"Bagaimana bisa?" tanya Blake sambil menarik Ghea yang sudah berpakaian lengkap untuk mengikutinya.
Ghea menoleh bingung sambil menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Maksudmu?" tanya Ghea kebingungan.
Blake tidak bisa menahan senyum bahagianya. Ia mengusap dagunya kemudian berkata lagi, "Gabriel bukanlah orang yang mudah menyentuh orang lain seperti itu. Ia bahkan tidak pernah meniduri aktris atau pun aktornya. Dan kau berhasil di pertemuan pertama. Apa rahasiamu?"
Ghea menggaruk tengkuknya kebingungan. Rahasianya? Ia hanya memohon pada Gabriel untuk menidurinya, apakah itu terlalu sulit dilakukan? Atau memang Ghea saja yang terlalu murahan hingga bisa dengan mudahnya meminta seperti itu.
"A-aku yang memintanya?" balas Ghea ragu-ragu.
Blake memutar bola matanya malas, seolah hal itu bukanlah sesuatu yang besar. "Oh yang benar saja. Kau pikir wanita lain tidak meminta untuk ditiduri oleh Gabriel?" balas Blake lagi.
Ghea melebarkan matanya. "Memangnya sesusah itu?"
Blake gemas sendiri melihat kepolosan Ghea, lalu sadar jika memang Ghea bukanlah orang dalam yang mengenal Gabriel luar dalam. Karena itu, Blake memakluminya dan hanya menghela nafas panjang. "Gabriel hanya tidur dengan wanita yang ia mau. Ia tidak tidur dengan sembarang wanita. Asal kau tahu saja, semua wanita yang tidur dengannya pasti harus menandatangani kontrak dulu. Pria itu sangat perfeksionis dan kaku. Thanks to god, he's smoking hot," jelas Blake lagi sambil menggidikkan bahunya seolah tidak peduli.
Ghea tanpa sadar ternganga di tempatnya, menyadari ia mendapat kesempatan yang tidak pernah didapatkan wanita lain. Blake tiba tiba saja merangkul Ghea dengan erat, lalu menepuk pundaknya dengan bersahabat.
"Instingku memang tajam. Gabriel pasti menyukaimu. By the way, thanks for saving my career. You're the best!" gumam Blake dengan senyuman jenakanya.Ghea hanya terdiam seribu kata. Apa ini pertanda baik atau buruk?
Ghea mengusap tengkuknya kebingungan melihat sebuah kotak putih berpita pink yang mana isinya adalah sebuah lingerie putih. Tiba tiba saja tadi asisten pribadi Gabriel Ducan mengantarnya berbelanja, sekaligus mengantarnya ke sebuah hotel yang tak akan pernah dibayangkan Ghea. Hotel itu sangat mewah dan terletak di tengah kota. Ghea seperti menjadi Cinderella satu malam, namun tentu saja bayarannya adalah tubuhnya. Ia sudah selesai menandatangani surat itu, begitu pun dengan Gabriel. Kini, dirinya sudah menyerahkan dirinya sepenuhnya secara legal pada seorang Gabriel.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam yang artinya sebentar lagi Gabriel akan datang. Ghea meneguhkan hatinya, lalu meraih lingerie putih itu dan memakainya, meskipun agak kesusahan. Ghea melapisi lingerie itu dengan sebuah jubah satin berwarna putih. Ia memoles wajahnya dengan make-up yang telah dibelanjakannya tadi. Ghea hanya memoles wajahnya sedikit saja, hanya agar terlihat lebih segar dan tidak kusut, sebab kata Blake, Gabriel benci dengan make-up yang menor.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE
RomanceWarning: Explicit content, rough sex and bdsm. It's a semi porn story, so yeah... Ghea Tinsley berada di ujung tanduk. Ia harus membayar segala keperluan dan bahkan biaya pengobatan adiknya. Ia pun terancam putus kuliah, hanya karena masalah keuang...