6

82.2K 2.4K 195
                                    

"Ghea! Where are you?!" Seruan tajam itu membuat jantung Ghea berdetak sangat cepat. Ia yang tengah mengerjakan tugasnya, langsung berlari keluar dari kamar apartemennya yang sempit itu. Ghea menemukan ibunya yang baru saja pulang dari tempat kerjanya dengan seragam perawat yang masih terpasang.

"Ya, Mom?" tanya Ghea dengan jantung berdetak tidak karuan.

Ibunya melemparkan tasnya ke sofa, kemudian menarik Ghea memasuki kamarnya dan menguncinya. Ibunya tidak ingin Tommy -adik Ghea- yang masih menempuh sekolah menengah itu mendengar apa yang sedang mereka ucapkan.

"Mom baru saja dihubungi rentenir tadi dan mereka berkata semua hutang kita telah dilunasi oleh kamu. Where did you get all the money from?" geram ibunya sambil meremas kedua pundak Ghea dan menatap mata Ghea bersungguh sungguh.

"Ghea bekerja, Mom. Ghea menabung dan... dan... bekerja apa saja," ucap Ghea gugup.

Remasan di pundak Ghea semakin erat. "Kau... menjual tubuhmu?" bisik ibunya dengan nada meninggi.

"No!" seru Ghea panik. "Of course, no!"

"Then where did you get all the money, Ghea?! Tell me specifically," balas ibunya tajam dengan tangan gemetar hebat.

"Aku... bekerja sebagai... um... asisten sutradara," ucap Ghea perlahan.

Ibunya memejamkan matanya perlahan, lalu menundukkan kepalanya tampak sangat kecewa. Remasan di pundak Ghea melonggar seiring dengan isakan ibunya yang mulai terdengar. Mata Ghea juga ikut berkaca kaca melihat ibunya yang menangis di depannya. Ibunya adalah seorang single parent yang bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Los Angeles. Gajinya sebagai perawat tentu saja tidak bisa memenuhi kebutuhan obat adiknya, sehingga keluarga Ghea terpaksa mengutang. Ibunya menanggung terlalu banyak dari yang bisa Ghea bayangkan.

"I'm sorry..." bisik ibunya pelan sambil terisak semakin keras. "I'm not a good mother. I'm sorry... Seharusnya di umur seperti ini, kau bersenang senang dan menikmati hidup."

Ghea memeluk ibunya dengan sangat erat. Tangisan ibunya di pelukannya semakin keras. "Mom, aku mendapatkannya dengan cara yang baik, okay? So, don't worry," gumam Ghea lagi.

Ibunya balas memeluk Ghea sangat erat. "Ibu ingin kau mengaku dosa, Ghea," bisik ibunya pelan.

Ghea melebarkan matanya kaget, namun berusaha tetap tenang. "Mom..." bisik Ghea pelan.

"Jika kau tidak bisa mengaku pada Ibu, maka mengakulah pada Tuhan, Ghea. Ibu hanya ingin kau menjadi gadis Tuhan yang patuh dan baik. Ibu ingin yang terbaik untukmu," jelas ibunya lagi dengan nada yang sangat menyedihkan.

Ghea menelan ludahnya kemudian mengangguk pasrah. "Ya, Mom."

Gabriel sialan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gabriel sialan!

Ghea benar benar dibuat kepayahan karena pria itu. Sejak resmi menandatangani kontrak mereka, seks di antara keduanya pun rutin dilakukan. Namun, bukan seks biasa, melainkan BDSM. Gabriel berkuasa atas dirinya semalaman penuh dan menjadikan dirinya sebagai gadis yang harus patuh pada setiap perkataan sang dominan.

Ketika Gabriel menyuruh Ghea untuk diam, Ghea harus melakukannya. Jika tidak, Ghea akan mendapatkan hukuman yang sangat tidak menyenangkan. Namun, di sisi lain, pria itu menepati janjinya dengan memberikan uang bulanan lima kali lipat dari gajinya sebagai bintang porno, sesuai dengan permintaan Ghea sendiri. Itu murni untuk biaya senang senangnya. Biaya kuliah, pengobatan, sewa dan semuanya ditanggung oleh Gabriel.

Untungnya, Gabriel juga akan berhenti jika Ghea mengatakan kode di antara mereka, sesuai dengan kontrak. Meskipun seks yang dilakukan kasar dan agresif, namun Ghea merasa aman, sebab Gabriel masih menepati janjinya dan tetap menuruti kontrak. Mereka melakukan seks di mana saja di penthouse itu. Di ruang khusus, sofa, meja makan dan di pinggir kolam. Gabriel benar benar tangguh, membuat Ghea terkadang tidak bisa mengimbangi pria itu.

Ghea terengah engah dengan pipi merah padam di ranjang luas itu. Tubuhnya dipenuhi bekas ciuman serta gigitan. Pipinya merah padam, rambutnya berantakan. Ghea berbaring telungkup di ranjang dalam keadaan tubuh gemetar hebat. Tubuh Ghea memang selalu gemetar hebat setelah selesai bercinta dengan Gabriel, saking kegiatannya bersama pria itu sangat menguras tenaga.

Ghea merasakan tubuhnya diselimuti dengan lembut, lalu pria itu menawarkan segelas air putih padanya. Kecupan kecil didapat Ghea di punggungnya ketika Gabriel meletakkan segelas air itu di nakas. "Minumlah sedikit," bisik Gabriel lembut.

Ghea memaksakan dirinya untuk duduk dengan tubuh gemetaran. Ia meraih gelas itu dan menenggak air hingga habis. Ghea sangat kehausan dan lelah. Ia hanya ingin beristirahat sekarang. Ghea kembali berbaring dan menutup matanya. Tiba tiba saja, Ghea merasakan pelukan di pinggangnya disertai kecupan lembut di pundak dan punggungnya.

"Are you okay?" gumam Gabriel khawatir, sebab Ghea hanyalah mainannya satu satunya untuk saat ini yang mampu memberikannya kepuasan.

Ghea mengangguk pelan sambil memejamkan matanya.

"Did I hurt you, my love?" bisik Gabriel lagi sambil mengelus pinggang Ghea.

"I'm fine," bisik Ghea dengan nafas yang masih terengah engah. "I'm just tired."

"Blake bilang kau bekerja di bar. Apakah itu benar?" tanya Gabriel pelan, sambil mengecup puncak kepala Ghea. Pillow talk adalah sesuatu yang sangat senang dilakukan Gabriel, meskipun dirinya adalah pribadi yang cuek dan dingin. Pillow talk membuat dirinya lebih mengenal lawan mainnya dengan baik dan hal hal apa saja yang memuaskan mereka.

"Ya," jawab Ghea pelan.

"Kau masih bekerja di sana?"

Ghea mengangguk dengan wajah bingungnya.

"Aku ingin kau resign dari sana," bujuk Gabriel pelan.

Ghea menoleh menatap Gabriel yang ada di belakangnya. "Resign?"

"Ya, resign. Apa uang yang ku berikan tidak cukup, Princess? Berapa banyak lagi yang harus ku berikan agar kau berhenti bekerja di tempat itu," jelas Gabriel pelan dan penuh pengertian.

"Why?" tanya Ghea dengan tatapannya yang naif, membuat Gabriel menggeram pelan. Kalau Ghea menatapnya seperti itu, bisa dipastikan kegiatan mereka tidak akan berakhir subuh ini.

"Don't look at me," bisik Gabriel pelan dengan nada seraknya.

Mendengar nada serak itu, alarm bahaya Ghea langsung berbunyi. Ia memejamkan matanya dan berbaring menyamping membelakangi Gabriel. Gabriel menghela nafas lega, lalu kembali berkata, "Aku tidak suka kau bekerja di tempat seperti itu. You're mine, right now. I want the best for you and remember I said before, I don't like sharing. I can't stand the jealousy."

"Aku tidak tidak tidur dengan siapa siapa," balas Ghea membela dirinya sendiri.

"Tetapi kau tidak akan tahu jika ada seseorang yang punya niat buruk bercinta denganmu, bukan? Apalagi itu adalah bar, Ghea," ucap Gabriel dengan sabar.

"Dan itu salah?" tanya Ghea tidak terima.

"Of course. Like I said before I can't stand the jealousy. You have to learn from now on, that I'm posessive as hell."

Ghea melebarkan matanya mendengar ucapan Gabriel. Apakah Ghea baru saja menukarkan kebebasannya untuk uang? Ya, tampaknya seperti itu. Ghea hanya perlu bertahan satu tahun dan semuanya akan berakhir dengan tenang. Tidak lama lagi, Gabriel akan bosan padanya.

Ghea hanya perlu menunggu sedikit lebih sabar.

Comments everyone?

Apakah kalian ingin adegan seksnya dipotong?

Ya

Tidak

Terima kasih.

BEHIND THE SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang