23

27.5K 1.5K 98
                                    

Malam itu, Ghea dibawakan makan oleh seorang butler wanita yang selalu mengurusnya. Gabriel sedang membersihkan dirinya dan akan menyusul sebentar lagi. Butler wanita itu membawakannya makanan sehat yang terlihat lezat. Namun, Ghea mual hanya dengan mencium wangi makanan tersebut. Ia berusaha menolak makanan itu dan mengatakan jika dirinya mual, namun butler itu terus mengadu nasib padanya. Ghea menatap makanan itu dengan tatapan enggannnya. Namun, kemudian matanya fokus pada piring kaca yang ada pada nampan tersebut.

Butler itu tampak sangat lelah mengurus bayi besar ini. Diraihnya nampan tersebut dengan lembut, berniat untuk menyuapi Ghea. Tepat di saat yang bersamaan, Gabriel muncul dengan kaus dan celana rumahnya. Rambut pria itu masih cukup basah dan setengah berantakan.

Gabriel tersenyum pada butler wanita itu. "Biar saya yang mengurusnya," ucap Gabriel, membuat butler itu meletakkan nampan di nakas, lalu berdiri untuk segera pamit. Gabriel pun berjalan mendekati Ghea yang masih duduk termenung di ranjangnya.

Ghea yang sudah depresi berat dan kehilangan akalnya, langsung membalikkan nampan di nakas itu hingga piring itu pecah dan makanannya tercecer di lantai. Tanpa membuang waktunya, Ghea meraih pecahan itu dan berniat menusukkannya ke lehernya sendiri. Namun, ia kalah cepat dari Gabriel yang langsung menerjangnya hingga keduanya jatuh di ranjang. Gabriel menahan tangan Ghea dengan kepanikan yang tergambar jelas di wajah pria itu.

"Ghea!" bentak Gabriel dengan nafasnya memburu, sembari mengunci tangan Ghea di atas kepala gadis itu.

"Let go of me!" teriak Ghea frustrasi.

"Ghea! Stop it!" balas Gabriel dengan tatapan tak percayanya.

Ghea berusaha memberontak hebat di bawah tekanan Gabriel. Sang butler sendiri kebingungan di tempatnya. Ia tidak mengerti harus melakukan apa, namun dirinya pun sama syoknya seperti Gabriel. Ghea yang benar-benar sudah tak memiliki keinginan hidup lagi, langsung menggigit tangan Gabriel yang menahan tangannya, membuat pertahanan Gabriel menurun. Ghea memanfaatkannya dengan mendorong pria itu menjauh dan lagi lagi berusaha menusuk dirinya sendiri.

Namun, Ghea pun juga menyadari jika Gabriel akan kembali menahannya, karena itu ia refleks menusuk pria itu di pundak. Tusukan itu terasa begitu nyata di pundak Gabriel. Darah mengucur dan mengotori kaus putihnya dengan beling yang cukup besar masih tertancap di sana.

"TUAN!" seru sang butler syok, membuat Ghea disergapi kesadarannya.

Gabriel menatap Ghea tidak percaya, membuat Ghea dihinggapi perasaan takut yang begitu jelas. Gabriel mati rasa di tubuhnya, sebab hatinya lah yang kini terasa sangat sakit. Dicabutnya beling itu dengan mudahnya, sebab beling itu tidak tertanam cukup dalam di tubuhnya. Namun, barulah Gabriel merasakan peeih teramat sangat di pundaknya. Pria itu mengeluh pelan sembari memegang bahunya yang kini berdarah.

"S-sir..." panggil Ghea berusaha menyentuh Gabriel, namun Gabriel langsung menepis tangan gadis itu. Sang butler sudah lama pergi untuk mengambil kotak obat untuk tuannya, sekaligus memanggil pembantu di rumah itu untuk membersihkan kekacauan yang Ghea buat.

Ghea menangis ketika melihat Gabriel terluka, apalagi karena tusukan refleksnya. Ghea melepaskan sweaternya, kemudian berusaha menekan darah di bahu Gabriel, namun lagi-lagi Gabriel menepisnya. "I- I didn't mean to..." isak Ghea semakin besar ketika melihat darah Gabriel semakin banyak.

Di luar dugaannya, Gabriel malah melingkarkan tangan pria itu di lehernya dan mencekiknya. Cekikan pria itu bukan lagi sebuah cekikan biasa ketika mereka melakukan seks, namun cekikan penuh kemarahan. Gabriel mendorong tubuh Ghea hingga gadis itu terjatuh di ranjang. Gerakan tangannya itu cukup membuat Gabriel kesakitan, namun kemarahannnya lebih besar dari apa pun.

"Kau ingin mati, Ghea?" tanya Gabriel dingin dan penuh teror.

"Darahmu semakin banyak, Sir!" pekik Ghea berusaha menahan darah di bahu Gabriel.

"Ghea!" seru Gabriel lagi, membuat Ghea sadar jika pria itu sangat marah padanya.

Ghea menatap Gabriel lama, kemudian menangis. Tangisan yang benar-benar besar dan sarat akan kesakitan, padahal Gabriel-lah yang terluka. Ghea menangis begitu kerasnya, sampai membuat Gabriel khawatir sendiri padanya. Ghea menutupi wajahnya dengan tangannya, tanpa bisa menyembunyikan isakannya.

"Aku tidak sengaja melakukannya," ucap Ghea lagi dengan tangisannya yang membesar.

"Ghea, aku tidak membicarakan soal aku di sini," balas Gabriel lagi.

"Kau terluka, Sir, karenaku," seru Ghea lagi dengan nadanya yang gemetar.

"Kau berusaha membunuh dirimu sendiri, Ghea!" bentak Gabriel lagi dengan nafas memburu.

"Ya, tapi aku tidak ada keinginan membuatmu terluka, Sir!" balas Ghea sama-sama meneriaki Gabriel. "Dan kau terluka sekarang."

"Ini hanya luka biasa," gumam Gabriel lagi, kebingungan sendiri, sebab ini semua harusnya tentang Ghea bukan dirinya.

"Darahnya banyak," balas Ghea lagi dengan isakannya yang semakin tak karuan, sambil berusaha untuk menekan darah Gabriel dengan tangannya sendiri, membuat tangan Ghea juga dipenuhi darah.

"Tuan, biarkan saya mengobati Anda," ucap butler wanita tersebut dengan khawatir ketika melihat darah Gabriel yang cukup banyak, bahkan sampai mengotori tangan Ghea.

"Pegang dia," ucap Gabriel pada sang butler.

"Aku akan mengobati lukaku sendiri," lanjut Gabriel sembari beranjak dari ranjang itu tanpa melepaskan genggamannya di tangan Ghea, sebab Gabriel trauma dengan kejadian yang tadi. Ghea tidak ingin dipegangi oleh sang butler, namun ia dipaksa oleh Gabriel, membuat Ghea tidak memiliki pilihan lain. Pembantu rumah Gabriel sudah datang dan membersihkan seluruh pecahan kaca itu secepat mungkin, sebelum membersihkan makanan yang tercecer di sana.

"Sir! Biarkan aku yang mengobatimu!" seru Ghea, berusaha melepaskan dirinya dari pegangan sang butler yang menguat di tangannya.

Gabriel mengacuhkan Ghea sambil meringis karena rasa sakit di bahunya. Ia mengambil kotak obat itu, kemudian berniat berjalan keluar dari kamar Ghea.

"Sir! Sir! Sir!" teriak Ghea memohon. "Gabriel! Gabriel!"

Gabriel menulikan pendengarannya dan menghilang dari pintu kamar Ghea. Ghea berteriak sekeras mungkin, meluapkan seluruh perasaan tertekan dan bersalahnya. Bahkan Gabriel pun masih bisa mendengar teriakan yang memilukan itu.

Comments everyone?

Sorry for not replying all your private messages. I disabled all my instagram accounts especially the one for wattpad. Karena itu, jika ada pesan mendesak atau apa pun itu silahkan beritahu di home wattpad atau private messages wattpad, okay? Aku akan berusaha menjawab private messages di wattpad, meskipun memang seringkali terlewat.

Thank you, guys


BEHIND THE SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang