4

2.8K 209 3
                                    

Dor...

Dor...

Suara pelepasan peluru itu terdengar begitu keras diruang keluarga, peluru yang jihoon lepaskan mengenai perut soonyoung dan peluru yang mingyu lepaskan mengenai paha jihoon, tubuh soonyoung mulai limbung sedangkan jihoon jatuh kebawah menahan rasa sakit di pahanya.

Darah mengalir keluar dari perut soonyoung begitu juga dengan paha jihoon namun memang dasarnya jika dokter jihoon selalu menempel jihoon langsung menghampiri soonyoung dan menahan darah agar tak keluar lebih banyak lagi, ia sudah tak memperdulikan peluru yang bersarang di pahanya.

"Kita harus membawanya kerumah sakit dia perlu di oprasi" panik jihoon sebari menahan darah yang keluar
"Kami tak bisa membawanya kerumah sakit" sahut xiyeon
"Aku harus segera mengoprasinya" ujar jihoon lagi
"Kau yang menembaknya dan sekarang kau ingin menyelamatkannya?" Celetuk mingyu
"Yaisss...KALAU KALIAN TAK INGIN KERUMAH SAKIT CEPAT CARI TEMPAT DIMANA AKU BISA MENGOPRASINYA" kesal jihoon

Semua terdiam mendengar suara teriakan jihoon yang membahana dengan tubuh kecilnya siapa sangka jika suara teriakan jihoon bisa mengalahkan suara teriakan seokmin.

"Ikut aku" celetuk wonwoo

Mereka semua membantu jihoon membawa soonyoung ketempat klinik pribadi wonwoo disana jihoon dapat melihat peralatan kedokteran wonwoo yang lengkap dengan cepat jihoon memeriksa kondisi soonyoung sebelum pembedahan dimulai.

"Apa di rumah ini ada persediaan stok darah?" Tanya jihoon
"Disini bukan rumah sakit, biasanya kejadian seperti ini kami akan memanggil dokter rumah sakit untuk menanganinya...memangnya kau butuh berapa kantung darah" ujar wonwoo
"Apa golongan darahnya?"
"Ab"
"Golongan darahku juga ab aku bisa mendonorkan darahku padanya"
"Kau gila atau apa, kau tak bisa mendonorkan darah kau juga terluka"
"Lalu kau membiarkan dia mati kekurangan darah, lakukan sekarang sekaligus operasinya...kau tenang saja kondisiku aku sendiri yang akan bertanggung jawab"

Wonwoo hanya menuruti apa yang diminta jihoon yang menurutnya gila namun ia juga tak bisa membicarakan soonyoung mati begitu saja, wonwoo hanya membantu mengambilkan apa yang dibutuhkan jihoon sedangkan hampir seluruhnya jihoon yang melakukannya.

Dua jam berlalu dengan begitu lama jihoon dan wonwoo masih berada didalam klinik pribadi wonwoo dan oprasi mereka hampir selesai wonwoo dapat melihat wajah jihoon yang sudah sangat pucat, bagaimana tidak pucat paha yang terus mengeluarkan darah dan ia melakukan transfusi darah secara bersamaan setelah ini wonwoo yakin ia yang akan mati karena kehabisan darah.

"Sudah selesai kita bisa pindahkan ke kamarnya jangan lupa infusnya" ujar jihoon dengan nafas tersengal sengal

Jihoon dan wonwoo keluar dengan pakaian semula tidak menggunakan pakaian yang ia gunakan di ruangan tadi jihoon menemui seungcheol dan yang lainnya yang menunggu di depan ruangan.

"Dia...sudah...tak apa-apa...kalian bisa merawatnya di...dalam kamarnya...sebaiknya...kalian...hah...memanggil dokter...dan suruh dia...memeriksa keadaannya...setiap...tiga...jam...sekali sampai dia sadar" ujar jihoon dengan nafas tersengal sengal.

'Brugh'

Tubuh jihoon tumbang begitu saja tanpa aba-aba dan membuat jeonghan yang berada disamping jihoon panik dan meminta seungcheol memangil dokter keluarga agar dapat merawat soonyoung dan jihoon.

Wonwoo berkumpul dengan yang lain setelah membersihkan dirinya dan melihat jihoon yang sudah di tangani dokter, di ruang keluarga jeonghan dan yang lain juga tengah menunggu penjelasan dari wonwoo.

"Apa yang terjadi saat oprasi tadi?" Tanya jeonghan
"Dia mendonorkan darahnya untuk soonyoung...padahal tadi aku sudah melarangnya karena ia terluka" sahut wonwoo
"Lalu keadaannya?" Tanya Jisoo
"Dia kekurangan darah dan luka pada pahanya juga sedikit mulai infeksi, sekarang dokter Shin tengah menanganinya"sahut wonwoo santai
"Kenapa dia mau menolong orang yang ia tembak?" Tanya Hao
"Karena dia seorang dokter eonni makannya dia berusaha agar pasiennya selamat" celetuk seungkwan
"Tapi bukankah itu terlalu berbahaya eonni untuk keselamatan nyawanya" ujar xiyeon
"Aku sudah bilang padany tapi dia bilang kondisi tubuhnya itu tanggung jawabnya" sahut wonwoo
"Kalau aku yang tertembak aku juga akan seperti itu tidak sayang" ujar mingyu menatap wonwoo penuh harapan
"Akan ku biarkan kau mati kehabisan darah" ujar wonwoo menatap tajam mingyu
"Hahahaha...sudahlah hitam mau kau menggombali wonwoo dengan berbagai jurus itu tidak akan mempan" celetuk seokmin yang asih tertawa padahal wajah mingyu sudah kesal
"Astaga Hyung ketawamu itu keras sekali bahkan gelas yang diletakan istriku sampai bergetar" ujar Chan sebari melepas kedua telapak tangannya dari telinga xiyeon
"Itu berlebihan bodoh suara si kuda itu bukah hanya menggetarkan gelas saja tapi bisa merusak gendang telinga" ujar Jun
"Tumben sekali seungcheol Hyung tak ikut bicara?" Tanya hansol
"Dia sedang sariawan makannya tidak bicara takut sakit katanya"jelas jeonghan

Seungcheol hanya diam dan memandang semua adik-adiknya dengan malas bukannya takut sakit tapi kalau sariawan di buat ngomong perihnya itu sungguh seperti mengoyak bibir.
.
.
.
Empat hari berlalu dengan cepat soonyoung sudah sadar dua hari yang lalu bahkan soonyoung sepertinya sudah sehat, saat pertama kali bangun rasanya soonyoung ingin menghabisi jihoon karena berani menembaknya namun semua itu tertahan karena mendengar penjelasan dari wonwoo mengenai jihoon yang juga ikut menolongnya.

Soonyoung kini tengah duduk disamping ranjang dimana jihoon terbaring tak sadarkan diri bahkan soonyoung melihat alat bantu pernafasan (apa ya namanya lupa aku) yang menghiasi wajah cantik jihoon.

"Eunggg" lenguh jihoon
"Kau sudah bangun?" Ujar soonyoung
"Kemarikan lengan mu" lirih jihoon mencoba untuk duduk
"Berbaring saja jika tak kuat untuk duduk" sahut soonyoung santai tapi malah membantu jihoon duduk dasar aneh memang
"Kemarikan lengan mu" pinta jihoon lagi padahal soonyoung malah menuruti apa yang dikatakan jihoon tapi dia menurutinya juga
"Kau sudah sembuh ternyata...hanya luka bekas operasinya saja yang belum" tambah jihoon ketika mengecek denyut nadi soonyoung dan melihat bekas oprasi pada perut soonyoung
"Kenapa kau menolongku?" Tanya soonyoung tajam
"Karena kau juga pernah menolongku jadi kita impas...tuan bisa kau jelaskan kenapa aku tak bisa keluar dari sini?" Tanya jihoon dengan pandangan sayu
"Kau yakin ingin mendengarnya?"
"Katakan saja"
"Beberapa waktu yang lalu sepasang suami istri mendatangi seungcheol Hyung ia datang untuk menjualmu kepada kami jadi membelimu sesuai dengan yang mereka minta"
"Kenapa hidup ku selalu seperti ini kedua orang tua kandungku meninggalkanku di pinggir jalan saat aku masih kecil, sekalinya bertemu dengan orang baik ia pergi meninggalkanku saat aku masuk kuliah dan sekarang aku dijual karena mereka membenciku kenapa aku tidak mati saja tadi dan malah bangun...tuan bisakah kau membunuhku saja"

Soonyoung terdiam mendengar apa yang dikatakan jihoon walau pun sempat ada niatan soonyoung untuk menghabisi jihoon namun setelah mendengar apa yang jihoon utarakan soonyoung jadi tak tega.

"Tuan...bisa kah kau membunuhku saja aku lelah jika hidup ku begini terus" ujar jihoon
"Jika aku membunuhmu percuma aku membawa ku kemari" sahut soonyoung datar
"Kenapa?"
"Pilihannya hanya dua saat aku menerima berkas mu membunuh mu atau menikah dengan mu"
"Lalu kau memilih?"
"Menikah dengan mu, jadi kalau aku membunuh mu aku tidak mungkin menikah dengan mayat aku lebih suka menikah dengan orang yang masih bernyawa"
"Tapi tuan..."
"Panggil aku soonyoung bukan tuan, Minggu depan kita akan menikah jadi cepatlah sembuh kau mengerti"

Soonyoung pergi meninggalkan kamar jihoon dengan santai sedangkan jihoon mulai menangis sekencang-kencangnya meratapi keadaanya yang sungguh seperti drama ini.

Di kamar soonyoung tengah menatap beberapa berkas yang ada di meja kamarnya salah satunya berkas jihoon dan membacanya lagi dengan teliti dan ini bukan soonyoung yang terkenal dingin dan tak peduli dengan orang lain namun sekarang soonyoung kenapa?
.
.
.
.
.

My Husband MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang