BAB 14

17 3 0
                                    

Clarice tengah membaca novel sambil sesekali menyeruput matcha di dekat barista Bunny's Café, ketika tiba-tiba ia merasakan pandangannya berubah gelap. Seseorang menutup matanya dengan tangan. Jadi, setelah ia dan Miracle menunggu Jefferson selama sepuluh menit di Bunny's Café, rupanya cowok itu tak kunjung datang. Sekarang, ia malah harus melayani seseorang iseng yang datang dengan cara menyebalkan.

"Hei, siapa ini?" gerutu Clarice sambil meletakkan novelnya dengan sebal. "Miracle, siapa dia?" Pada saat itu, Clarice mendengar orang yang menutup matanya mendesis ke arah Miracle. "Lupakan. Aku akan menanganinya sendiri." Clarice berusaha melepaskan tangan tersebut dari wajahnya, namun tangan orang tersebut semakin kaku.

"Kau harus menebak siapa diriku sebelum membuka mata." Orang tersebut berbisik di telinganya dengan mulut yang penuh saliva, hingga suara tersebut terdengar sedikit mistis. Namun, dari suara itu, Clarice mengetahui satu hal.

"Kau seorang cowok. Fuck you! Miracle, tendang testisnya!" seru Clarice.

Tiba-tiba, cowok tersebut segera melepaskan tangannya dan berjalan mundur dengan cepat. "Astaga, Clary. Kau ganas sekali," lirih cowok tersebut sambil mengangkat kedua tangannya. Sementara Miracle tertawa terbahak-bahak, Clarice memutar kursinya untuk melihat orang tersebut.

Jefferson Royce. Tentu saja cowok itu. Tidak ada orang lain yang memanggilnya dengan sebutan 'Clary'.

"Miracle, apa Clary biasanya seperti ini? Apakah ia sedang PMS?" tanya Jefferson.

"Tidak juga, Bro. Pada dasarnya, Clarice adalah cewek baik-baik. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa terkadang ia terlihat menyeramkan ketika sedang marah," jawab Miracle sambil cekikikan.

Clarice memutar bola matanya sebal. "Mengapa kau datang dengan cara yang menyebalkan seperti itu? Kau merusak moodku," gerutu Clarice sambil bersedekap.

"Haha ... Dude, aku akan keluar sebentar. Segera panggil aku jika kau sudah selesai dengan Jefferson. Bye," ucap Miracle, masih sambil tertawa. Kemudian, cewek itu melambaikan tangan dan melenggang keluar dari café.

Jefferson segera menduduki kursi yang tadinya dipakai oleh Miracle. "Mrs. Elly, milkshake cokelat," ucap Jefferson singkat. Kemudian, cowok itu duduk menghadapi Clarice.

"Jadi apa yang akan kita bicarakan? Miracle menunggu di luar jadi aku tidak dapat membuatnya menunggu terlalu lama. Setelah ini, aku juga harus menemui Noah," ucap Clarice langsung.

"Oh ... oke, oke. Sebentar, kau mengingatkanku pada sesuatu," ucap Jefferson sambil menusuk-nusuk pelipisnya dengan jari telunjuk. "Ha! Bagaimana dengan hasil desain summer outfitmu. Deadline pengumpulannya dua hari lagi bukan? Jangan bilang kau melupakan itu karena terlalu fokus belajar untuk ujian akhir tahun." Jefferson menatap Clarice dengan pandangan menyelidik.

Clarice tersenyum lebar, kemudian mengacungkan jari telunjuknya. "Tentu saja aku sudah membuatnya. Aku menggambar gambar basicnya langsung saat kau mengkritik sketsaku lewat SMS. Detail-detail lainnya kubuat di sela-sela pelajaran, saat tangan dan pikiranku terkoneksi untuk berimajinasi," ucap Clarice sambil membuka ritsleting tasnya. Lalu, ia mengeluarkan kertas sketsa yang diselipkan di tengah-tengah buku sketsa.

"Whoa ... savage deadliners," komentar Jefferson sambil bertepuk tangan beberapa kali. Sementara itu, Mrs. Elly mengantarkan segelas milkshake cokelat di meja tanpa disadari oleh Jefferson.

"Uhuh? Biasanya aku juga suka membuat desain di sela-sela pelajaran. Kau tahu, beberapa guru terkadang memiliki metode mengajar yang sangat-sangat menjengkelkan. Aku akan mati kebosanan tanpa buku sketsa," sahut Clarice sambil menyodorkan kertas sketsanya. "Aku akan memberikan kertas itu pada Noah nanti siang. Menurutmu, ada yang perlu kuperbaiki lagi tentang desain itu?"

Dear Clarice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang