Awake

3 1 0
                                    

One Year Later.

Setelah dinyatakan koma beberapa bulan lalu, Celin dengan rajin datang ke ruangan perawatan Danial dan sering mendoakannya supaya cepat sembuh.

Ruangan perawatan Danial adalah ruang VVIP dengan Alarick sebagai pembayar biaya fasilitas perawatan Danial.

"Cepat bangun, aku merindukanmu, sayang." bisik Celin.

Celin lalu melakukan ritual biasanya dengan membisikan doa ke telinga Danial lalu setelah itu ia bercerita mengenai hal apa saja yang Celin lakukan hari ini.

Seperti biasa juga Danial membalasnya dengan keterdiaman dan berakhir Celin menangis dalam diam.

Alarick datang ke ruang pasien Danial dengan membawa keranjang buah lalu duduk dan mengelus bahu Celin.

"Tenanglah." ucap Alarick singkat.

Jika kalian berpikir ada yang berbeda dari Alarick sekarang, jawabannya adalah iya. Alarick masih menjadi seperti Alarick satu tahun yang lalu, perbedaannya ia menjadi lebih dewasa dan lebih serius.

Tentu ia tidak akan menjadi menyebalkan, karena obyek kejahilannya yang satu sedang koma dan yang satu sedang terpuruk. Ia tidak setega itu dengan menjahili Celin yang sedang terpuruk.

Alarick tidak akan menyukai Celin, tidak akan pernah. Celin bahkan benar-benar berpikir perasaan Alarick sudah mati rasa akibat pengalaman buruk adiknya.

Sudah berkali-kali Celin menasehati Alarick bahwa tidak semua kisah cinta berakhir sama, namun jawaban Alarick selalu dapat membungkamnya.

"Buktinya priamu koma dan kau terpuruk akibat cinta."

Celin hanya bisa berpasrah dan berharap ada orang yang benar-benar dapat menerobos kedalam hati Alarick dan mencurinya.

Kembali ke saat ini, dimana Celin menatap kosong tubuh Danial. Sudah setahun terlewati dan ada yang berubah baik dari Celin maupun Danial.

Tubuh Celin dan Danial sama-sama mengurus. Celin karena rasa frustasi dan rindu yang menggerogotinya, sedangkan Danial karena terbaring tanpa melakukan apapun selama satu tahun.

Bahkan rambut Danial mulai sedikit memanjang dan rahangnya mulai ditumbuhi rambut halus akibat tidak terawat.

"Bagunlah, sayang. Aku menunggumu." bisik Celin.

Sudah satu tahun Celin berharap pada harapan yang tidak pasti. Dokter berkata sewaktu-waktu Danial bisa sadar, tapi sewaktu-waktu Danial juga bisa menghadap ajal.

Koma adalah keadaan dimana kita dihadapkan oleh keadaan tidak pasti antara hidup dan mati.

Celin menepis semua resiko yang akan terjadi. Ia begitu berpikir positif bahwa Danial akan sadar suatu hari nanti. Namun, siapa yang tahu kalau Celin diam-diam sering menangis setiap malamnya.

"Makanlah, aku membawakan makanan kesukaanmu." ucap Alarick.

Celin mengambil boks nasi lalu mulai menyuapkan makanan itu pada mulutnya. Seperti biasanya, di suapan kesepuluh ia akan berhenti dan dilanjutkan dengan Alarick yang memaksanya memakan makanan itu sedikit demi sedikit.

"Aku rasa kamu harus melepasnya, ini sudah satu tahun berlalu dan tidak ada perubahan sama sekali." ucap Alarick membuka percakapan.

Celin menatap Alarick marah.

"Apa maksudmu?" ucap Celin tajam.

"Kamu harus move on dari ketidak-pastian ini, Celin. Kamu harus menemukan pengganti Danial, aku takut koma ini akan memakan waktu sangat lama sedangkan usiamu sudah cukup untuk menikah." ucap Alarick.

Celin menggeleng menolak.

"Aku baru 27 tahun." ucap Celin mengelak.

"Itu adalah usia dimana wanita sudah cukup umur untuk menikah. Kalau kamu pria mungkin kamu akan dimaklumi, tetapi kamu wanita Celin." ucap Alarick mencoba membuat Celin mengerti.

"Danial akan marah." ucap Celin beralasan.

"Ia akan mengerti." balas Alarick.

"Kamu mencoba memisahkanku dengan Danial?" ucap Celin dengan nada tidak suka yang sangat ketara.

"Sebenarnya.." Alarick tampak ragu melanjutkan.

"Apa?" desak Celin penasaran.

"Setahun yang lalu, dokter mengatakan satu hal tentang Danial padaku." ucap Alarick.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?!" ucap Celin marah.

Gawat! Celin sudah memakai kata 'kau', itu artinya dia sangat marah.

"Kamu sedang sangat terpuruk waktu itu karena Danial dinyatakan koma." ucap Alarick.

"Apa? Dokter mengatakan apa?" tanya Celin tidak sabar.

"Ia mengatakan benturan pada kepala Danial sangat keras sehingga menimbulkan satu resiko besar." ucap Alarick.

Alarick sebenarnya takut memberitahukan hal ini kepada Celin, takut Celin terpuruk lagi. Namun, Celin harus tahu.

"Apakah kelumpuhan? Kebutaan? Katakan saja! Aku akan menerima Danial apa adanya." ucap Celin mencoba menepis semua pikiran buruk Alarick.

"Bukan, bukan itu. Untuk itu aku kurang tahu. Tetapi kemungkinan terbesarnya adalah.." Alarick menjeda ucapannya.

"Terhapusnya memori Danial." lanjut Alarick cepat.

Celin membelalakan mata terkejut.

"Ini gila. Tidak mungkin!" ucap Celin cepat.

Alarick menggelengkan kepalanya.

"Aku orang paling penting dalam hidup Danial, ia pasti mengingatku." ucap Celin mencoba berpikir positif.

"Otaknya terlalu banyak memendam trauma dan ingatan buruk. Aku tidak tahu apakah benturan itu benar-benar berpengaruh pada memorinya atau tidak tapi kupikir itu bagus, agar dia tidak mengingat ia pernah memiliki orang tua biadab." ucap Alarick mencoba membuat Celin mengerti.

"Tapi ia akan melupakanku.." ucap Celin lirih.

Mereka sedari tadi berbincang dengan sangat serius hingga tidak sadar mata Danial sudah terbuka sejak mereka berbincang.

"Berisik sekali." keluh Danial kesal.

Mata Alarick dan Celin membulat mendengarnya. Mereka mendekati ranjang Danial lalu menatap Danial intens.

"Kau mengenalku?" tanya Celin.

Danial mengerutkan keningnya bingung.

"Siapa kamu?"



TBC.

Hold Me Close [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang