PART 3. Musibah di Kelas

143 4 11
                                    

Suasana malam yang dingin dan mencekam membuat Helena, Mega dan Shalin tidak bisa tidur. Sesekali Helena membalikkan badannya ke kiri, kemudian berbalik lagi ke kanan. Sama halnya dengan Mega dan Shalin.

Mega justru sengaja tetap membuka mata dan menyalakan musik rock milik Evanescene untuk menghilangkan suasana horor. Shalin yang tidur di ranjang atas Helena pun ikut bangkit. Akhirnya, mereka bertiga pun tidak bisa tidur hingga jam tiga pagi.

"Ehhh, Helena! Lu bukannya orang Islam?" pertanyaan Shalin mengejutkan Helena yang sedang mendengarkan musik melalui headset.

"Ya, Kak? Bisa diulangi?" tanya Helena sambil mengecilkan volume lagu That Day You Went Away milik M2M.

"Hadeeeeh. Kata gue, lu orang Islam, kan? Kok kayaknya gue enggak pernah lihat lu solat?" tanya Shalin sambil memicingkan matanya.

"Islam KTP kaliii. Hahahaaa," ejek Mega.

Helena hanya bergeming dan tersenyum sinis. Gadis itu membaringkan tubuh dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

***
Hari ini pelajaran agama Islam. Siswa-siswi yang beragama lain, pindah ke kelas sebelah. Sementara siswa beragama Islam, tetap berada di kelas X. IPA. 3, di ujung koridor.

Ruangan besar yang merupakan bangunan tua ini yang terdiri dari dua puluh empat kursi siswa. Di dalamnya tampak beberapa kursi dan meja yang berjejer rapi. Masing-masing meja berisi dua siswa.

Pada bagian depan kelas terdapat sebuah papan tulis putih yang menghadap ke arah siswa. Di sebelah kanan ada meja guru yang ditempati oleh seorang guru.

Bapak Gunawan, seorang guru agama Islam yang sudah senior berusia 48 tahun baru saja mulai menyapa murid-muridnya.

"Assalaamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh," sapa Pak Gunawan sambil duduk di kursinya.

"Wa'alaikumussalaam warohmatullaahi wabarokatuh," jawab murid serentak.

Pak Gunawan mengabsen satu persatu murid di kelasnya sambil sesekali membetulkan posisi kacamata.

"Daffa!" teriak Pak Gunawan.

"Hadir, Paaak!" jawab siswa bernama Daffa sambil merapikan poni rambut.

"Dahliaaa!"

"Hadir, Paak!" jawab Dahlia seraya menyimpan cermin ke dalam saku tas.

"Danishaaa!"

Tidak ada yang menjawab.

"Danishaaa!" Pak Gunawan mencoba mengulangi panggilan. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kelas.

"Danishaaa!" suara Pak Gunawan mulai berteriak. "Kenapa tidak ada yang menjawab?" Pak Gunawan berdiri sambil menggebrak meja.

Semua murid saling bertatapan seperti bertanya-tanya.

"Pak, di kelas kami tidak ada yang bernama Danisha, Pak," tegas Faisal, sang ketua kelas.

"Lah, ini aya di absen, kumaha sih?"
Pak Gunawan mengamati wajah murid satu per satu, mulai dari kursi depan sampai ke belakang. Namun, pandangan lelaki itu terhenti pada sosok wanita yang duduk di sudut kelas dengan rambut panjang menutupi wajah. "Kamu siapa? Dari tadi belum dipanggil, ya?"

Semua murid menoleh ke arah wanita yang diajak berbicara oleh Pak Gunawan.

"Saya Danisha, Paaak ...." ucapnya lirih. Sosok wanita itu bangkit dari kursinya dengan memakai gaun putih panjang. Ia berjalan perlahan, kemudian langkahnya semakin cepat. Lama-lama sosok itu terbang bagaikan angin sambil mengeluarkan suara. "Ihhhiiihiiihiii ...."

Semua murid yang ada di kelas berteriak dan segera berlari meninggalkan kelas. Pak Gunawan yang merasa terkejut ketika melihat semua muridnya mendadak berhamburan, kini menjadi shock.

"Astaghfirullaaah, Allaahu Akbar, Laaa ilaaaha illallaah, Laaa-" Napasnya sesak. Badan lelaki tua itu mendadak lemas. Tiba-tiba Pak Gunawan terjatuh di lantai karena lemas.

***

Keesokan harinya, semua murid berkumpul di lapangan sekolah. Suasana mendung dihiasi gerimis kecil tak membuat murid-murid berpindah dari tempatnya berdiri.

Beberapa orang guru tampak sedang mengusap air mata. Para siswa pun ikut menangis. Siapa sangka, Pak Gunawan telah berpulang ke rahmatullah. Akibat insiden yang menakutkan yang terjadi di kelas Helena, guru senior itu meninggal terkena serangan jantung.

Di hadapan semua orang, para siswa dan siswi yang ada saat insiden menakutkan di kelas agama Islam kini sedang dihukum di depan lapangan.

Pak Siregar, Kepala sekolah SMA Nusantara sangat marah. Netranya berkaca-kaca menerima kenyataan bahwa sahabatnya pergi dalam keadaan yang tidak terduga.

"Kalian keterlaluan! Mana ada roh halus di sekolah ini? Saya tidak mau melihat lagi kejadian serupa. Siapa saja siswa yang terbukti meninggalkan kelas tanpa izin gurunya, maka siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah ini secara terhormat. Ingat itu! Apa kalian tahu? Sekolah ini adalah sekolah terbaik yang menghasilkan lulusan terbaik. Apa kalian mau dikeluarkan dari sekolah ini? Kalian semua saya skor selama satu minggu."

Para siswa saling bertatapan. Beberapa dari mereka menangis dan menampakkan wajah penuh penyesalan. Kali ini masing-masing percaya, bahwa di sekolah tempat mereka menimba ilmu memang ada sosok wanita penunggu sekolah.

***

Satu minggu berlalu sejak siswa kelas X.IPA.3-yang keluar saat pelajaran almarhum Pak Gunawan- mendapat hukuman tidak masuk kelas. Hari ini tiba saatnya mereka kembali masuk ke kelas dan beraktivitas seperti biasa.

Sebagai pengganti Pak Gunawan yang sudah meninggal, pihak sekolah mendatangkan seorang guru baru yang berasal dari lulusan terbaik di Kairo.

"Assalaamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh. Perkenalkan nama saya Rangga. Saya akan menggantikan almarhum Pak Gunawan mengajar agama Islam di kelas kalian." Guru itu memperkenalkan diri.

Pandangan para siswa dan siswi terfokus pada wajah sang guru yang tergolong masih muda. Seketika,
suasana di kelas mulai ramai lagi.

Para siswi juga tampak tersenyum dan tersipu memandangi wajah Pak Rangga yang tampan penuh kharisma. Lelaki itu berdiri tegal dengan postur tubuh yang tinggi. Tanpa terkecuali, Helena dan Betty pun ikut tersenyum.

Pak Rangga mengabsen murid di kelas tersebut satu persatu. Sesekali guru yang pandai mencairkan suasana itu mengajak bercanda para murid.

Tahap pertama, ia mengajak berkenalan siswa berdasarkan nomor urut absen. Banyak pertanyaan yang diajukan. Mulai dari makanan kesukaan, film favorit, sampai berbagi pengalaman mereka travelling. Sungguh mengasyikkan.

Selanjutnya, Pak Rangga mulai menerapkan metode belajar yang baru kepada murid-murid di kelas. Maklum, Pak Rangga masih termasuk fresh graduate yang banyak mengerti perkembangan metode belajar mengajar terbaru. Mereka sangat antusias dan terbawa oleh suasana belajar Pak Rangga.

"Kamu kenapa duduk sendiri?" tanya Pak Rangga kepada Helena.

"Sa-saya ...." jawab Helena gugup sambil menggoyangkan pensil di meja. Sejak berpisah dengan Betty, sudah lama Helena tidak bergabung dengan teman-teman lain.

"Itu, kamu yang di belakang! Ayo maju ke sini. Duduk berdua!" titah Pak Rangga sambil menunjuk ke arah Betty.

Betty hanya mengangguk perlahan. Gadis itu lalu menatap Helena seolah memohon persetujuan.

Helena bergeming sesaat sambil berpikir.

"Cepat! Kalian mau duduk sama setan?" tanya Pak Rangga terkekeh.

Hingga akhirnya, Helena mengizinkan Betty memindahkan tas dan buku untuk duduk di sampingnya.

***

Bersambung

Terima kasih teman-teman yang sudah berkenan membaca.

Semoga suka, ya..
Jangan lupa vote dan comment.

❤️❤️❤️

Wanita Penunggu SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang