Ghea memakai kemejanya yang berkerah, lalu menyampirkan tas selempangnya di tubuhnya. Ghea meremas tali yang melintas di sepanjang tubuhnya dengan wajah gugup. Ghea memutuskan untuk menjadi aktris bintang porno. Segera setelah ia mendapat banyak uang dari situ, Ghea akan segera memulai investasinya dan mungkin merawat keluarganya sendiri. Ghea mendongak melihat sebuah bangunan luas dan tinggi yang kini tengah mengejeknya, karena mengorbankan harga dirinya sendiri. Ghea menipiskan bibirnya, lalu melangkah masuk ke dalam gedung itu.
Ghea memberikan tanda pengenalnya, sekaligus mengatakan jika Blake Miles yang mengundangnya ke sini. Sang resepsionis pun langsung meresponsnya dengan cepat. Tak lama Ghea menunggu, seorang pria bernama Blake Miles langsung menghampirinya dan merangkulnya dengan gaya yang ramah.
"Aku pikir kau tidak akan datang," gumam Blake senang. "Aku mengorbankan karierku sendiri karenamu, kau tahu. Jadi, aku harap kau memberi impresi pertama yang bagus untuk seorang Gabriel Ducan yang perfeksionis itu."
"Aku langsung diwawancarai?" tanya Ghea kaget, padahal ia belum memberikan surat lamaran apa apa. Ghea datang hanya ingin bertanya tanya khususnya untuk syaratnya.
"Ya, bisa dibilang, kau peserta yang mendapat jalur khusus karena dipilih oleh seorang casting director secara langsung," jelas Blake lagi lalu mengantar Ghea ke sebuah lorong yang begitu indah. Jendela besar di sepanjang lorong menampilkan taman yang besar. Gedung itu seperti gedung perfilman pada umumnya. Tersapat ruangan studio untuk syuting, ruangan bagi produser dan berbagai ruangan lainnya. Semua studio kedap suara hingga proses syuting dapat berjalan dengan damai. Dalam sekali lihat, tidak ada yang tahu jika gedung itu adalah gedung khusus pembuatan film porno yang paling terkenal bagi kalangan konglomerat di dunia.
"Kenapa dari semuanya harus aku?" tanya Ghea lagi dengan tatapan menyelidiknya.
"Karena kau sesuai dengan permintaan pasar. Aku juga tidak mengerti. Permintaan pasar sangatlah aneh, kau tahu?" gumam Blake lagi sambil menghela nafas kasar.
Blake mengantarkan Ghea hingga ke ujung gedung dan letaknya cukup terpencil. Tiba tiba terdengar suara sayup sayup keributan dari belakang. Ghea menoleh dan melihat seorang pria kekar dengan tinggi di atas rata rata tengah mengarahkan krunya mengenai syuting yang akan diadakan sebentar lagi. Pria itu sangat tampan. Rahang yang tegas. Matanya yang cokelat gelap. Rambut hitam yang ditata rapi. Jakun yang begitu menggoda dan pundak yang lebar. Kemeja satinnya tidak bisa menutupi tubuhnya yang kekar di balik itu. Auranya begitu kuat, mendesak semua orang melihatnya dan patuh padanya.
"Gabriel Ducan," bisik Blake di telinga Ghea. "He's sexy, isn't it?"
Ghea menelan ludahnya dan menutup mulutnya yang menganga. Blake hanya tersenyum melihat Ghea yang begitu terpukau melihat seorang Gabriel Ducan, yang merupakan seorang pemilik sekaligus sutradara untuk semua film porno yang diproduksi Flaming Productions.
Gabriel mengangkat pandangannya melihat Blake, lalu matanya bertemu dengan Ghea sesaat. Gabriel mengalihkan pandangannya dengan begitu dinginnya pada Blake.
"I don't have much time, Blake. This girl better gives me good first impression. If she doesn't give me what I want, I will fire you as the casting director," ancam Gabriel memasuki ruangannya dengan gerakan yang begitu berwibawa dengan tegas.
"Kau dengar itu?" gumam Blake lagi. "Kau harus bisa memberi impresi bagus atau aku akan dipecat."
"Bagaimana caranya?" balas Ghea panik.
"Just be yourself, okay?" ucap Blake lagi, lalu mendorong Ghea memasuki neraka itu. Blake melakukan tanda salib dengan jantung berdebar sangat kencang.
Ghea memasuki ruangan yang sangat luas bergaya modern itu dengan kikuk. Gabriel meletakkan mapnya di meja dengan pelan, lalu menatap Ghea dari ujung atas hingga ujung kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE
RomanceWarning: Explicit content, rough sex and bdsm. It's a semi porn story, so yeah... Ghea Tinsley berada di ujung tanduk. Ia harus membayar segala keperluan dan bahkan biaya pengobatan adiknya. Ia pun terancam putus kuliah, hanya karena masalah keuang...