Setelah sadar dari kesurupan, Betty segera meminta maaf kepada Helena dan mamahnya. Gadis itu benar-benar menyesal karena mendengar cerita beberapa orang temannya.
Mamah Helena mencoba bersikap bijak meskipun tatapan matanya menyiratkan rasa tidak suka. Wanita itu terus memohon kepada Bu Laras agar Betty dipindahkan.
Sementara itu, Helena bimbang. Di satu sisi, ia kecewa pada Betty yang telah menyerang sang mamah. Namun, di sisi lain ada rasa kasihan pada sahabatnya itu.
"Bagaimana, Helena? Kamu akan pindah kamar lagi?" tanya Bu Laras.
"Emm ... saya tetap di sini saja, Bu. Begitupun dengan Betty." Wajah Helena tampak masih ragu.
Betty segera memeluk Helena.
"Baiklah. Tapi saya minta tolong agar kamar ini dipasang CCTV," bisik mamah Helena pada Bu Laras.
"Tidak masalah, Bu."
"Kalau begitu Mamah pamit, ya, Sayang. Terima kasih, Bu Laras."
"Hati-hati, Mah."
***
Pagi hari yang cerah. Secerah wajah dua orang gadis yang bersahabat. Mereka berjalan melewati taman asrama yang di tengahnya ada kolam ikan. Suara gemericik air di tengah kolam terdengar merdu.
Para siswa berjalan menuju gedung sekolah. Sebagian masih berada di ruang aula untuk menikmati sarapan bersama. Helena dan Betty berkejaran, sambil sesekali menarik tas masing-masing.
"Tunggu, Bet! Kamu curang, ih!" teriak Helena.
"Ayo kejar aku kalau bisa!" teriak Betty menantang.
Dua orang gadis cantik tertawa. Sejenak mereka melupakan peristiwa kemarin.
Sesampainya di kelas, Pak Rangga menyapa semua murid dengan sangat ramah. Lelaki berusia dua puluh enam tahun itu membimbing siswa dan siswi untuk membaca juz amma bersama di pagi hari.
Meskipun terbata-bata, Helena mencoba membaca kata per kata tulisan latin yang ada di juz amma. Sebaliknya, Pak Rangga membaca surat demi surat dengan fasih.
Lantunan bacaan surat itu membuat Helena semakin terbawa oleh suasana yang damai. Gadis itu terus menatap wajah tampan sang guru.
"Assalaamu'alaikum. Bagaimana kabar kalian?" tanya Pak Rangga.
"Wa'alaikumussalaam. Baik, Pak," jawab murid-murid serentak.
"Hari ini kita mau belajar apa, Pak?" tanya Helena antusias.
"Wah, semangat sekali kamu Helena."
Wajah Helena tersenyum lebar. Sama halnya dengan Betty yang juga ikut tersenyum.
"Hari ini kita akan belajar tentang hukum menutup aurat bagi seorang muslimah. Apa kalian sudah pernah mendengar?"
"Belum, Pak," jawab Faisal.
"Saya akan menuliskan sebuah ayat dari surat An-Nuur ayat tiga puluh satu."
Setelah menuliskan ayat tersebut di papan tulis, Pak Rangga membacakan:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Penunggu Sekolah
HororHelena memilih pindah ke asrama sekolah karena ingin mendapatkan teman dan suasana baru. Namun, di sekolah tersebut ia justru mendapatkan banyak teror dari makhluk tak kasatmata. Bahkan, seorang sahabat terbaik kerap kali berusaha membunuhnya. Hingg...