sehun!
"Baiklah. Bagaimana kalau kau yang menggambar dan aku yang akan mewarnai?" usul Sehun.
"Serahkan semuanya padaku" balasku.
"Aku tidak bisa melepas tanggungjawabku" balas Sehun sok.
"Tumben. Biasanya juga kau selalu melepaskan tanggungjawabmu" balasku dengan tatapan meremehkan.
"Aku mau berubah menjadi good boy" dan setelah mendengar balasan Sehun, rasa-rasanya aku ingin benar-benar muntah. Oh Sehun menjadi good boy? That's impossible.
"Aku harus pergi!" pamitku saat melihat kekasihku telah menunggu dipintu kantin.
"Kapan kita akan mengerjakannya?" tanya Sehun.
"Serahkan saja padaku!" balasku sambil bangkit berdiri.
"Baiklah" balas Sehun pasrah. Aku berlalu pergi meninggalkannya dan berjalan menemui Luhan, kekasihku.
"Hay!" sapaku kepada Luhan. Luhan tidak menjawab, melainkan memilih untuk berjalan mendahuluiku.
"Kau marah lagi?" tanyaku sambil berusaha menyamakan langkah kaki kami berdua.
"Tidak. Untuk apa aku marah?" tanya Luhan yang kini menghentikan langkah kakinya. Aku ikut berhenti.
"Karena aku berbicara dengan Sehun" jawabku.
"Tidak" balas Luhan. Aku menatapnya dengan tatapan puppyeyes.
"Kau sangat menggemaszkan!" dan tentu saja, Luhan akan luluh dengan hal itu.
"Apa kau lapar?" tanya Luhan sambil merangkul pundakku. Kami berdua kembali melanjutkan langkah kaki kami.
"Aku lapar" jawabku.
"Aku ingin makan burger, Luhan" lanjutku merengek.
"Baiklah. Ayo kita pergi mencari burger untukmu!" putus Luhan. Aku mengangguk penuh semangat.
"Ayo!"
🍔🍔🍔
"Ada yang ingin kau tanyakan?" tanyaku saat Luhan sedari tadi hanya diam menatapku yang sedang makan. Aku tau, Luhan ingin menanyakan sesuatu padaku.
"Apa yang tadi kalian berdua bicarakan?" dan dugaanku benar saat mendengar Luhan akhirnya bertanya.
"Tugas kelompok kesenian. Aku dan dia sekelompok" jawabku.