18

41.2K 1.8K 129
                                    

Hari itu, Ghea terpaksa mendatangi tempat kerja Gabriel, sebab ia mendapatkan tugas esai untuk menganalisis peran dan fungsi dalam produksi film. Ghea malu mengakuinya, sebab ia menganalisis produksi film seks. Ia sudah mengajukan proposal pengajuan pada produksi film berkelas seperti Disney sampai pada produksi film yang baru. Sebagian menolak Ghea, sebagian lagi tidak menjawab email-nya. Ghea yang putus asa terpaksa meminta pada Gabriel sebagai jalan keluar satu-satunya. Gabriel mengizinkan tentu saja, tetapi pria sialan itu selalu meminta imbalan.

Sejak Gabriel menidurinya di kamarnya sendiri, keduanya menjadi semakin sering bercinta. Sial, Gabriel, apa yang dikatakan pria itu menjadi kenyataan. Ghea seolah haus akan sentuhan Gabriel di tubuhnya. Terkadang untuk mendapatkan sentuhan Gabriel, Ghea akan menggoda pria itu dengan cara halus. Cara halus yang dimaksud adalah mendekat pada pria itu, berpura pura tidak sengaja menggesekkan tubuhnya pada tubuh pria itu. Gabriel terkadang langsung paham dan memulainya. Namun, ketika pria itu sedang brengsek, Gabriel hanya akan menjauh dan membiarkan Ghea mendekatinya dan menggodanya secara terang terangan. Akhir akhir ini, Gabriel sedang brengsek, jadinya Ghea yang harus menggoda dan memohon duluan, barulah diberikan oleh pria itu.

Ini adalah kedua kalinya, Ghea bercinta di ruang kerja Gabriel. Ghea menaik turunkan tubuhnya perlahan untuk merasakan setiap inchi kejantanan pria itu di dalam tubuhnya. Kehamilan ini, Ghea sangat sensitif dan mudah sekali terangsang.

"Engh... ahh....um," desah Ghea di telinga Gabriel, sengaja membangkitkan sisi iblis pria itu. Tentu saja itu berhasil, sebab Gabriel meremas bokong Ghea dan menggigit leher gadis itu cukup kuat hingga membuat Ghea menjerit.

"You're naughty," geram Gabriel sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Ghea. Gabriel memeluknya dan membantu gadis itu naik turun dengan cepat di atas tubuhnya.

"Ahh... ahh... engh... ahh... Daddy... engh... I want more," erang Ghea sambil menumpukan wajahnya di pundak Gabriel dan meremas kemeja pria itu hingga kusut.

"What do you want, Ghea?" ucap Gabriel membantu Ghea semakin mempercepat gerakan tubuhnya yang naik turun. Ghea mengerang, mendongakkan wajahnya ke belakang dan merasakan tubuhnya gemetar hebat. Ia semakin dekat dengan pelepasannya. Kewanitaannya berkedut hebat. Gabriel mencium payudara Ghea sebelum melumatnya dan menggoda puting gadis itu dengan lidahnya. Hal itu membuat Ghea semakin tidak bisa berpikir jernih.

"Ahh... engh... yes... I love it... please don't stop... ahh... I'm begging you," desah Ghea yang semakin mendekati puncaknya. Gabriel yang mengerti langsung menarik pinggang Ghea hingga kejantanannya tenggelam sempurna di kewanitaan gadis itu. Ghea menjerit dan mendapatkan pelepasannya. Ia menekuk jari kakinya dan memeluk leher Gabriel sangat erat. Sofa tersebut basah karena cairan cintanya, membuat Ghea merona malu. Gabriel menunduk melihat penyatuan keduanya, sebelum menatap wajah Ghea yang tampak sayu dengan pipinya yang merona. Gabriel masih belum mendapatkan pelepasannya, sehingga kejantanannya masih keras dan tegak di dalam Ghea.

Nafas Ghea cepat dan memburu, jantungnya berdegup sangat kencang. Gabriel mengusap pinggang gadis itu, berusaha menenangkannya. Tangan Gabriel semakin naik hingga ke payudara Ghea dan ibu jarinya menggoda puting gadis itu.

"Menikahlah denganku," bisik Gabriel serius sambil menatap mata Ghea.

Ghea terdiam dengan tatapan kagetnya ke arah Gabriel. "Kau konyol, Sir," ucap Ghea dengan tawa konyolnya.

"Why is that?" tanya Gabriel sambil menaikkan sebelah alisnya.

"You don't even know me," jawab Ghea dengan tawanya yang terdengar tulus dan memang menganggap jika Gabriel hanya bercanda.

"Really?" tanya Gabriel tidak terima. "Try me."

Ghea menatap mata Gabriel dan menemukan kesungguhan di sana. Ghea tersenyum tipis, lalu memeluk leher pria itu dengan erat. "What's my hobby?"

BEHIND THE SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang