Clarice menampar mulutnya sendiri. "Maksudku menyukai seseorang. Dalam artian rasa yang dimiliki cewek kepada cowok," ralatnya cepat-cepat.
Miracle terlihat berpikir sejenak sambil menggaruk dagunya—yang pasti tidak gatal. "Hmm ... seperti ada kupu-kupu dalam perutmu?"
"Aku sudah sering mendengar frasa itu di novel. Tapi aku tak dapat membayangkan serangga beterbangan dalam perutku." Clarice mengusap perutnya sambil memejamkan mata, mencoba meliarkan imajinasi. "Tetap tidak bisa. Bisakah kau pakai majas lain?"
Miracle memijat pangkal alisnya sejenak. "Pelajaran apa yang paling menakutkan menurutmu?"
"Trigonometri."
"Kalau begitu, setiap kali dia melintas di pikiranmu, jantungmu berdegup sekeras ketika ulangan Trogonometri-mu akan dibagi. Dan kalau kau bertatapan mata dengannya, itu berarti ulangan Trigonometri-mu pasti jelek."
"Oh, firasat dalam Trigonometri dapat diaplikasikan? Itu perasaan yang sangat menyiksa." Clarice menekan dadanya, berusaha merasakan sesuatu.
"Terkadang memang begitu. Tetapi aku percaya bahwa selalu ada kisah yang indah dan berharga di balik itu."
Clarice menggaruk belakang telinganya yang mendadak gatal. "Baiklah. Itu perasaan yang cukup ... aku tak tahu, tapi itu lumayan ekstrem. Apakah kau pernah merasakan godaan mengerikan ketika sedang menjalin hubungan dengan seseorang?"
"Tentu saja pernah. Itu normal," jawab Miracle cepat.
Tunggu. Normal? Apakah Miracle salah menangkap maksudnya? "Benarkah? Cowok kadang menginginkan cewek lebih dari yang cewek bersedia berikan, kau tahu maksudku. Apa kau pernah tergoda untuk memenuhi permintaan cowokmu? Yeah, aku tahu kau sudah banyak berkencan dengan berbagai macam jenis cowok. Pandanganmu pasti berbeda denganku yang belum pernah berkencan. Tetapi, yah ... kau temanku. Kau salah satu ajang referensiku."
"Ya. Dari antara tiga cowok yang pernah berhubungan badan denganku, dua di antaranya bukan karena paksaan mereka. Memang aku yang bersedia melakukannya."
Clarice langsung membeku begitu mendengar jawaban tersebut. Mengapa godaan tersebut sering muncul? Mengapa Miracle dapat terjebak dua kali? Dan ... ya Tuhan. Clarice tak dapat membayangkan apa pun. Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah di bawah delapan belas tahun, seks termasuk pelanggaran Undang-Undang? Dan salah satu orang terdekatnya melakukan itu? Sepertinya dunia sudah berubah.
"A ... aku ...." Clarice bingung bagaimana harus menanggapi itu, ia menggigiti bibir bawahnya gelisah. "Kupikir jatuh cinta terlalu dalam adalah hal besar yang sangat menakutkan."
Miracle mengangguk beberapa kali. "Oleh sebab itu, jangan jatuh terlalu dalam. Kita para cewek hanya dapat jatuh cinta sampai pada titik di mana kita dapat bangkit kembali. Terkadang, cowok pandai melakukan berbagai trik jitu untuk mengelabui kita. Jadi, yah ... begitulah. Tapi, sebenarnya perasaan jatuh cinta adalah hal paling berharga yang dapat kau rasakan."
Miracle menutup novel, lalu meletakkannya di samping kasur. "Omong-omong, mengapa kau bertanya panjang lebar soal ini? Bukankah dulu kau selalu jijik ketika aku bercerita tentang hubunganku dengan cowok-cowok?" goda Miracle sambil menggelitik dagu Clarice. Clarice menghela napas, lalu menepis jari telunjuk Miracle. "Kau dulu bilang bahwa hal seperti ini adalah sesuatu yang dapat dipelajari di novel, kan?" Miracle terkekeh, lalu merebahkan tubuhnya di kasur.
"Itu dulu. Tetapi, mungkin mendengar langsung dari seseorang yang kukenal membuatnya terasa lebih nyata." Clarice ikut merebahkan tubuhnya di samping Miracle.
"O, ya? Sepertinya Clarice-ku sedang merasakan sesuatu sekarang. Jadi, apa?" cecar Miracle langsung.
"Apanya yang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Clarice [COMPLETED]
Teen Fiction(15+) ©The unusual cover by @ReonaLee Clarice Barrack adalah cewek yang disiplin dan rajin. Ia mempersiapkan masa depannya dengan baik dan menyusun to do list setiap hari. Namun, semua tatanan hidupnya berubah sejak tiga surat cinta asing tiba di l...