Bagian#15

14 2 0
                                    

Anisa PoV

Sudah hampir dua minggu setelah aku menyuruhnya untuk melupakanku. Dia benar-benar melakukannya, tak seperti minggu lalu yang dia selalu menggangguku dan berusaha membuatku kembali. Kami belum menjadi teman baik sekarang, masih ada rasa canggung dan jarak yang memisahkan. Seperti hari ini saat perayaan acara Dies Natalis, dia tidak mendekatiku. Sebenarnya lega sekali dia menjauh,  tapi ada rindu yang terlintas dihati. Tapi aku menyekalkan, "Kenapa aku harus memikirkannya?", gumamku. Ternyata Cecen mendengarnya, "Mikirin siapa?". Aku kikuk saat ingin menjawabnya, "Enggak siapa-siapa kok, hehe".

"Fokus sama acaranya. Sebentar lagi kita naik keatas panggung", ujarnya sambil bersiap-siap.

Benar hari ini aku menjadi salah satu panitia acara ini dan sekaligus pengisi acara. Aku menjadi pembawa acara atau MC bersama dengan Cecen. Acara segera dimulai, Ketua OSIS selaku ketua panitia mengintruksikan kami untuk naik kepanggung. Kamipun naik kepanggung. Aku membukanya dengan salam dilanjut dengan doa bersama karena sekolahku sekolah campuran yang enggak semuanya muslim jadi berdoa menurut kepercayaan tamu undangan masing-masing. 

Acara dimulai dengan pembukaan. Dilanjutkan sambutan-sambutan dari Bapak Kepala Sekolah dan Bapak Komite Sekolah. Acara dilanjutkan dengan hiburan-hiburan dan lain-lain. Setelah hampir 3 jam acara berlangsung dan akhirnya selesai juga. Sungguh lelah sekali hari ini, padahal hanya duduk membacakan susunan acara. Semua tamu undangan mulai membubarkan diri. Tapi tidak denganku dan panitia lainnya yang masih sibuk membereskan sisa-sisa acara tadi.

Banyak sampah yang berserakan dimana-mana, padahal sudah diberi tempat untuk membuangnya. Tapi masih saja dibuang tidak pada tempatnya.

Aku memunguti sampah dibantu dengan Cecen, Anelis, dan Eyon. Sambil membicarakan penampilan ciamik nan keren dari tim Gatara tadi.  Ya, mereka mempersembahkan sebuah lagu berjudul Kesempurnaan Cinta. Jujur saja aku terpukau dengan penampilan mereka apalagi suara merdu dari Brylian walaupun kadang ada nada yang fals. Aku saja yang hanya temannya bisa terpukau. Apalagi Anelis yang pacarnya pasti hatinya berbunga-bunga. Seperti sekarang mulutnya seperti tidak mempunyai rem, terus saja membicarakan pacarnya. Aku memilih pergi meninggalkan mereka bertiga bersamaan dengan ocehan Anelis yang semakin banyak saja. Bukannya aku tidak suka tapi hanya saja kepalaku sedang pusing dan badanku lelah. Jika terus bersama mereka dan mendengar ocehan Anelis bisa-bisa kepalaku pecah dibuatnya.

Akhirnya semuanya kembali bersih dan beres. Aku pulang dengan raga yang lelah. Sangat lelah, ku pikir menjadi MC tidak melelahkan tapi ternyata dugaanku salah. Lebih baik menjadi sie konsumsi daripada menjadi MC. Sampai dirumah aku langsung merebahkan tubuhku dikasur. Tak menghiraukan seragam yang masih menempel dibadanku. Akupun terlelap dalam lelahku. Dan tenggelam dalam mimpiku. 

Author PoV

Pagi ini wajah Anisa sedikit pucat. Tapi dia tetap kekeh untuk berangkat kesekolah. Hari ini adalah hari senin dimana akan ada upacara disetiap paginya. Tentu saja sebagai Kakak David sangat khawatir dengan kondisi sang adik.

"Kalo sakit enggak usah masuk aja. Nanti kalo kenapa-kenapa gimana?",ucap sang Kakak khawatir. Nisa hanya tersenyum menunjukkan bahwa dirinya tidak apa-apa.

Sang Mama juga melarangnya untuk tidak berangkat kesekolah sehari saja. Anisa berdalih bahwa akan ada ulangan matematika nanti. Sang Mama hanya bisa pasrah, ia tahu putrinya kuat dan tidak akan terjadi apa-apa.

Sampai disekolah, David masih mendampingi Nisa. Ia mengantarkan sang adik ke kelasnya, bukan karena Nisa manja akan tetapi masih ada sedikit kekhawatiran dihatinya. Setelah mengantar sang Adik, iapun pergi kekelasnya.

Selang beberapa menit, bel upacara berbunyi. Semuanya berhamburan keluar kelas dan berbaris dilapangan. Tak terkecuali Nisa dan tiga sahabatnya. Cuaca yang terik dan lamanya waktu upacara membuat Nisa tak tahan dengan rasa pusing dikepala. Saat pembina upacara menyampaikan amanat, Nisa tiba-tiba jatuh pingsan tak sadarkan diri. Semua temannya pun panik. Anelis memanggil tim PMR sekolah tapi karena terlalu lama akhirnya Tama pun membopong Nisa keruang UKS. Raut mukanya panik, takut akan keadaan Nisa, dia memutuskan untuk menunggu didalam UKS. Dia duduk dikursi samping ranjang UKS.

My Perfect GoalkeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang