L.Y.I.H - Chapter 7

1.3K 235 61
                                    

Chaesoo💜

Happy Reading

Rosé menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Di atas meja di ruang tengah terdapat beberapa botol soju yang telah tidak berisi. Mata wanita itu merah dan sedikit bengkak. Sedari tadi yang ia gumamkan hanya nama Jisoo, Jisoo, dan Jisoo. Hampir ratusan kalian Rosé mencoba menghubungi Jisoo namun tidak pernah tersambung.

Menyesal.

Itulah yang dirasakan Rosé sekarang. Ia tidak tau jika kehilangan Jisoo akan membuat hatinya sangat sakit.

“Jisoo-ya….kau dimana..?”

___

Jisoo duduk bersandar di headboard tempat tidurnya dengan memeluk erat kedua lututnya. Hal itu sudah di lakukannya sejak beberapa hari yang lalu. Wajah itu tampak sangat pucat. Terdapat kantung mata berwarna kehitaman di bawah matanya. Padahal baru beberapa hari saja, tetapi badan itu pun tampak lebih kurus dari biasanya.

Jisoo tidak menyentuh makanan sedikitpun dalam beberapa hari ini. Yang dilakukannya hanyalah meminum obat penahan sakit kepalanya. Karena sakit itu semakin lama semakin sering kambuh. Jisoo mencengkram kuat perutnya saat tiba-tiba merasakan sakit. Ia tau penyebab sakit perutnya itu. Perutnya sudah memohon untuk diisi.

Dengan gerakan Jisoo beranjak dari tempatnya. Ia keluar dari apartemen miliknya yang beberapa hari ini ditempatinya. Sebenarnya apartemen itu bukan sepenuhnya milik Jisoo. Apartemen itu adalah milik RJ Group. Setiap pegawai memang di berikan sebuah apartement yang berada di dekat kantor mereka. Itu hanya untuk memudahkan mereka jika yang memilik rumah jauh dari kantor.

“Apa yang harus kumakan?” Gumamnya saat sudah berada di luar gedung apartement.

Ia celingukan kekiri dan kekanan mencari tempat makan yang bisa membuat perutnya terisi. Jisoo memasuki kedai sederhana yang menjual ramyeon. Ia duduk di salah satu kursi dan memesan ramyeon dalam jumlah besar. Setelah cukup lama menunggu, semangkuk besar ramyeon pun tersaji di hadapannya.

Ia segera menyantap ramyeon itu tanpa mau peduli dengan orang sekitar yang memperhatikannya makan seperti orang kesetanan. Dan yang lebih membuat orang-orang bingung adalah Jisoo yang memakan ramyeon itu sembari menangis. Jisoo memasukkan suapan penuh ramyeon ke dalam mulutnya dengan airmata terus mengalir. Yang ada dipikirannya sekarang adalah ia harus terus bertahan hidup. Ia harus menunjukkan kepada Rosé bahwa ia mampu hidup tanpa wanita itu. Walaupun ia tau hidupnya akan sulit.

“Ahjumma aku pesan 1 porsi ramyeon lagi.” Ujar Jisoo sembari menyeka airmatanya.

Ahjumma yang menyiapkan ramyeon itupun menatap Jisoo dengan pandangan takjub. Ia pun dengan segera menyiapkan pesanan dari pelanggannya itu.

___

Jennie mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia baru saja selesai makan siang sekaligus mencari Jisoo. Pikiran Jennie tidak pernah tenang beberapa hari ini. Tepatnya karena ia tidak tau di mana keberadaan Jisoo. Jennie memutuskan untuk kembali ke kantor karena pekerjaannya benar-benar menumpuk. Tidak adanya Jisoo di kantor membuat Jennie seolah lumpuh. Ia tidak bisa mengerjakan pekerjaannya dengan benar.

Kecepatan mobil Jennie berkurang saat ia menangkap sosok Jisoo yang baru keluar dari sebuah kedai makanan. Jennie menatap kesekeliling dan menyadari bahwa ia sudah berada di dekat kantor. Jennie memarkirkan mobilnya dengan segera dan mengikuti Jisoo. Jennie terus menjaga jarak agar tidak ketahuan oleh wanita itu. Ia hanya tidak ingin Jisoo tiba-tiba saja lari saat melihat dirinya. Ia harus tau terlebih dahulu di mana Jisoo berada beberapa hari ini. Langkah kaki Jennie terhenti saat melihat Jisoo memasukki gedung apartement yang sangat dikenal oleh Jennie.

Love You is Hurting ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang