Chapter 23

11.8K 519 54
                                    

Hello epribadeh..

Yeee... Kejudhaaann... Bonus satu part khusus minggu ini ya.. Buat bayar hutang karna lama ga update kemaren2.. Hehehehe
Semoga suka dan bisa menghibur malam senin kalian..

Happy reading..

......

Cara Pov

Aku bergulat di dapur di temani Ethan, aku sedang menyiapkan daging untuk acara nanti malam. Dad ingin makan malam bersama sebelum besok Brian berangkat lagi ke Amerika.

Sebenarnya aku juga hanya membantu pekerjaan dua asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan racikan bumbu di satu dapur yang lain.

"Ku lihat kau sudah tidak pernah mual seperti dulu," Kata Ethan tiba-tiba. Aku tersenyum.

"Kau memperhatikan ku?"

"Tentu saja, kau istriku.."

Lagi aku tersenyum. "Wanita hamil umumnya merasa mual sampai kandungan nya berusia sekitar 5 bulan. Itu yang aku tau."

"Syukurlah, aku senang mendengarnya," Balasnya seraya mencuci beberapa sayuran di wastafel, namun dia segera meninggalkan semua sayuran itu begitu saja ketika handphone nya berdering.

"Ya, Mom?" Sapanya, membuat ku tau bahwa itu telepon dari ibu mertuaku. Dia berjalan menjauh dan menghilang di balik tembok. Mungkin suara masakan di penggorengan terlalu mengganggu.

"Nyonya, ini, tadi Tuan Ethan meminta saya untuk membuatkan susu untuk mu," Ujar salah seorang asisten rumah tangga di rumah ini, Laila namanya.

Aku mengangguk tersenyum. "Terimakasih, Laila. Letakkan saja di sana!"

Dan setelah itu, dia berpamitan kembali ke dapur belakang untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Ku akui kau benar-benar hebat,"

Aku menoleh ke belakang begitu mendengar suara Brian. Dia menatapku seraya duduk di meja pantry.

"Maksudnya?" Tanyaku seramah mungkin.

Aku bisa mendengar ulas senyumnya juga gerakan kakinya ketika dia melompat dari kursi. "Kau mungkin bisa menipu seluruh orang yang ada di rumah ini, tapi kau tidak bisa menipu ku," Katanya membuatku menghela nafas.

Aku memutar tumit untuk menatapnya. "Brian, tolong! Hentikan semua ini, kau hanya salah faham.."

Dia kembali tersenyum remeh. "Aku tidak sebodoh itu, kau fikir aku akan tertipu seperti mereka setelah aku menyaksikan sendiri gerak gerikmu dan adik mantan pacar mu itu?"

Aku mengernyit seraya menggeleng kecil. "Brian, kami hanya teman. Kami memang sangat dekat tapi bukan berarti anak ini anak Grayson. Bagaimana aku harus meyakinkan mu? Aku tidak tau lagi caranya membuat mu berhenti menuduh ku seperti itu,"

"Apa yang kau lakukan di sana?" Seruan Ethan membuat kami menoleh ke arah yang sama.

"Tidak ada, hanya menyapa!" Balas Brian yang kemudian beranjak pergi. Ethan menatapnya hingga dia menghilang di balik pintu.

"Dia mengganggu mu?"

Aku menggeleng. "Tidak, kami hanya mengobrol kecil."

Ethan menatapku tidak yakin, tapi kemudian aku memintanya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Hanya agar dia tidak banyak bertanya. Sejujurnya aku sangat tidak enak jika mereka harus bertengkar karna aku.

"Kau tau? Selama ini aku tidak pernah mencuci sayur seperti ini."

Aku berjalan ke meja pantry dan tersenyum mendengar pengakuannya. "Benarkah?" Tanyaku yang kemudian menyesap susu yang telah Laila siapkan untukku tadi.

Choices!! - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang