Setelah pertemuannya dengan Alarick, Danial memutuskan pergi ke butik Celin untuk menagih kejujuran dari gadis itu.
Sesampainya di butik Celin, Danial bergegas ke ruangan Celin. Danial masuk ke ruangan Celin tanpa mengetuk pintu ruangan itu terlebih dahulu.
"Celin jawab aku." ucap Danial berdiri di hadapan Celin dan menatap mata Celin.
"Ada apa, Dan?" tanya Celin bingung.
"Kau diteror keluargaku sejak lama, itu benar? Jelaskan aku semuanya, aku mau mendengarnya dari mulutmu sendiri." ucap Danial yang membuat Celin menegang.
"K-kau?!"
"Aku tahu semuanya, tapi aku butuh penjelasan darimu." ucap Danial.
Celin tampak ragu, ia menatap kertas gambarnya sejenak.
"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku." jawab Celin lemah.
"Celin, untuk kali ini saja." ucap Danial mendesak.
"Baik. Apa yang ingin kamu ketahui lagi? Bukannya kamu sudah mengetahui semuanya?" tanya Celin pasrah.
"Aku ingin mendengar semuanya langsung dari mulutmu." jawab Danial.
Celin berdiri dari kursi kerjanya dan menuntun Danial untuk duduk di sofa kerjanya. Mereka lalu duduk bersama di sofa itu.
"Sebelumnya, bisa aku bertanya siapa yang membocorkan hal ini padaku?" tanya Celin.
Danial menggeleng, "itu tidak penting."
Celin menghela nafasnya pelan. Pasti Alarick, tebaknya.
"Semua yang dikatakan Alarick benar. Meskipun aku tidak mendengarnya langsung tetapi aku tahu Alarick adalah pria yang tidak akan melebih-lebihkan atau mengurangi apa yang aku ceritakan kepadanya." ucap Celin menjelaskan.
Danial menatap Celin terluka.
"Lalu bagaimana denganku? Apa kamu tidak mempercayaiku?" tanya Danial lirih.
Celin menggeleng, ia mengambil tangan Danial lalu menggenggamnya. Celin menatap Danial dan tersenyum lembut pada pria itu.
"Aku percaya padamu, hanya saja waktu itu aku bingung. Aku tidak bisa bercerita padamu, aku takut kamu akan bertindak nekat kepada orang tuamu." ucap Celin.
Danial menipiskan bibirnya lalu menggeleng. Celin tidak terlalu percaya kepadanya.
"Aku tidak. Yang akan aku lakukan setelah mengetahui semua ini adalah membawamu menuju London dan bertemu langsung dengan orang tuaku. Aku tidak akan membunuh mereka, tentu tidak. Itu terlalu nekat." ucap Danial meyakinkan Celin.
Celin menggeleng.
"Kita tidak bisa, resikonya terlalu besar. Orang tuamu terlalu berbahaya. Aku tidak siap." putus Celin.
"Percayalah, ada aku yang akan selalu melindungimu." ucap Danial meyakinkan.
"Lalu siapa yang melindungimu?!" ucap Celin frustasi.
Danial terdiam sejenak.
"Diriku sendiri."
"Kamu tidak mengerti, Dan." ucap Celin lelah.
"Apa? Apa yang tidak kumengerti, Celin? Aku hanya ingin mengakhiri semua masalah kita." ucap Danial frustasi.
"Aku mencintai Alarick." ucap Celin terdengar tegas, berbanding terbalik dengan gestur tubuhnya.
"Kamu tidak." jawab Danial tidak kalah tegas.
"Ya! Aku mencintainya!" ucap Celin keras kepala.
"Lalu kenapa kamu masih mempertahankan aku? Hubungan kita? Untuk apa, Celin?" tanya Danial yang dijawab keterdiaman Celin.
Danial berdiri lalu membenarkan jasnya yang sedikit kusut.
"Kuberikan kamu waktu untuk berpikir akan pilihanmu menyelesaikan masalah ini. Apakah kamu mau mengakhiri hubungan kita dan bersama Alarick, atau kamu mau pergi ke London bersamaku untuk menyelesaikan masalah ini." putus Danial.
Celin membulatkan matanya. Air mata yang ditahannya sendari tadi langsung meluncur ke pipinya begitu saja.
"Kamu mau meninggalkan aku?" tanya Celin dengan suara bergetar.
Danial menundukkan tubuhnya lalu menghapus air mata Celin.
"Tidak, aku memintamu membuat keputusan. Aku tidak ingin memaksamu pergi ke London denganku. Mungkin kamu lelah dan memilih menyerah, mengingat Alarick lebih kau andalkan dan bisa melindungimu lebih daripadaku. Tapi aku tidak akan meninggalkanmu, aku sudah berjanji saat kejadian itu." ucap Danial.
"Bagaimana jika aku memilih Alarick?" tanya Celin ragu.
"Maka aku akan mundur dan membiarkan kamu bahagia, Celin. Mungkin sebagai gantinya, kita akan jarang bertemu kelak. Tapi tak apa, cukup ingat bahwa sebagian diriku ada bersamamu, hatiku masih menjadi milikmu." ucap Danial.
Danial lalu menegakkan tubuhnya.
"Aku pergi dulu. Pikirkan pilihan itu baik-baik karena jika kamu sudah memilih, pilihan itu tidak bisa kamu ubah atau kamu sesali nantinya." ucap Danial sambil tersenyum hangat.
Danial mengelus rambut Celin lalu berkata, "aku pergi dulu."
Danial melangkah keluar dari ruangan Celin menuju mobilnya.
Setelah masuk ke dalam mobilnya, Danial menggenggam erat setir mobil dan menumpukan keningnya pada setir itu.
Air mata menetes dari mata kiri Danial untuk pertama kalinya setelah beberapa puluh tahun.
Fakta hari ini dan pilihan yang dibuat dirinya sendiri untuk Celin seakan membunuh dirinya.
Fakta bahwa Danial tidak mampu melindungi Celin. Oleh karena itu ia membuat pilihan itu untuk Celin, agar kedepannya Celin tidak menyesal bersamanya.
Meskipun itu sangat menyakiti Danial jika Celin lebih memilih Alarick.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Close [END]
RomanceAlcelin Alexandria berteman sejak kecil dengan Danial Frans Cerbero. Bahkan keduanya memutuskan akan menikah saat mereka dewasa. Bertahun-tahun mereka saling bersama dan bergantung satu sama lain. Hingga setelah mereka dewasa, pernikahan yang mereka...