Ini kali pertama Helena mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran dengan sangat merdu. Hatinya sedikit bergetar. Entah karena suara pak Rangga yang membuat bergetar, ataukah Allah yang telah memberinya hidayah?
Betty semakin meronta dengan tubuh yang semakin kuat. Tatapan matanya berputar-putar. Gadis itu bangun, kemudian terbaring lagi. Beberapa siswa membantu memegangi kaki dan tangannya. Ia malah berteriak dan tertawa cekikikan. Tiba-tiba, sorot mata menyeramkan mengarah pada wajah Helena.
"Hei, kau! Dasar kau wanita jalang! Ha ... ha ... ha ...." teriaknya sambil menunjuk-nunjuk wajah Helena.
Helena terkejut saat Betty bangkit dan mendekat. Gadis yang sedang kesurupan menarik rambut panjang berwarna kecoklatan, kemudian mendorong tubuh Helena sekencangnya.
“Aw! Sakit, Betty!” Helena meringis kesakitan saat bibirnya sedikit berdarah akibat benturan ke lantai. Ia pun menepi dan menghindar.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Pak Rangga.
“Tidak apa-apa, Pak.”
Setelah kurang lebih setengah jam Pak Rangga melantunkan ayat-ayat suci, tubuh Betty perlahan terdiam dan lemas.
Bu Laras dan beberapa teman membantu Betty untuk berbaring di ranjang. Gadis berkulit putih itu tampak pucat, dengar bulir-bulir keringat di dahi. Semua yang menonton kejadian itu dipaksa bubar.
Sementara itu, Helena, Mega dan Shalin tidak berani memejamkan mata, hingga memastikan keadaan Betty aman.
***
Riuh suara para penghuni kamar sebelah, saat Helena dan sahabatnya keluar dari kamar. Gadis yang cantik dengan penuh kehangatan menggandeng lengan Betty. Mereka berjalan menuju aula asrama untuk menikmati sarapan pagi.
Suasana di aula sangat ramai. Di sana semua siswa bergabung antara laki-laki dan perempuan. Kursi-kursi berjejer rapi. Masing-masing meja berisi enam kursi, dengan tiga kursi yang masing-masing berhadapan.
“Assalaamu’alaikum, Betty,” sapa Pak Rangga dengan hangat.
“Waalaikumussalam, Pak,” jawab Betty menunduk.
“Sudah baikan? Jangan lupa, perbanyak zikir, ya,” saran lelaki itu.
“I-iya, Pak.”
Setelah lelaki itu pergi, wajah Betty yang putih mendadak berubah sedikit merona.
Menyaksikan pemandangan itu, Helena menggoda sahabatnya. “Ciyee, ciyee, disapa Pak Rangga,” ledek Helena tersenyum, padahal hatinya sedikit panas.
“Apa, sih? Aku malah malu, semalam bikin ulah lagi,” jawab Betty.
“Oh, iya, Bet. Kalau lagi kesurupan kayak begitu, kamu ngerasain apa, sih? Kenapa kamu sering kesurupan?”
“Aku enggak ngerti. Tiba-tiba pandanganku kabur, kemudian tubuhku terasa ringan. Rasanya, aku tidak bisa mengendalikan diri. Sumpah, deh!”
“Semalem itu, kamu menjambak rambutku, Bet! Awas, ya, kalau begitu lagi!” ancam Helena sambil mencicipi nasi goreng yang ditaburi bawang goreng, dengan tambahan telur ceplok.
“Maaf, Helena, aku janji akan berusaha.”
Kedua orang sahabat asyik menikmati menu sarapan dengan sesekali tertawa mengingat kejadian semalam. Setelah itu, mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran matematika.
***
Saat tiba di kelas, Bu Disty sudah terlebih dahulu berdiri ambang pintu berwarna coklat. Helena dan Bettty bergegas masuk dan menempati tempat duduk, lalu ikut berdoa bersama teman-teman lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Penunggu Sekolah
TerrorHelena memilih pindah ke asrama sekolah karena ingin mendapatkan teman dan suasana baru. Namun, di sekolah tersebut ia justru mendapatkan banyak teror dari makhluk tak kasatmata. Bahkan, seorang sahabat terbaik kerap kali berusaha membunuhnya. Hingg...