Anisa PoV
Aku mulai bersiap untuk pergi kesekolah. Hari ini aku meminta Riski untuk menjemputku. Sedang ingin saja tak ada alasan apa-apa.
Ketika aku turun ke bawah untuk sarapan. Aku melihat sesosok laki-laki yang ikut duduk dimeja makan keluargaku. Riski? Bukan. Jika itu Riski, Mama akan memanggilku untuk segera turun.
"Dek, ayo sarapan", ajak Mama. Laki-laki itu pun menoleh ke arah ku. Siapa dia? Dia adalah Adit iya Adit berani sekali dia kesini. Sok baik didepan orang tuaku.
"Enggak deh, Ma. Nanti aja sarapan dikantin", tolakku. Malas sekali harus sarapan dengannya.
"Nanti kalo gak keburu gimana?", tanya Papa. "Keburu kok, Pa", jawabku.
"Dek, ayo sarapan dulu", ajak Mas David.
Belum sempat aku menjawab. Ada suara orang mengetuk pintu. Aku langsung cepat-cepat membukanya. "Assalamualaikum, cantik", ucapnya tersenyum manis.
"Waalaikumsalam", jawabku membalas senyumnya.
"Siapa, Dek?", tanya Mama.
"Riski, Ma"
"Ajak sarapan sini"
"Agh enggak usah, Ma. Nanti malah telat lagi. Ya kan? Yok berangkat", kataku menarik tangan Riski. Tapi dia kembali menarikku kedalam. "Enggak akan telat kok, baru juga jam segini. Iky ikut sarapan disini ya, tante!", serunya masuk kedalam rumah.
Entah apa yang akan dipikirkannya nanti saat melihat ada Adit disini.
Aku duduk disamping Riski tepat didepan Adit. Adit terus saja melihatku sesekali tersenyum. Aku berusaha tak melihatnya.
"Nak Riski, gimana sekolahnya?", tanya Papa tiba-tiba.
"Alhamdulillah lancar, Om", jawabnya.
"Gimana sama Nisa?", tanya Papa lagi membuatku terkejut.
"Papa apaan sih?!", protesku.
"Alhamdulillah gak gimana-gimana, Om", jawab Riski.
"Setelah lulus mau nikah apa ngejar cita-cita dulu?", tanya Papa.
Uhuk... Uhuk...
Mendengar pertanyaan Papa membuatku tersedak. Riski memberikan minum padaku. Lantas itu membuat wajah Adit menjadi merah padam. Terlebih lagi mendengar pertanyaan Papa tadi.
"Belum tau, Om. Ikut Nisa aja, kan Iky lulus Nisa masih sekolah", jawabannya melirikku.
"Lagian papa nanyanya aneh-aneh sih!", protesku. "Udah agh, ayok berangkat sekolah takut telat!", ucapku menarik paksa Riski.
"Lah ini belum habis Nis", protesnya tak terima.
"Nanti gue traktir di kantin", masih menarik tangannya.
Dalam perjalanan aku banyak diam. Sedang memikirkan apa yang dipikirkan Riski tentang Adit.
"Gue boleh nanya gak?", katanya tiba-tiba.
"Nanya apa?", jawabku sedikit gugup.
"Tadi kenapa ada dia dirumah lo?", benar dugaanku dia akan menanyakan Adit.
"Enggak tau, gue tadi baru turun udah ada dia dirumah gue"
"Lo gak ada apa-apa kan sama dia?"
"Ngaco lo. Enggak lah enak aja. Amit - amit gue ada apa-apa sama dia.", jawabku sambil menjitak kepalanya lebih tepatnya helm miliknya.
"Iya, iya santai dong. Gak usah ngejitak juga kali", protesnya.
Istirahat
Aku dan ketiga sahabatku sudah duduk disalah satu sudut kantin. Masih memesan makanan yang sama apalagi kalau bukan mie ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Goalkeeper
FanfictionAwal mulanya berjalan lancar-lancar saja Sampai pada akhirnya beribu ribu cobaan datang menghadang Mencoba merusak dan menjadi orang ketiga Entah mereka akan sanggup atau tidak Yang jelas mereka ingin semuanya bertahan tanpa ada kata perpisahan S...