Hai! Jangan lupa vote ya!
Selamat Membaca!📍📍📍
Ting!
Stela yang tengah berbincang dengan Grizel dan Khansa di dalam kelas langsung mengalihkan perhatian pada pesan yang baru saja masuk di ponselnya.
"Kok tumben ada yang sms gue" gumamnya seraya membuka pesan dari nomor asing itu.
+6289007147xxx
Halo Auristela. Inget sama gue?
Stela mengernyit bingung, ingat? bahkan itu nomor siapa saja Stela tidak tau. Orang iseng yang gak punya pekerjaan, pikirnya.
"Siapa?" tanya Grizel.
"Gak tau. Orang iseng mungkin." jawab Stela lalu meletakkan ponselnya kembali kedalam laci meja.
Istirahat kedua siang ini, Stela dan kedua temannya memilih mengobrol di dalam kelas usai menunaikan ibadah sholat zuhur di mushola SMA Elang. Hanya ada mereka bertiga di kelas 11 IPA 4 ini, siswa siswi yang lain masih berkeliaran di luar kelas.
"Abang gue emang sering banget bolos ikut tawuran gini?" tanya Stela. Ia memang sudah tau jika hari ini Austin beserta anak Dangerous yang lain sedang tawuran.
"Enggak kok." jawab Khansa yang sedang sibuk mencatat tulisan guru di papan tulis.
"Cuma kalo ada yang nantang mereka." sambung Grizel, membuat Stela menganggukan kepalanya.
"Emang Dangerous punya banyak musuh ya?" tanya Stela lagi. Ia masih sangat penasaran dengan gang Dangerous itu.
"Biar Khansa yang jelasin! Jadi gini, anak Dangerous tuh nggak pernah merasa punya ataupun cari musuh. Tapi emang orang-orang aja yang kadang iri sama kepopuleran mereka. Apalagi Dangerous disegani banget sama anak-anak muda yang tau mereka. Gang yang diketuai abang lo ini sebenernya baik kok, Stel." jelas Khansa bersemangat. Gadis itu memang ngefans berat sama Dangerous yang isinya cowok cakep semua.
Stela menganggukkan kepala beberapa kali setelah mendengar penjelasan dari Khansa. Beberapa detik kemudian, bel masuk pertanda istirahat berakhir berbunyi, membuat ketiga gadis itu kembali bersiap menerima pelajaran lagi.
📍📍📍
Keenam laki-laki dengan wajah penuh lebam itu sedang bersantai di warung kopi dekat SMA Elang. Biasanya setelah tawuran mereka akan langsung main ke apartemen Austin, tetapi karena laki-laki itu mendapat rutinitas baru untuk pulang bersama sang adik perempuannya, jadi disinilah mereka berada. Menikmati secangkir kopi dan gorengan sembari menunggu bel pulang berbunyi.
"Gila emang mereka. Gua kira gak bawa senjata anjir. Eh malah bawa balok kayu!" sungut Theo.
"Hooh! Gua udah santai lawan gue ambruk, gak taunya dari belakang ada yang nimpuk punggung gue." keluh Zion.
"Udah biarin. Yang penting kita tetep menang." ujar Felix setelah menghabiskan kopi hitamnya.
"Ini kapan sih bel nya? Gua ada janji ama doi nih." gerutu Theo sambil melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Lagian lo juga ngapain ikut kesini? Sekolah lo kan di Merpati." sahut Daniel.
Austin mengangguk menyetujui ucapan Daniel, "Tau tuh! Ngintil mulu hobi lu!"
Theo dan Edwind memang bukan siswa SMA Elang, melainkan keduanya berasal dari SMA Merpati. Tapi karena mereka berdua anggota Dangerous yang sangat akrab dengan Austin, Daniel, Felix maupun Zion, maka kemanapun keempat cowok itu berada, pasti Theo dan Edwind ngikut juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dangerous Boyfriend
Teen FictionPercaya takdir? Bagaimana jika takdirmu berada di antara orang-orang yang berbahaya? Tiba-tiba mendapat teror dan gangguan dari orang tidak dikenal? Kamu yang tidak mengetahui apa-apa malah menjadi korban. Namun dari situ kamu bertemu dengan seseora...