13. Bunda

26 1 1
                                    

Hai! Jangan lupa vote ya!
Selamat Membaca!

📍📍📍

"BUNDA!!!!" teriak Felix saat baru saja memasuki rumah.

"BUN!"

"Apasih, Felix? Jangan teriak-teriak dong!" balas Tisa, bunda Felix dari dapur. Wanita paruh baya itu berjalan menemui Felix yang berada di ruang tengah.

"Astagfirullah! Ini siapa?" tanya Tisa ketika melihat seorang gadis yang berada digendongan Felix.

"Nanti aja tanyanya, bun. Sekarang obatin dia dulu." balas Felix sambil terus berjalan menuju kamarnya di lantai dua untuk membaringkan Stela yang masih belum sadarkan diri.

Tisa, bunda Felix itu adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit besar di ibukota. Hari ini dia sedang libur jadi Felix memutuskan untuk membawa Stela ke rumah yang jaraknya lebih dekat dengan sekolah daripada harus ke rumah sakit.

"Ini siapa Felix?" tanya Tisa yang baru saja masuk kekamar Felix sambil membawa perlengkapan medisnya.

"Nanti Felix jelasin." jawab Felix.

Tisa pun mulai memeriksa keadaan Stela, dari detak jantungnya, denyut nadi sampai membersihkan luka di pelipis dan sudut bibir gadis itu.

"Assalamualaikum!" salam seseorang yang Felix yakini adalah Zion.

Felix pun keluar dari kamarnya untuk mempersilakan teman-temannya masuk.

"Kalian duduk sini dulu, Stela baru di cek bunda gue." ujar Felix menyuruh teman-temannya duduk di sofa ruang tamu.

"Bunda lo?" tanya Grizel.

"Bunda Felix itu dokter, beb." jawab Zion.

"Bab beb bab beb enteng banget tuh mulut!" sinis Grizel.

Felix hanya menggelengkan kepalanya lalu berjalan menuju dapur untuk membuat minuman. Dirumahnya ini memang tidak ada pembantu, karena Tisa selalu membiasakan hidup mandiri kepada anak maupun suaminya agar tidak bergantung pada orang lain.

Felix membuat enam gelas es sirup dan satu gelas teh hangat. Setelah menatanya diatas nampan, cowok itu segera membawa minuman itu ke ruang tamu.

"Widihhh bapak rumah tangga!" celetuk Agatha.

"Gausah repot kali, Lix." tutur Daniel.

"Heleh padahal seneng juga!" cibir Zion.

"Adek gue gimana, Lix?" tanya Austin.

"Gue mau nganter teh anget sekalian ngecek Stela." jawab Felix lalu segera beranjak dari ruang tamu.

Sesampainya di lantai dua, tepatnya di depan kamar. Felix dapat melihat Stela yang sudah sadarkan diri, gadis itu duduk bersandar diranjang bahkan pakaiannya pun sudah ganti dengan baju santai milik Felix, pasti ulah bundanya.

"Minum." tutur Felix sambil memberikan segelas teh hangat kepada Stela.

"Jadi dia adiknya Austin?" tanya Tisa pada anak laki-lakinya itu.

"Iya." jawab Felix.

"Bunda tinggal ya, sekalian panggilin temen-temen kamu suruh kesini." ucap Tisa lalu berdiri dari duduknya.

"Gausah, tante. Saya aja yang turun, udah mendingan kok." tolak Stela tidak enak.

"Beneran?" tanya Tisa yang langsung diangguki Stela.

"Yaudah kalau gitu hagi-hati." pesan Tisa dengan senyuman dan mengusap rambut Stela lembut.

Setelah Tisa keluar, Stela mengalihkan pandangan menatap Felix yang masih berdiri disampingnya. Bola mata mereka bertemu beberapa detik sebelum akhirnya Felix memutuskan tatapannya terlebih dahulu.

My Dangerous BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang