The Beginning

43 5 2
                                    

JAKARTA, INDONESIA
02:00 Siang.

Dua orang wanita kini duduk di cafe sederhana namun bergaya modern. Salah satunya adalah Celin, wanita yang kini tengah duduk sambil memainkan gelas karton kopi. Sedangkan wanita di hadapan Celin tampak sedikit frustasi.

"Apa kau sudah berfikir matang-matang atas keputusanmu?" tanya wanita dihadapan Celin.

"Ya, Arbell. Kau pikir mengambil keputusan ini mudah?!" ucap Celin terlihat agak marah.

Arabell menaikan sebelah alisnya bingung.

"T-tapi selama ini.."

"It's just a mask. Trust me, Bel." ucap Celin sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Oke oke.. So what?"

"Ini keputusan terakhirku. I must do that, demi diriku sendiri."

-HMC-

Celin kini sedang melangkahkan kakinya menuju gedung pencakar langit dihadapannya. Ia menapakkan kaki jenjangnya yang dibalut high heels merah ke lobby gedung itu.

Saat Celin masuk ke gedung yang fenomenal itu, pegawai disana menundukkan sedikit tubuhnya setiap berpapasan dengan Celin. Celin melangkah penuh percaya diri.

Ia masuk ke lift khusus petinggi, lalu memencet tombol yang bertuliskan angka 42. Setelah lift bergerak naik, Celin menatap pantulan dirinya di cermin lalu membetulkan letak rambutnya yang acak-acakan dan sedikit merapihkan make upnya.

Lalu tak lama, pintu lift terbuka. Celin menatap sekumpulan pria yang sedang menunggu lift sambil berbincang dengan sedikit canggung.

Celin melangkah keluar dari kotak lift itu lalu berdiri agak jauh dari kumpulan pria itu berada. Ia menunggu salah satu pria diantara kumpulan pria lainnya. Pria-pria itu masuk kecuali seorang pria yang berdiri di depan pintu lift.

"Ada kepentingan apa kamu kesini?" tanya pria itu.

"Aku hanya mau mengajakmu makan siang sambil sedikit berbincang, Dan." jawab Celin.

Danial, pria itu, membenarkan tuksedonya yang sedikit kusut lalu mendekat kearah Celin.

"Wah, tidak biasanya. Ayo makan siang." ucap Danial berbinar dengan nada ceria.

Danial menggandeng tangan Celin. Cellin yang refleks, melepas tangan Danial. Danial menatap Cellin bingung.

"Maaf, aku kaget." ucap Celin lalu berinisiatif kembali memegang tangan Danial.

Danial memakluminya lalu ia kembali berjalan bersama Celin. lain halnya dengan Celin yang diam, memikirkan sesuatu yang akhir-akhir ini mengganjal seperti benang kusut.

Mereka memasuki lift lalu Danial menekan tombol lift untuk kembali ke lobby.

Aku sudah berusaha, tapi.. Batin Celin nelangsa.

Lift hening bahkan setelah lift itu sudah mendarat di lobby. Danial dan Celin berjalan menuju keluar lobby diiringi sapaan yang keluar dari mulut pegawai.

Danial awalnya ingin membukakan pintu mobil sportnya untuk Celin, tetapi terlambat karena Celin membukanya sendiri. Danial hanya menghela nafas lalu memasuki mobil itu.

Hold Me Close [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang