Danial benar-benar bingung harus bersikap apa, ia tidak bisa dekat dengan Celin karena Celin juga dekat dengan Alarick dan Danial tidak suka berbagi. Danial juga tidak bisa melepaskan Celin karena Celin adalah semangat dan hidupnya.
Akhirnya Danial memutuskan untuk menghubungi Vanessa untuk sekedar berkeluh kesah atau menanyakan apa yang harus dilakukannya.
"Nes." ucap Danial memulai percakapan di telepon.
"Danial! Kebetulan sekali! Aku ingin bertemu denganmu di Cafe D'amore untuk menceritakan kabar bahagia!" ucap Vanessa terdengar sangat bersemangat dan bahagia.
"Apa itu?" tanya Danial penasaran.
"Rahasia, pokoknya kamu harus ke Cafe D'amore jam 4 sore ini."
"Ah ya, aku juga ingin menceritakan satu hal kepadamu. Aku akan datang nanti." ucap Danial memutuskan untuk menahan keluh kesah yang ingin dia keluarkan.
"Baik, baik. Kutunggu kau sepupu. Jangan telat!" ucap Vanessa bersemangat.
"Iyaa Nyonya Almaighten." jawab Danial malas.
Vanessa lalu memutuskan sambungan telepon itu. Danial menghela nafas kesal.
*HMC*
Danial kini tengah berada di cafe D'amoure. Ia mendengus kesal berkali-kali kala melihat sudah lewat beberapa jam tetapi Vanessa bahkan belum menunjukkan batang hidungnya.
Vanessa yang mengancam supaya jangan terlambat, tetapi dia sendiri yang terlambat.
Tak lama, Vanessa datang dengan wajah berseri-seri yang menambah tingkat kekesalan Danial.
"Kenapa wajahmu masam sekali?" tanya Vanessa polos setelah ia duduk dihadapan Danial.
"Menurutmu?" tanya Danial ketus yang membuat kerutan muncul di dahi Vanessa.
"Lupakan, kenapa kau lama sekali?! Aku menunggumu hampir sejam." ucap Danial tidak dapat menahan kekesalannya.
Vanessa cemberut.
"Aku memberikan Rayn surprise dulu sebelum kemari." ucap Vanessa.
Danial berdecak, "aku sudah menyelesaikan semua pekerjaanku jika aku tidak menunggumu disini." ucap Danial kesal.
Mata Vanessa menjadi berkaca-kaca.
"Kau jahat sekali." ucap Vanessa sambil merengut.
Danial menatap Vanessa horor.
"Ada apa denganmu, ha?" tanya Danial kaget.
Vanessa menghapus air matanya lalu tertawa girang. Danial semakin geli melihat tingkat Vanessa yang semakin tidak jelas.
"Maklum, hormonku berubah." ucap Vanessa.
"Apa maksudmu?"
"Aku hamil." ucap Vanessa akhirnya.
Danial menyambutnya dengan bahagia. Ia mengusap kepala Vanessa sambil tersenyum lembut.
"Wah, adik sepupuku hamil. Selamat ya. Jangan galak-galak jika menjadi ibu." ucap Danial menasehati.
Vanessa menepis tangan Danial dikepalanya lalu berdecih.
"Aku tidak galak!"
Danial tertawa melihat tingkah Vanessa. Tiba-tiba wajah Vanessa berubah menjadi serius.
"Apa yang mau kamu bicarakan sehingga meneleponku, Dan?" tanya Vanessa.
Danial terlihat ragu untuk menceritakan masalahnya dengan Celin dan Alarick.
"Sebenarnya ada sesuatu yang penting yang ingin aku ceritakan." ucap Danial setelah lama berpikir.
"Apa itu?" tanya Vanessa penasaran.
"Aku sedang ada masalah dan bingung bagaimana cara menyelesaikannya."
Dari kejauhan, Celin yang sudah melihat Vanessa dan Danial berbincang sedari tadi langsung menghampiri Danial karena tidak dapat menahan kekesalannya.
"Danial?! Kenapa kamu disini?" tanya Celin tiba-tiba datang menghampiri mereka.
Danial menoleh menatap Celin yang terlihat marah dan.. Cemburu?
"Vanessa ingin menceritakan tentang kabar kehamilannya, Celin." ucap Danial.
"Tapi 'kan bisa lewat telepon.." ucap Celin sambil merengut.
"Duduk saja, Lin. Ayo gabung. Kebetulan Danial juga ingin curhat beberapa hal kepadaku." ucap Vanessa mengajak Celin.
Namun yang ada Celin semakin kesal dengan ajakan Vanessa. Jadi Danial lebih memilih bercerita tentang masalahnya kepada Vanessa dibanding Celin?
"Tidak mau." ucap Celin lalu membuang muka.
"Ayo, antar aku. Aku ingin pergi denganmu." ucap Celin kesal ke Danial.
Danial tampak melirik Vanessa tidak enak.
"Tapi kami sedang berbincang." ucap Danial mencoba memberi pengertian.
"Oh, yasudah aku pergi sendiri saja." ucap Celin lalu melangkah pergi, namun tangannya ditahan Danial.
"Aku pergi dulu ya, Nes. Jaga dirimu baik-baik." ucap Danial yang dijawab anggukan oleh Vanessa.
Celin menarik tangan Danial keluar cafe itu menuju mobil Danial yang sangat familiar bagi Celin. Setelah keduanya masuk ke mobil, Celin membuang wajahnya ke jendela.
"Kamu kenapa?" tanya Danial heran.
"Tidak." jawab Celin singkat dan ketus.
Danial memilih untuk mendiamkan Celin sampai amarah Celin mereda.
***
Celin P.O.V
Sungguh aku tidak menyukai Danial dekat dengan sepupunya, Vanessa. Jika Danial dekat dengan Vanessa, pasti ia akan mengasingkanku.
Aku tidak suka saat Danial mengandalkan orang lain, apalagi menceritakan masalahnya kepada orang lain. Apakah hanya aku seorang tidak cukup bagi Danial?!
Aku menghela nafas kesal melihat Danial tampak tidak berusaha membujukku.
"Aku hanya ingin kamu denganku." ucapku berterus terang.
Danial mengerutkan keningnya tampak tidak mengerti.
"Aku tidak suka saat kamu terlalu dekat dengan wanita lain, sekalipun itu sepupumu. Mengertilah Danial, aku ingin, kamu hanya bercerita dan bersandar padaku." jelasku.
Danial tampak sedang memikirkan hal berat.
Aku membuang wajahku kearah jendela. Selalu seperti itu. Jika ia bersama Vanessa ia tampak seperti tidak memiliki beban dan lapang, jika ia bersamaku ia terlihat tertutup dan selalu berpikir.
Apakah aku hanya parasit baginya?
"Buang pikiran burukmu setiap aku bertemu dengan Vanessa, Celin. Dia hanya sepupuku dan aku tidak mungkin melakukan hal yang aneh-aneh dibelakangmu." ucap Danial.
Danial membuat diriku terdengar seperti aku adalah wanita cemburuan dan posesif.
"Bukan itu! Aku ingin kamu hanya mengandalkan aku Danial.." ucapku sedih.
Danial tampak diam. Ia seperti sedang menahan mulutnya untuk berbicara.
"Baiklah, kalau itu maumu." ucap Danial pada akhirnya yang membuatku tersenyum puas.
Celin P.O.V End.
***
Kamu ingin aku hanya mengandalkanmu, namun kamu memilih pria lain untuk memberimu kekuatan dan kebahagiaan. Apa maksudmu Celin? Apa kamu mau menghancurkanku? Batin Danial sedih.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Close [END]
RomanceAlcelin Alexandria berteman sejak kecil dengan Danial Frans Cerbero. Bahkan keduanya memutuskan akan menikah saat mereka dewasa. Bertahun-tahun mereka saling bersama dan bergantung satu sama lain. Hingga setelah mereka dewasa, pernikahan yang mereka...