Lou POV
Hari ini seperti biasa saja, tidak ada sesuatu yang terlalu berarti terjadi. Aku masih duduk di ruang kerja untuk menyelesaikan materi ajar minggu ini. Café sedang tidak terlalu ramai siang ini, membuatku bisa meninggalkan staff yang lain bekerja tanpa bantuanku. Mungkin karena mendekati akhir bulan, jadi tidak banyak orang yang nongkrong di café.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu memecah konsentrasiku pada desain prezi yang sedang kubuat. "Masuk," teriakku sembari menekan tombol simpan pada website prezi. Aku senang menyajikan materiku dalam desain prezi, karena selalu berhasil membuat mahasiswaku terkesima. Alhasil mereka selalu memperhatikan materiku dengan lebih baik.
"Kak, ada masalah mendadak. Orderan untuk acara di Exodus ternyata belum diantar, padahal kurir sedang full agenda semua. Kemarin admin kita kelewatan menjadwalkan, dan kita baru tahu sekarang," ujar salah satu staff dapur memberitahuku.
Aduh! Ada saja masalah di saat aku sedang tidak mood untuk melakukan mobilitas. Hufft... Kalau sudah begini mau bagaimana lagi, ya tentu saja harus aku sendiri yang mengantar. "Jam berapa client minta orderan ini sampai?" tanyaku lebih lanjut.
"Menurut catatan order, makanan ini harus sampai maksimal jam 12.30 di Exodus," jawabnya dengan gusar. Ya bagaimana tidak gusar, karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 lebih. Jarak café ke gedung Exodus sekitar 45 menit sampai 1 jam, itu juga kalau tidak terjebak macet.
"Ya sudah masukkan semua ke bagasi Bumblebee," perintahku padanya sekaligus langsung merapikan barang-barangku. Tak lupa kumasukkan dompet dan handphone ke dalam saku celana, lalu segera mengenakan kemeja kotak-kotak yang tadi kusampirkan pada kursi.
Setelah siap, aku langsung membuka bagasi mobil Taft kuning dengan ban ekstra besar milikku. Yup, ini adalah Bumblebee yang aku maksud. Mobil Taft milikku sebenarnya adalah pemberian papa, karena beliau sangat suka menggeluti dunia off road, maka beginilah tampilan mobilku. Terlihat unik dan keren, sehingga teman-temanku menyebutnya sebagai Bumblebee. Sebutan itu muncul karena bentuknya yang katanya lebih cocok jadi mobil Transformers, ketimbang Camaro Bumblebee.
Langsung saja aku dan beberapa staff dapur menata food container di dalam Bumblebee. Tak butuh waktu lama untuk memasukkan 150 box food container dalam bagasi Bumblebee yang luas. Mobil ini sangat stabil, jadi aku yakin makanan-makanan ini akan sampai dengan selamat tanpa isinya tumpah ke mana-mana.
"Hati-hati, Kak Louis," pesan mereka sebelum aku berangkat meninggalkan mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang ikut menemaniku, karena aku menyuruh mereka untuk stand by di café saja. Aku khawatir kalau café tiba-tiba ramai nanti, dan bisa kekurangan staff. Lagipula pihak client berkata kalau ada tim mereka yang akan membantu membawa semua order makanan ini.
Kunyalakan radio untuk mendengarkan lagu-lagu supaya perjalanan panjang ini tidak terasa terlalu menyiksa. Aku benci panas, dan siang ini cuaca kota sedang tak bersahabat denganku. Matahari bersinar terang dan sangat terik. Bumblebee yang memang hanya dibekali pendingin edisi tua, tentu tidak sanggup melawan teriknya mentari. Kemeja kotak-kotak sudah tanggal lagi, dan kini duduk manis di kursi penumpang.
Saat sedang asyik-asyiknya menyanyi sambil mengemudi, tak kusangka indikator suhu mesin menunjukkan kalau mesin mobilku terlalu panas. Langsung saja kutepikan mobil agar tak mengganggu lalu lintas yang tidak terlalu ramah. Dengan sigap aku menarik tuas untuk membuka kap mesin, lalu turun dari mobil. Segera kubuka kap mesin, dan asap putih keluar dari arah radiator. Kulongokkan kepalaku ke area radiator setelah asap putih tak lagi mengepul.
Sial! Selangnya pecah, kalau sudah begini butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Tidak akan sempat untuk mengantarkan orderan tepat waktu. Sebaiknya aku naik taksi atau grab saja.
YOU ARE READING
Law of Perfect Cup
RomansaNadin, seorang pengacara senior menjadi pelanggan sebuah cafe. Bukan hanya karena kopi yang mereka tawarkan sesuai dengan seleranya, namun juga karena keberadaan seorang barista. Tidak cantik, tapi tidak jelek juga. Mungkin keren adalah kata yang pa...