Hai! Jangan lupa vote ya!
Selamat Membaca!📍📍📍
Malam ini suasana kota Jakarta sedikit sepi. Jalan-jalan yang biasanya dipenuhi kendaraan kini terlihat lenggang. Akibat hujan beberapa jam lalu, membuat orang-orang enggan keluar dan memilih menghangatkan badan di dalam rumah.
Seorang gadis dengan motor vespa matic abu-abunya baru saja keluar dari parkiran sebuah mall. Udara dingin menyambut kulitnya yang terbalut sweater dan jeans hitam. Ia menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, berbelok ke arah jalanan sepi untuk menuju rumahnya. Gadis itu bersenandung ringan menyanyikan lagu apa saja yang terlintas di otaknya. Dari arah belakang, tiba-tiba ada satu motor kawasaki ninja yang mengikutinya, semakin dekat dan akhirnya berhenti tepat didepannya, menghalangi jalan yang membuat ia mengerem motor secara mendadak.
Seorang laki-laki yang menaiki motor kawasaki ninja itu turun setelah melepas helm. Mulai berjalan mendekati sang gadis yang masih diam di atas motornya. Gadis itu pun membuka helm dan langsung menjuntailah rambut sepunggungnya yang ia gulung. Turun dari motor vespanya dan mendekati laki-laki yang menghalangi jalan pulangnya.
"Mau apa lo?" tanya gadis itu dengan santai.
"Wahh berani juga lo," jawab lelaki di depannya.
"Gak usah basa-basi deh, gue kebelet boker!" gadis itu lagi-lagi berbicara dengan nada santainya.
"Anjing!" umpat lelaki itu. Ia berjalan dan mencekal tangan gadis itu. Menyeret dan mendorongnya menuju lahan sepi di samping jalan.
"Lo gak usah sok berani deh, Auristela?" gadis itu terkejut. Bagaimana bisa laki-laki itu tau namanya?
"Kenapa? kaget? Gak usah tanya darimana gue tau nama lo. Yang penting sekarang kita main-main dulu, sayang." laki-laki itu mendekat dan mulai menyentuh pipi Stela. Sentuhan yang awalnya lembut berubah menjadi cengkeraman kasar.
Stela membuang ludahnya tepat di wajah laki-laki itu. Sontak cengkeraman di pipinya terlepas. Wajah laki-laki itu merah karena marah, salah satu tangannya terangkat akan menampar Stela. Namun ada yang mencekalnya dari belakang. Ia berbalik dan menemukan seorang laki-laki yang ia ketahui salah satu anak buah musuhnya.
"Banci banget lo beraninya sama cewek!" ucap laki-laki itu.
Tak sampai sepuluh detik, keduanya sudah berbalas melempar bogeman dan tendangan. Tidak ada yang mau mengalah. Wajah keduanya sudah sama-sama dihiasi lebam. Sampai akhirnya si lelaki yang mengganggu Stela tadi jatuh pingsan di atas tanah.
"Wahhhh sangar-sangar!" puji Stela sambil bertepuk tangan. Laki-laki yang bisa disebut penolongnya itu menatap aneh Stela. Mereka berdua berjalan menghampiri motor Stela.
"Ikut mobil gue. Biar motor lo di bawa temen gue." tutur laki-laki itu.
Stela menghentikan aktivitas menggulung rambutnya lalu menatap laki-laki didepannya dengan penuh selidik beralih menatap ketiga cowok yang asik merokok sambil bersandar di mobil jeep biru gelap.
"Gak, gak mau! Nanti motor gue kenapa-napa lagi!" tolak Stela. Ia melanjutkan menggulung rambut sepunggungnya lalu memakai helm yang berwarna sama dengan motornya.
"Lo duluan, mobil gue dibelakang." ucap laki-laki itu lalu berjalan memasuki mobil jeep biru gelap di ikuti ketiga temannya.
Stela mengernyit tak mengerti namun segera menjalankan motornya. Memasuki kawasan perumahan dan menghentikan motornya didepan rumah berlantai dua, cat putih dengan pagar hitam dan halaman yang luas. Tak lama kemudian seorang satpam membuka pagar tinggi itu, mempersilakan Stela masuk. Sebelum menjalankan motornya masuk kedalam rumah, ia menoleh kebelakang lalu melambaikan tangannya pada mobil jeep yang setia mengikutinya.
📍📍📍
Mobil jeep biru gelap yang berisi empat orang laki-laki tampan itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Setelah mengantar cewek asing tadi, mereka melanjutkan perjalanan menuju suatu tempat.
Felix, cowok yang mengemudikan mobil itu berdecak kesal karena ketiga temannya tak berhenti bertanya 'siapa cewek yang ia tolong tadi?' padahal ia sudah menjawab tidak tahu. Tapi teman-temannya itu tetap tidak berhenti bertanya.
"Kok bisa si Gavin anjing gangguin tuh cewek ya?" tanya seorang temannya lagi.
"Cerewet dah lo, udah di jawab gak tau juga!" jawab Felix kesal.
"Mampus lo, yo! Felix marah." sahut temannya yang duduk di samping kemudi.
Theo, laki-laki yang bertanya tadi mendengus kesal melihat Felix yang diam tidak peduli dan dua teman lainnya tertawa.
"Gue doain gak bisa mingkem lo berdua!" kesalnya.
"Doa orang kayak lo mana bisa mempan?" jawab temannya di sela tawa.
Zion dan Edwind, dua orang yang sedari tadi mengalunkan tawa semakin menambah volumenya setelah melihat Theo yang menahan kesal.
"Turun dah lo pada!" titah Felix setelah menghentikan mesin mobilnya.
Setelah turun dari mobil, keempat laki-laki itu berjalan memasuki sebuah bangunan yang sudah tidak terpakai. Dari luar bangunan itu terlihat menyeramkan dengan tanaman merambat di beberapa sisi dan jaring laba-laba yang tak terhitung banyaknya. Cat tembok yang sudah mengelupas dan beberapa bagian sudah menghitam karena jamur. Lain halnya pemandangan di dalam bangunan itu, sangat rapi dengan beberapa kursi kayu dan sofa yang masih bagus. Tikar yang tergelar rapi, kulkas yang selalu penuh dengan makanan maupun minuman. Televisi dan radio yang menjadi penghibur, dan jangan lupakan dapur dengan peralatan memasak lengkap.
"Kemana aja kalian? Telat satu jam! Rapat kita juga jadi mundur, nih." sungut laki-laki yang duduk di sofa dengan satu batang rokok terselip diantara jari telunjuk dan tengahnya.
"Ada tugas kemanusiaan di tengah jalan." jawab Felix santai. Lalu duduk diatas tikar bersama beberapa laki-laki lain.
"Maap, tuan Austin. Tadi nolongin cewek yang diganggu musuh lo!" lanjut Theo.
"Siapa ceweknya?" tanya Austin melempar tatapannya kepada Felix.
"Gak tau." jawab Felix.
"Gavin sendiri?" tanya Austin lagi.
"Iya." jawab Felix.
"Udah jangan banyak tanya. Katanya rapat!" lanjut Felix membuat Austin mengatupkan bibirnya yang hampir melontarkan pertanyaan.
Rapat pun dimulai. Membahas tentang strategi tawuran dua hari yang akan datang, antara gang Dangerous dan anak motor lain yang menantang mereka. Austin sebagai ketua mulai membagi tugas pada anak buahnya. Ia dan Felix adalah anggota yang sama kuat. Mereka berdua di depan memimpin semua anak buah yang kini berjumlah kurang lebih dua ratus orang. Mereka berasal dari beberapa sekolah di Jakarta.
Awalnya gang ini dibuat sekitar tahun 2015 lalu oleh segerombolan anak muda. Karena beberapa anggotanya yang memilih vakum karena sudah lulus dan fokus bekerja ataupun kuliah, maka setiap tahun diadakan pemilihan ketua dan penerimaan anggota baru sekaligus reuni dari angkatan pertama sampai saat ini. Terus menerus seperti itu hingga sekarang gang ini di pegang oleh Austin yang menjabat sebagai ketua selama satu tahun.
📍📍📍
Bagian 1 sudah selesai. Maaf ya kalau pendek. Semoga otak author gak buntu di tengah jalan, aamiin.
Terimakasih sudah membaca dan memberi dukungan dengan cara klik bintang❤

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dangerous Boyfriend
Teen FictionPercaya takdir? Bagaimana jika takdirmu berada di antara orang-orang yang berbahaya? Tiba-tiba mendapat teror dan gangguan dari orang tidak dikenal? Kamu yang tidak mengetahui apa-apa malah menjadi korban. Namun dari situ kamu bertemu dengan seseora...