Danial simplicity

7 5 7
                                    

Rabu, 17.00 P.M.

Danial sudah berkutat dengan pekerjaannya dari jam 4 pagi. Ia cukup sibuk karena mengerjakan pekerjaannya yang terlantar akibat mengobrol dengan Vanessa dan menemani Celin membeli novel kemarin.

Danial belum sempat sarapan tadi pagi. Ia terburu-buru datang ke kantor karena memiliki jadwal meeting dan beberapa berkas final yang perlu ia cek. Bahkan, Danial juga melewatkan makan siangnya.

Meskipun Danial pemilik perusahaan, ia tidak sepenuhnya mempercayai bawahannya.

Tok tok tok.

"Masuk." ucap Danial mempersilahkan.

Celin datang membawa rantang di tangannya.

"Aku datang karena Nikolas bilang kamu bahkan belum keluar ruanganmu dari tadi pagi. Ia bahkan harus bolak-balik memastikan kamu tidak pingsan didalam. Kenapa kamu melewatkan jam makanmu?" omel Celin.

"Aku sibuk." jawab Danial singkat.

Celin menyingkirkan berkas yang ada di meja Danial dan menumpuknya menjadi satu. Ia lalu membuka rantang makanan yang dipegangnya.

Danial yang melihat banyak makanan di depannya, baru merasakan rasa perih dan panas di perutnya. Ia merasa mual sekaligus pusing. Kalau saja Danial tidak tahan rasa sakit, mungkin ia sudah pingsan karena lemas.

"Aku tidak ingin makan." ucap Danial.

"Kamu harus makan. Kamu belum makan dari pagi." ucap Celin mutlak.

"Tapi perutku tidak enak, aku merasa mual juga." ucap Danial datar.

Kalau Celin tidak mengenal seperti apa Danial, dia pasti berpikir Danial berbohong. Mana ada orang sakit yang menampakkan wajah datar? Mungkin hanya Danial seorang, karena ia jarang merintih, apalagi menangis.

"Sejak kapan kamu memiliki maag?" tanya Celin heran.

"Sejak kamu pergi waktu.."

Danial memilih tidak melanjutkan ucapannya yang ketelepasan itu. Celin yang mendengar itu, langsung terdiam.

"Makan dulu, Dan." ucap Celin yang akhirnya di turuti Danial.

Celin hanya terdiam sewaktu Danial makan, ia hanya mengedarkan pandangannya pada ruang kerja Danial untuk memutus kebosanan.

"Kemana novel yang kuberikan? Apakah kamu sudah mengambilnya?" tanya Danial.

Celin mengangguk.

"Ya, lima novel itu sudah aku terima." jawab Celin.

"Kenapa kamu tidak membawanya supaya kamu tidak bosan?" tanya Danial lagi.

Celin menegang. Ia bingung mau menjawab apa.

"N-novel itu hilang." jawab Celin bohong.

Danial menghela nafas.

"Biasakan untuk kurangi kecerobohanmu Celin. Bukannya aku pelit, sungguh tidak. Bahkan jika kamu meminta jet pribadi aku akan memberikannya asal kamu menjaganya baik-baik. Aku ingin kamu menjaga apa yang sudah aku berikan, aku membelinya dari hasil kerja kerasku loh." ucap Danial menasehati.

Celin menjawabnya dengan cibiran, "kerja kerasmu untuk sedetik." celetuk Celin asal.

Danial tertawa meresponnya.

"Tentu saja, dalam sedetik aku bisa menghasilkan seratus ribu atau mungkin lebih." ucap Danial sombong.

"Tetapi tetap saja, barang itu harus dijaga. Bagaimanapun, ada orang yang berkerja keras untuk membuat novel itu supaya dapat dicetak. Entah itu penulisnya, atau pekerja percetakan buku." lanjut Danial.

Hold Me Close [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang