Bagian#17

15 1 0
                                    

Author PoV

Hari demi hari silih berganti, bayang masalalu yang kini mulai memudar, membuat hari-hari Nisa sedikit lebih tenang. Tapi dia juga harus berhati-hati karena Tama masih berada di SMK Garuda Nusantara. Beruntung dia tidak di drop out dari sekolah karena kasus perkelahiannya dengan Risky. Ia hanya di beri score dan peringatan dari guru BK. Sebenarnya Nisa berharap agar dia di drop out tapi sayang harapan itu tidak terwujud. Mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus bertemu setiap hari dengan Tama.

Hari ini Nisa bersemangat untuk masuk sekolah. Dia dengan riangnya bersenandung sambil menuruni anak tangga satu persatu. David yang melihat kelakuan sang adik pun heran bukan main. Tidak biasanya memang Nisa se-riang ini. "Sejak kapan ada orang gila yang masuk ke rumah ini? Astaghfirullah.", sindir David yang sedang menyantap nasi goreng masakan Mama nya. Nisa yang merasa disindir pun menoleh dengan tatapan tajam yang ditujukan pada David. Setelah beberapa detik beradu tatap, Nisa duduk dan menyantap nasi goreng miliknya.

"Dek, mau berangkat sama Papa atau sama Mas David?", tanya Papa Nisa yang sedang bersiap-siap diruang tamu.

"Sama Risky nanti, Pah"

"Ogh, ya udah Papa berangkat dulu ya". Nisa, Mama, dan David bergantian mencium punggung tangan Papa.

Selang beberapa menit setelah Papa pulang, Risky datang untuk menjemput Nisa, "Assalamualaikum", ucapnya sambil mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam, egh Risky. Masuk dulu, tunggu di ruang tamu ya. Tante panggilin Nisa dulu", ucap Mama mempersilahkan Risky masuk kedalam rumah dan menyuruhnya duduk diruang tamu. Risky hanya mengangguk dan mengikuti perintah Mama Nisa.

Setelah dipanggil, Nisa pun turun dengan senyum sumringah melengkung dibibirnya. "Pagiii sayang!!", teriaknya menuruni tangga, alhasil dia mendapat jitakan dari David yang berada tepat dibelakangnya.

"Aduh lara to, Mas"
(Aduh sakit, Mas)

"Masih pagi jangan teriak-teriak berisik!", ucap David turun mendahuluin Nisa.

"Pagi kembali", balas Risky tersenyum manis.

"Masih pagi udah liat yang bucin-bucin aja!", keluh David.

"Iri bilang! Makanya nyari pacar!", ejek Nisa.

"Bodoamat. Mah, David berangkat dulu ya!", teriak David dari ambang pintu.

"Dasar nggak sopan! Mah, Nisa sama Risky berangkat dulu ya!", ucap Nisa berpamitan pada Mama nya.

Disekolah

Mereka sudah berada diparkiran. Dua sejoli ini memang mampu membuat semua mata tertuju pada mereka. Keduanya yang selalu datang berdua, lalu bergandengan tangan menyusuri koridor mampu membuat iri siapapun yang melihatnya. Semua mulai membicarakan mereka, ada yang berdoa supaya mereka segera putus, tapi itu tidak mungkin terjadi. Dan mereka menganggap itu hanya suara hembusan angin yang kebetulan lewat saja.

Saat sampai di ruang kelas Nisa. Risky tidak langsung pergi ke kelasnya, tapi ia memilih menunggu di dalam kelas Nisa sampai bel masuk berbunyi.

"Kenapa nggak ke kelas?", tanya Nisa.

"Enggak nanti aja, mau jagain kamu", ucap Risky manja.

"Gue bukan anak kecil lagi, Ky", ucap Nisa mengacak acak rambut Risky.

"Jangan gitu dong! Kan nggak rapi lagi jadinya nanti nggak di kejar-kejar sama cewek disini lagi!", ucap Risky yang hanya candaan semata.

"Ogh jadi gitu, ya udah. Sana pergi aja urusin tuh cewek yang ngejar kamu!", ucap Nisa kesal.

My Perfect GoalkeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang