Complicated

13 6 4
                                    

(Masih di hari yang sama --saat Danial dan Celin di mobil untuk mengantar Celin--)

Danial akhirnya mengantar Celin ke toko buku. Celin berkata dia berniat membeli beberapa novel keluaran terbaru yang menjadi favoritnya.

Danial menatap Celin yang sedang memilah novel di rak buku sambil berpikir keras didalam benaknya.

Celin ingin Danial menjauh dari wanita lain, bahkan Vanessa yang memiliki hubungan darah dengan Danial. Lantas siapa yang akan menjadi sandarannya saat Celin memutuskan memilih Alarick?

Apakah sebenarnya Celin masih memiliki perasaan kepada Danial? lantas mengapa ia mengkhianati Danial?

Tiba-tiba ponsel Celin berbunyi. Celin merogoh kantongnya lalu mengambil ponselnya. Saat Celin membaca pesan itu, Celin terdiam sebentar.

"Danial, temanku menyuruhku datang ke butik saat ini." ucap Celin dengan wajah tak enak.

"Siapa?" tanya Danial meminta kejujuran dari Celin.

"Um.. Falen. Ya, dia." ucap Celin berbohong.

Danial dengan mudah dapat menebak kebohongan Celin. Falen sudah Danial hubungi untuk mengosongkan jadwal Celin karena awalnya Danial ingin memiliki waktu berdua bersama Celin --yang jarang terjadi karena ia adalah pemilik perusahaan--.

"Apa sepenting itu?" tanya Danial menahan rasa gentirnya.

"Iya, meeting dengan clien." ucap Celin.

Danial mengangguk. Celin pergi tergesa, bahkan ia meletakkan novel yang ingin dibelinya begitu saja.

Danial tersenyum sedih. Lalu apa maknanya rasa tidak suka Celin pada Vanessa, jika ia juga mengutamakan orang lain diatas Danial?

Danial mengambil buku yang ingin dibeli Celin lalu pergi ke kasir untuk membayarnya.

Setelah selesai, Danial keluar dari mall itu sambil menenteng paper bag berisi novel yang ingin dibeli Celin.

Danial mengendarai lamborgininya kembali menuju apartemennya.

*HMC*

Celin melangkah tergesa menuju lantai ruangan Alarick. Celin mendecak kesal mengetahui Alarick kembali memaksakan dirinya bekerja sampai demam.

Begitu sampai di ruangan Alarick, netra Celin mendapati seorang pria yang sedang memegangi sambil sesekali memijat kepalanya.

"Untuk apasih kamu bekerja terus menerus?! Luangkan waktumu untuk beristirahat setidaknya sebentar saja!" omel Celin kesal.

Alarick mendecak.

"Jangan mengomel, Alcelin. Aku sedang sakit." keluh Alarick.

Celin segera menghubungi sekertaris Alarick untuk membelikan Alarick makanan. Ia lalu mengambil obat demam di kotak P3K.

"Minum." ucap Celin menyodorkan air kemasan dan obat itu.

Alarick mengambil keduanya lalu menelannya. Celin berdiri di belakang Alarick lalu memijat pria itu dengan tangannya.

"Berhenti bekerja. Kamu sudah kaya." ucap Celin menasehati sambil memberikan sedikit candaan.

"Tidak sekaya Danial." sahut Alarick yang mengusik rasa bersalah Celin.

"Karena kamu, aku harus meninggalkan Danial di toko buku!" ucap Celin ketus.

Alarick menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil menikmati pijatan Celin.

"Itu wajar, kamu harus terbiasa mengutamakan aku." celetuk Alarick yang membuat Celin menjambak rambutnya.

"Aw! Aw! Kepalaku pusing Celin, berhenti menyiksaku!" ucap Alarick sambil cemberut.

Celin mendecih.

"Jangan berkata sembarangan tentang Danial, bagaimanapun ia sahabatku dari kecil." tegur Celin.

Alarick menatap celin cengengesan.

"Jadi kamu masih mencintainya, ya?" tanya Alarick penasaran.

Celin menggeleng.

"Aku tidak tahu." jawab Celin.

Pintu terketuk tiga kali, lalu asisten Alarick datang sambil menenteng paperbag berwarna cokelat.

"Lapor, Tuan. Saat saya membuntuti Tuan Danial, saya menemukan dia meletakkan ini di depan pintu kamar apartemen nona Alcelin." ucapnya melapor.

"Kamu menyuruh bawahanmu membuntuti Danial?!" tanya Celin dengan suara meninggi.

"Tentu saja." jawab Alarick singkat.

Asisten Alarick lalu meletakkan paperbag itu di meja Alarick lalu undur diri dari ruangan itu.

Alarick membuka paperbag itu lalu menemukan lima novel didalamnya.

"Hanya berisi novel murahan." ucap Danial lalu membuang paperbag itu ke tong sampah.

"Hei!" jerit Celin tidak terima.

Celin lalu mengambil kembali paperbag itu dari tong sampah --yang isinya hanyalah buntalan kertas--. Setelah mengetahui apa isinya, Celin terduduk di sofa ruangan Alarick syok.

"Astaga pria itu.." ucap Celin sendu.

"Celin! Kamu jorok sekali.. Buang ke tong sampah! Nanti aku akan membelikannya lagi untukmu." ucap Alarick sambil bergidik jijik melihat Celin memungut apa yang telah dibuangnya.

"Tidak mau! Kamu tidak pernah menghargai pemberian orang ya.." ucap Celin kesal.

"Itu hanya novel murah. Kamu bisa membelinya lagi, tapi jangan nekat merogoh tong sampah juga." ucap Alarick sombong.

Celin membuang wajahnya kembali menatap novel yang ada di genggamannya.

"Buang, Celin." ucap Alarick berusaha sabar.

"Iya-iya." jawab Celin menurut.

Ia lalu membuang novel --yang dibeli Danial dengan uang hasil kerja keras pria itu-- ke tong sampah.

"Kamu harus menurut padaku Celin jika kamu mau tetap berada di sisiku. Kamu tahu aku seperti apa, bukan?" ucap Alarick.

Celin mendekati Alarick lalu duduk di sebelahnya.

"Baik-baik."


TBC.

Hold Me Close [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang